Senin, 14 November 2011

ANALISA KEMAMPUAN TANAMAN LIDAH MERTUA (Sansevieria sp.) DAN KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis) DALAM PENURUNAN KONSENTRASI GAS CO


ANALYSIS OF Sansevieria sp. AND Hibiscus rosasinensis CAPABILITY IN REDUCING CO GAS CONCENTRATION







Pencemaran udara merupakan keberadaan zat-zat yang mestinya bukan bagian dari komposisi atmosfer. Salah satu faktor penyebab meningkatnya pencemaran udara adalah semakin meningkatnya populasi penduduk di suatu tempat, terutama di kota-kota besar. Berdasarkan estimasi, jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta ton per tahun. Separuh dari jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik.
Didalam laporan WHO (1992) dinyatakan paling tidak 90% dari CO di udara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor. Pada penelitian ini penurunan gas pencemar CO dilakukan dengan memanfaatkan tanaman. Penelitian dilakukan pada variasi jenis tanaman Lidah Mertua (Sansevieria sp.) dan Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis). Sedangkan variasi tinggi tanaman yang dilakukan adalah 50 cm dan 100 cm.
Gas pencemar yang dipaparkan terhadap tanaman uji merupakan pencemar buatan yang diperoleh melalui pemanasan Natrium Format ditambah dengan Asam Sulfat pekat. Pengukuran kandungan gas CO dalam reaktor menggunakan tabung impinger dengan metode spektrofotometri. Tanaman yang dipilih adalah jenis tanaman yang memiliki persentase penyisihan terbesar dalam penurunan konsentrasi gas CO. Dari hasil penelitian didapatkan tanaman lidah mertua dengan tinggi 100 cm memiliki kemampuan terbesar dalam penurunan konsentrasi gas CO dibandingkan tanaman kembang sepatu yaitu sebesar 84.18%.
Air pollution is the existence of unwanted substance on atmosphere. One of the reasons is the increasing population especially in a city. Based on the estimation, number of CO from artificial source is approaching 60 million tons per year. Half of the number is coming from motor vehicle using gasoline and from immobile sources such as coal and oil burning from industry and domestic waste burning. WHO (1992) report that about 90% of CO in the air of a town comes from motor vehicle. In this research, the decrease of CO as gas pollutant was done with plant exploit. The research was done in kind variant of Lidah Mertua (Sansevieria sp.) and Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis). While height plant variant is 50 cm and 100 cm. Gas pollutant which disperse to experiment plant is artificial pollutant from Natrium Format heating and add of Sulfat Acid concentrated. Measuring CO gas content in reactor is using impinger tube with spectrophotometric method. The chosen plant are the plant kind which has higher percent remove of CO gas. Result of the research shows that Lidah Mertua 100 cm height has higher remove CO gas capability than Kembang Sepatu is abaout 84.18%.
Contributor : Ir. Rachmat Boedisantoso, MT
Date Create : 08/11/2008
Type : Text
Format : pdf.
Language : Indonesian
Identifier : ITS-Undergraduate-3100008032238
Collection ID : 3100008032238
Call Number : RSL 628.53 Wid a



Source :
Undergraduate theses, DEPARTMENT OF ENVIRONMENTAL ENGINEERING RSL 628.53 Wid a, 2008

Coverage :
ITS Community Only
Rights :
Copyright @2008 by ITS Library. This publication is protected by copyright and permission should be obtained from the ITS Library prior to any prohibited reproduction, storage in a retrievel system, or transmission in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying, recording, or likewise. For information regarding permission(s), write to ITS Library



Potensi Kombinasi Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain)
Dan Sri Rejeki (Dieffenbachia Seguine (Jacq.) Schott)
Sebagai Alternatif Penetralisir Polusi Udara di Dalam Ruangan (Indoor Pollution)

Mokhammad Sofyan, Vivi Aprillia, Siti Maimunah, Dian Siswanto
Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia

Abstrak.
Pencemaran udara, baik di luar ataupun di dalam ruangan semakin meningkat dengan semakin banyaknya sumber pencemaran. Seiring kemajuan teknologi, produsen alat elektronik mencoba mencari solusi untuk masalah pencemaran udara utamanya di dalam ruangan, salah satunya dengan menciptakan sebuah Air Conditioning (AC) yang selain dapat mengurangi kadar CO2 dalam asap rokok juga dapat menghentikan aktivitas mikroorganisme dari golongan jamur dan virus. Namun, alat ini memiliki beberapa kelemahan antara lain membutuhkan daya listrik yang cukup besar dan harganya relatif mahal.
Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji peran dari kombinasi tanaman Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain) dengan Sri Rejeki (Dieffenbachia seguine (Jacq.) Schott) untuk mengatasi polusi udara di dalam ruangan dengan harga yang murah. Analisis masalah disusun berdasarkan beberapa informasi yang dikumpulkan dari kajian informasi digital (website).
Selanjutnya disusun kerangka berpikir hingga menentukan kesimpulan dari masalah yang dibahas. Potensi kombinasi Lidah Mertua dan Sri Rejeki untuk mengurangi pencemaran udara dibandingkan dengan kemampuan AC, apabila terdapat kesamaan, maka dilakukan perhitungan luas tanaman yang ideal kemudian ditemukan aplikasinya. Namun, apabila hasil berbeda, maka dilakukan analisis kelebihan dan kekurangan dan akan direkomendasi untuk diadakan penelitian lebih lanjut. Lidah Mertua memiliki potensi alami untuk menyerap polutan seperti CO2 dan juga gas beracun lainnya. Sedangkan untuk Sri Rejeki, diketahui memiliki potensi dalam menekan spora jamur dan bakteri. Kesimpulan yang didapatkan dari penghitungan data beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ruangan dengan volume 100 m3 dapat ditempatkan Lidah Mertua dewasa sebanyak 5 helai dan Sri Rejeki sebanyak 14 helai daun. Kombinasi Lidah Mertua dan Sri Rejeki. dapat menjadi alternatif untuk menggantikan fungsi AC sebagai penetralisir polusi udara dalam ruangan terutama yang disebabkan oleh asap rokok dan mikroorganisme.

1. Pendahuluan
Pencemaran udara di Indonesia sangat memprihatinkan. Udara bersih sangat sulit didapatkan tidak hanya di luar ruangan (outdoor) tetapi juga di dalam ruangan (indoor). Hal ini disebabkan adanya gas gas beracun yang berasal dari asap kendaraan bermotor dan asap rokok serta adanya mikroorganisme merugikan di udara.
Produsen alat elektronik mencoba mencari solusi untuk masalah pencemaran udara, salah satunya dengan menciptakan sebuah Air Conditioning (AC) yang mengalami banyak modifikasi hingga memiliki fungsi sebagai pendingin ruangan sekaligus dapat membersihkan udara dari zat pencemar [1]. Menurut Republika-online [2], AC jenis Plasmacluster dapat mengurangi kadar karbon monoksida dalam asap rokok dan menghentikan aktivitas mikroorganisme dari golongan jamur dan virus. Salah satu kelemahan alat ini adalah harganya yang relatif mahal sehingga masih belum dapat dijangkau kalangan menengah bawah yang artinya masih banyak orang yang belum dapat memilikinya. AC juga membutuhkan daya listrik yang cukup besar.
Cara alternatif untuk mengatasi pencemaran udara pada suatu ruangan, dapat menggunakan kombinasi antara tanaman Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain) dengan Sri Rejeki (Dieffenbachia seguine (Jacq.) Schott), dengan cara meletakkan kedua tanaman tersebut secara bersama-sama dalam suatu ruangan. Selain harganya yang lebih murah dari AC dan tidak memerlukan energi listrik, tanaman Lidah Mertua dan Sri Rejeki mudah dipelihara dan ramah lingkungan. Tanaman ini dapat hidup dengan baik pada ruangan karena tidak memerlukan banyak cahaya matahari.

2. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah kondisi menurunnya kualitas udara karena terkontaminasi oleh berbagai macam zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan tubuh manusia. Pencemaran udara biasanya terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan gas-gas atau zat-zat di atas batas kewajaran [3]. Menurut Sudrajad [4], pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfer (udara) yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia, serta menurunkan kualitas lingkungan.
Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana, misalnya di dalam rumah, sekolah, dan kantor. Pencemaran ini sering disebut pencemaran dalam ruangan (indoor pollution) misalnya asap rokok dan hasil pembakaran oleh peralatan rumah tangga. Sementara pencemaran di luar ruangan (outdoor pollution) berasal dari emisi kendaraan bermotor, industri, perkapalan, dan proses alami oleh makhluk hidup. Menurut Sudrajad [4], pada prinsipnya, pencemaran udara adalah kondisi udara yang mempunyai komposisi tidak ideal untuk digunakan atau dihirup oleh makhluk hidup.
Ruangan yang terasa sejuk belum tentu bebas dari polusi. Studi United State Environmental Protection Agency (US EPA) mengindikasikan bahwa derajat polusi dalam ruang bisa dua sampai lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan polusi luar ruang. Lembaga EPA tersebut juga menempatkan polusi udara dalam ruang sebagai satu dari lima besar polusi yang berisiko mengancam kesehatan masyarakat modern [5].
Pencemaran dalam ruangan cenderung disebabkan karena asap rokok. Satu batang rokok mengandung lebih kurang 4000 jenis bahan kimia, dan 40% di antaranya beracun. Bahan kimia yang paling berbahaya terutama nikotin, tar, hidrokarbon, karbon monoksida, dan logam berat. Asap rokok mengandung berbagai bahan kimia yang dapat merusak kesehatan terutama bagi perokok pasif, bahkan berdasarkan penelitian, ternyata akibat yang terjadi lebih buruk pada perokok pasif dibandingkan dengan perokok aktif [6].
Asap rokok mengandung berbagai macam zat berbahaya. Gas pencemar dari asap rokok yang paling berpengaruh bagi tubuh manusia adalah gas karbon monoksida (CO). Gas CO yang dihasilkan rokok terhisap oleh manusia melalui proses pernafasan, kemudian gas CO tersebut akan ikut dalam aliran darah termasuk aliran darah jantung. Bila di dalam darah terdapat gas CO, maka hemoglobin akan lebih banyak terikat dengan CO, karena daya ikat CO dengan hemoglobin 200-250 kali lebih kuat dari daya ikat oksigen dengan hemoglobin. Bila terdapat kadar CO yang berlebihan dalam darah, maka pada akhirnya kadar oksigen dalam darah akan turun dengan drastis [7].
Pada tubuh yang kekurangan oksigen dapat menimbulkan terjadinya hipoksia. Akibatnya jaringan tubuh juga akan kekurangan oksigen. Bila hipoksia menyerang otak, maka akan menimbulkan gangguan susunan syaraf pusat yang disebut ensefalopati. Apabila mengenai jantung dan darah disebut gangguan kardiovaskuler. Ikatan gas CO dengan hemoglobin disebut karboksihemoglobin (COHb). Merokok satu batang per hari akan menghirup 20 ppm gas CO [6].
Udara di dalam ruangan juga dapat dicemari oleh mikroorganisme antara lain bakteri, virus, dan jamur. Menurut dr Hendrawati Utomo, MS, SpOk, spesialis okupasi yang juga ahli masalah polusi udara dalam ruang, penyakit infeksi pernapasan akut yang disebabkan bakteri, populer disebut sebagai legionella disease (penyakit legionella). Bakteri legionella sangat umum di lingkungan dan terdapat di mana-mana [8].

3. Tinjauan tentang Lidah Mertua
Tanaman Lidah Mertua dikenal dengan nama Sansevieria di Indonesia, ada juga yang menyebutnya Lidah Jin. Beberapa nama yang dijumpai di pulau Sumatra adalah Ki Kolo, Letah menyawak (Sumatra) dan Lidah Buwaya (Melayu), sedangkan di pulau Jawa disebut: Nanas Belanda (Sunda), Pacing Towo (Jawa) dan Jawa Mandafika (Madura) [9].
Warna daunnya beragam, mulai hijau tua, hijau muda, hijau abu-abu, perak, dan yang berwarna kombinasi putih kuning atau hijau kuning. Motif alur atau garis-garis yang terdapat pada helai daun sangat beragam, ada yang mengikuti arah serat daun, tidak beraturan, dan zig-zag. Daun tersebut tumbuh langsung dari rimpang akar di dalam tanah [10]. Spesies Sansevieria trifasciata mempunyai daun bentuk lanset, panjang 15-150 cm, lebar 4-9 cm, licin, hijau bernoda putih atau kuning [9]. Daun-daun Sansevieria tumbuh langsung dari batang yang tebal di dalam tanah. Daun-daun juga muncul dari rimpang akar yang menjalar di bawah tanah. Sansevieria berkembang biak melalui umbi lapis [11].
Sansevieria termasuk tanaman hias yang sering disimpan di dalam rumah karena tanaman ini dapat tumbuh dalam kondisi dengan sedikit air dan cahaya matahari. Daun tumbuhan ini tebal dan banyak mengandung air (sukulen). Oleh karena itu, Sansevieria sangat tahan kekeringan. Sekitar 40 persen air saja yang diperlukan tanaman ini untuk tumbuh, akan tetapi, dalam kondisi lembap atau basah, Sansevieria juga bisa tumbuh subur [10].
Keistimewaan Sansevieria adalah memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya. Penelitian yang dilakukan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) telah menemukan bukti-bukti bahwa tanaman ini secara alami mampu memerangi Sick Building Syndrome yaitu salah satu fenomena gangguan kesehatan yang berkaitan dengan kualitas udara dalam ruangan. Fenomena tersebut gejala awalnya adalah sakit tenggorokan berkepanjangan, badan cepat letih, dan iritasi pada mata [12].
Sansevieria mampu memberikan udara segar pada suatu ruangan karena sepanjang hidupnya tanaman ini terus-menerus menyerap zat berbahaya di udara. Sanseveria sangat tahan terhadap polutan [10]. Selain sebagai anti polutan terhadap asap rokok, sansevieria juga mampu menyerap carbon dioxide, benzene, formaldehyde, dan trichloroethylene [13].
Penelitian yang dilakukan NASA selama 25 tahun menunjukkan bahwa Sansevieria mampu menyerap lebih dari 107 unsur polutan berbahaya yang terdapat di udara sebab Sansevieria mengandung bahan aktif pregnane glikosid, yang berfungsi untuk mereduksi polutan menjadi asam organik, gula dan asam amino, dengan demikian unsur polutan tersebut jadi tidak berbahaya lagi bagi manusia. Sansevieria juga menjadi objek penelitian tanaman penyaring udara NASA untuk membersihkan udara di stasiun ruang angkasa. Sebagai tambahan, berdasarkan riset dari Wolfereton Environmental Service, kemampuan setiap helai daun Sansevieria bisa menyerap 0.938 mikrogram per jam formaldehyde. Bila disetarakan dengan ruangan berukuran 75 meter persegi cukup diletakkan Sansevieria dengan 4 helai daun [14]. Riset lainnya dapat disimpulkan bahwa untuk ruangan seluas 100 m3 cukup ditempatkan Sansevieria trifasciata-laurentii dewasa berdaun 5 helai agar ruangan tersebut bebas polutan. Ciri spesifik yang jarang ditemukan pada tanaman lain, diantaranya mampu hidup pada rentang suhu dan cahaya yang banyak [15].

4. Tinjauan tentang Sri Rejeki
Sri rejeki (Dieffenbachia seguine (Jacq.) Schott) atau sering juda disebut sebagai Aglaonema, merupakan tanaman hias populer dari suku talas-talasan atau Araceae. Genus Aglaonema memiliki sekitar 30 spesies. Tanaman ini memiliki akar serabut serta batang yang tidak berkambium (berkayu). Daun menyirip serta memiliki pembuluh pengangkut berupa xilem dan floem yang tersusun secara acak Tanaman ini dapat tumbuh sekitar 20-150 cm. Habitat asli tanaman ini adalah di bawah hutan hujan tropis, tumbuh baik pada areal dengan intensitas penyinaran rendah dan kelembapan tinggi. Penyebaran utama di Asia Tenggara meliputi Filipina, Indonesia, Malaysia, Thailand, Laos, Vietnam, Brunai Darussalam, dan Myanmar. Kemudian tanaman ini menyebar ke Cina, Florida, dan Amerika [16].
Aglaonema memiliki trik hisap polutan tersendiri. Media tanam beserta daun tanaman keluarga Araceae ini banyak mengeluarkan uap air. Kondisi ini mengakibatkan udara dalam ruangan menjadi lembap. Selain uap, Aglaonema juga rajin menyemprotkan senyawa yang dinamai phytochemical [13].
Phytochemical dilepaskan saat fotosintesa pada tumbuhan tertentu dan memiliki efek anti bakteri. Zat ini berkhasiat untuk menekan pertumbuhan spora jamur dan bakteri merugikan dalam ruangan Eksperimen telah menunjukkan bahwa amuba atau bakteri yang diletakkan di dekat sehelai daun segar akan musnah dalam beberapa menit saja. Selain dari efek anti bakteri, phytochemical juga mengurangi rasa sakit, membantu konsentrasi, menghilangkan rasa lelah dan memperbaiki kecekatan mental [5].

5. Metode Penulisan
Karya tulis ini ditulis berdasarkan kajian pustaka. Kajian tersebut menjelaskan tentang mekanisme AC jenis Plasmacluster serta mekanisme tanaman Lidah Mertua dan Sri Rejeki dalam menyerap zat pencemar dalam udara. Perumuskan masalah dilakukan berdasarkan beberapa informasi yang telah dikumpulkan dari kajian pustaka dan informasi digital (website). Dengan demikian, selanjutnya disusun kerangka berpikir hingga menentukan kesimpulan dari masalah yang dibahas.

6. Pembahasan
1. 6.1 Mekanisme AC Sistem Plasmacluster dalam Pembersihan Polusi Udara

Pada umumnya AC dengan sistem Plusmacluster dilengkapi dengan generator yang berfungsi sebagai pemecah ion H2O menjadi H+ dan O2-. Ion H+ dan O2-dari hasil pemecahan tersebut menyebar ke seluruh ruangan kemudian mengelilingi polutan yang terdapat di udara [17]. Ion Plasmacluster juga dapat menguraikan zat Nitrogen Oksida (NO) dari asap rokok yang biasanya sulit dihilangkan dengan filter biasa dan mengurangi molekul bau [18]. Filter utama AC Plasmacluster yang tidak hanya berfungsi menghilangkan bau tetapi juga dapat menurunkan kadar karbon monoksida yang terkandung dalam asap rokok. Akan tetapi, AC Plasmacluster belum tentu mampu menghilangkan semua zat berbahaya yang terkandung dalam asap rokok [2].
Mekanisme Plasmacluster dalam menaklukkan virus cukup sederhana, yakni dengan memasang ion generator pada AC. Plasmacluster akan menghasilkan dan melepaskan ion hidrogen positif (H+) dan ion oksigen negatif (O2-) dari uap air ke udara, lalu kedua jenis ion ini mengelompok dan mengepung serta menghancurkan NA (neuraminidase) dan hemaglutinin (HA), sehingga virus tak mampu menginfeksi meski masuk ke tubuh manusia. Ion H+ dan O2-kemudian bereaksi menjadi hydroxyl. Senyawa ini mampu mengikat bakteri,virus dan jamur [17].
Pengoperasian AC membutuhkan energi listrik. Besarnya daya yang diperlukan AC dalam pengoperasiannya bervariasi antara produk satu dengan yang lain. Misalkan AC produk Sharp yang disebut AC Sharp Plasmacluster, yang diklaim sebagai AC hemat energi, membutuhkan listrik sebesar 330 watt. Sedangkan produk lain rata-rata membutuhkan daya sebesar 390 watt [2].

6.2 Mekanisme Lidah Mertua dalam Menyerap Polusi
Proses pembersihan udara dari gas beracun oleh Lidah Mertua atau Sansevieria dilakukan saat tanaman ini bernapas. Pada saat itu, Lidah Mertua menyerap polutan seperti karbon dioksida dan gas beracun lainnya. Polutan atau gas beracun yang telah diserap stomata akan memasuki sistem metabolisme dalam tubuh. Polutan yang telah diserap kemudian dikirim ke akar, pada bagian akar, mikroba melakukan proses detoksifikasi. Melalui proses ini, mikroba akan menghasilkan suatu zat yang diperlukan oleh Sansevieria. Dalam proses pernapasan tersebut dihasilkan gas yang bermanfaat bagi manusia yaitu berupa oksigen. Proses ini berlangsung terus menerus selama Sansevieria masih hidup.
Berdasarkan kesimpulan dari beberapa riset tentang Lidah Mertua atau Sansevieria, ruangan dengan volume 100 m3 (panjang x lebar x tinggi = 5 x 5 x 4 m3) dapat ditempatkan Sansevieria dewasa sebanyak 5 helai [15]. Data dari tabel 1 menunjukkan bahwa luas daun Sansevieria sekitar 350 cm2 maka dukungan tanaman terhadap ruangan dapat dihitung secara matematis sebagai berikut: • Dukungan luas daun tanaman = 350 x 5
= 1750 cm2
Dengan demikian ruangan dengan luas 25 m2 atau 250.000 cm2 hanya membutuh dukungan 1750 cm2, yaitu sekitar 0,07%. Sehingga dapat direkomendasikan bahwa dalam satu ruangan dengan volume 100 m3 dapat diletakkan Sansevieria dewasa yang memiliki luasan per daun 350 cm2 dengan jumlah paling sedikit 5 helai sebagai penetralisir udara tercemar.


Tabel 1. Tanaman Pembersih dan Luas Daun Masing-masing (Pennisi dan van Iersel, tanpa tahun):


6.3 Mekanisme Sri Rejeki dalam Menyerap Polusi
Berbeda dengan Sansevieria, Sri Rejeki atau Aglaonema memiliki cara yang menyerupai AC dengan sistem Plasmacluster dalam membersihkan udara dari polusi, khususnya polusi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Media tanam beserta daun tanaman Aglaonema ini banyak mengeluarkan uap air sehingga udara dalam ruangan menjadi lembap sehingga pergerakan spora jamur menjadi terhambat. Selain uap, Aglaonema juga rajin menyemprotkan senyawa yang dinamai phytochemical. Zat ini berkhasiat untuk menekan pertumbuhan spora jamur dan bakteri merugikan dalam ruangan. Hasil penelitian Associated Landscape Contractors of America menemukan bahwa phytochemical mampu menekan populasi bakteri dan spora jamur merugikan hingga 50 -60%. Hal seperti itu terjadi sebagai salah satu mekanisme alami tumbuhan untuk bertahan dan melindungi diri dari serangan pathogen [13].
Menurut Yayat Supriyatna dosen Planologi Universitas Trisakti Jakarta, setiap 1000 orang penduduk Ibu Kota butuh ruang hijau seluas 0,95 ha. Artinya, setiap kepala menghendaki dukungan hidup dari helaian daun seluas 9,5 m². Jika dirata-rata, besaran itu kira-kira sama dengan luas daun Aglaonema sebanyak 1 pot [13]. Apabila dihitung dari data luas daun Sri Rejeki (Dieffenbachia seguine (Jacq.) Schott) maka diperlukan individu dengan jumlah daun sebanyak 14 helai.

7. Kesimpulan
Kombinasi Lidah Mertua dan Sri Rejeki dapat menjadi alternatif untuk menggantikan fungsi AC bersistem Plasmacluster sebagai penetralisir polusi udara dalam ruangan terutama yang disebabkan oleh asap rokok dan mikroorganisme. Pada ruangan dengan ukuran 5 m x 5 m x 4 m atau 100 m3 dapat digunakan masing-masing satu pot tanaman Lidah Mertua dan Sri Rejeki yang masing-masing terdiri 5 helai daun dan 14 helai daun sebagai penetralisir polusi udara.


8. Daftar Pustaka
[1] Idionline/KCM. 2005. Memetik Udara Segar di Rumah. http://www.keluargasehat.com/sekitar-rumahisi.php?news_id=681. Diakses tanggal 5 Maret 2008
[2] Republika-online. 2007. AC Hemat dan Ramah Lingkungan. http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=285230&kat_id=387. Diakses tanggal 5 Maret 2008
[3] Organisasi.org. 2006. Pencemaran Udara pada Lingkungan Hidup Sekitar Kita. http://www.organisasi.org/user/godam64. diakses tanggal 28 Januari 2008
[4] Sudrajad A. 2005. Pencemaran Udara, Suatu Pendahuluan. http://www.io.ppi-jepang.org/article.php?edition=5. Diakses tanggal 2 Februari 2008
[5] Selimut Jepang. 2008. Terapi Udara Bersih. http://terapiudarabersih.blogspot.com/. Diakses tanggal 15 April 2008
[6] Tanya dokter anda com. 2008. Kau Bakar Dirimu, Kau Bunuh Jantungmu. http://www.tanyadokteranda.com/taxonomy/term/130. Diakses tanggal 17 Maret 2008
[7] Manohara L. 2007. Karbon Monoksida "The Silent Killer". http://www.kaskus.us/showpost.php?s=9eb00153dfd032fc75cce33527358049&p=19391 850&postcount=1. Diakses tanggal 17 Maret 2008
[8] Kompas. 2007. Waspadai Polusi dalam Ruangan. http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0505/29/konsumen/1778573.htm. Diakses tanggal 15 April 2008
[9] Aboutblank.web.id. 2008. Khasiat Sansevieria. http://www.aboutblank.web.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=76. Diakses tanggal 15 Maret 2008
[10] Rikara D. 2007. Menjilati Polusi dengan Lidah Mertua. http://id.wordpress.com/tag/tanaman-hias/. Diakses tanggal 2 Februari 2008
[11] Noverita W. K. 2007. Sansiviera -SI TAJAM ANTI POLUSI. http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=11386. Diakses tanggal 2 Februari 2008
[12] Utami E. 2005. Hubungan Antara Kualitas Udara Pada Ruangan Ber-AC Sentral dan Sick Building Sindrome di Kantor Telkom DIVRE IV Jateng-DIY. http://www.kesmas-unnes.or.id.htm. Diakses tanggal 13 Februari 2008
[13] Franz J.B. 2008. Tangkis Renggutan Gas Polutan. http://agriculturesupercamp.wordpress.com/. Diakses tanggal 5 Maret 2008
[14] Syariefa E. 2008. Ampuhnya si Penyedot Bau Maut. http://www.trubus-online.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=1&artid= 1160. Diakses tanggal 5 Maret 2008
[15] Sansevieria-indogallery. 2007. Tentang Sansieveria. http://www.sansevieria - indogallery.com/Indonesia/Home/Tentang_Sansieveria.htm
[16] The Darkprince. 2008. (Sekilas Info) Aglaonema. http://forum.gilaupload.com/viewtopic.php?f=114&t=4969&p=58547. Diakses Tanggal 10 April 2008
[17] Sharp-Canada. 2006. How Does The Technology Work?. http://www.sharp.ca/products/ion/plasma_2.asp. Diakses tanggal 5 Maret 2008
[18] Digital. 2008. Sharp Andalkan Plasmacluster. http://202.158.49.149/29022004/Elektronika/SharpPlasma.htm. Diakses tanggal 14 Maret 2008
[19] Pennisi, B. V. Dan M. Van Iersel. Tanpa tahun. Quantification of Carbon Assimilation in Interiorscape Plants In Simulated and In Situ Environments. University of Georgia. 22 pages

1 komentar:

  1. wahhh kerennn ,.,.,saya suka artikel ini ,.,.semangat terus ya bikin artikel yg bermanfaat ,.,tapi kurang dikit nie ,.,.kasi harga dan cara perawatan'nya ,terutama di dalam ruangan yg kedap matahari ,.,.tolong ya ,kirim kekurangan itu ke email saya .,. deta.saetemp@gmail.com

    BalasHapus