Kamis, 17 Mei 2012

BELUT


Kerajaan:
 Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
 Actinopterygii
Ordo:
Synbranchiformes
Upaordo:
ynbranchoidei
Famili:
ynbranchidae



Belut adalah sekelompok ikan berbentuk mirip ular yang termasuk dalam suku S Synbranchidae. Suku ini terdiri dari empat genera dengan total 20 jenis. Jenis-jenisnya banyak yang belum diperikan dengan lengkap sehingga angka-angka itu dapat berubah. Anggotanya bersifat pantropis (ditemukan di semua daerah tropika).
Belut berbeda dengan sidat, yang sering dipertukarkan. Ikan ini boleh dikatakan tidak memiliki sirip, kecuali sirip ekor yang juga tereduksi, sementara sidat masih memiliki sirip yang jelas. Ciri khas belut yang lain adalah tidak bersisik (atau hanya sedikit), dapat bernafas dari udara, bukaan insang sempit, tidak memiliki kantung renang dan tulang rusuk. Belut praktis merupakan hewan air darat, sementara kebanyakan sidat hidup di laut meski ada pula yang di air tawar. Mata belut kebanyakan tidak berfungsi baik; jenis­jenis yang tinggal di gua malahan buta.
Ukuran tubuh bervariasi. Monopterusindicus hanya berukuran 8,5 cm, sementara belut marmer Synbranchus marmoratus diketahui dapat mencapai 1,5m. Belut sawah sendiri, yang biasa dijumpai di sawah dan dijual untuk dimakan, dapat mencapai panjang sekitar 1m (dalam bahasa Betawi disebut moa).
Budidaya Belut Kebanyakan belut tidak suka berenang dan lebih suka bersembunyi di dalam lumpur. Semua belut adalah pemangsa. Daftar mangsanya biasanya hewan-hewan kecil di rawa atau sungai, seperti ikan, katak, serangga, serta krustasea kecil.

BUDIDAYA BELUT :  CERAH.
Demikian gambaran yang terpancar dari budi daya belut yang semakin menggeliat dari tahun ke tahun. Setidaknya hal ini terlihat dari semakin tingginya permintaan belut, baik belut segar maupun belut olahan untuk pasar dalam negeri dan luar negeri.
Sebenarnya , budi daya belut tidak terlalu sulit dilakukan dan tidak perlu mengeluarkan biaya besar jika dibandingkan dengan pembudidayaan ikan jenis lain. Lahan sempit tidak menjadi persoalan dalam budi daya belut, karena hewan bertubuh licin ini bisa dipelihara di lahan yang sangat terbatas , bahkan di dalam tong / drum sekalipun. Secara teknis, pembudidayaan dan pemeliharaan belut hanya memerlukan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Apalagi ditunjang dengan keuletan dan keseriusan dalam memeliharanya, sudah pasti produksi belut akan meningkat.  
A. MengenalBelut
Belut mulai digemari masyarakat Indonesia sejak tahun 1979. Bentuknya yang bulat panjang dan hanya memiliki satu sirip di punggungnya membuat sosok belut mempunyai keunikan tersendiri. Dibalik keunikannya tersebut, ternyata belut banyak menyimpan keistimewaan. selain rasanya yang lezat, protein yang dikandung dalam dagingnya juga tergolong tinggi. Jadi tidak mengherankan jika banyak konsumen mancanegara yang sangat menggemarinya , sehingga menjadikan belut sebagai salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia. 
Di alam bebas, belut bisa dijumpai hidup di sawah, di rawah - rawa, sungai kecil dan laut. Karena termasuk hewan yang hidup di daerah beriklim tropis, belut banyak dijumpai di berbagai wilayah di Indonesia. Saat ini, sentra budi daya belut di Indonesia berada di Yogyakarta dan di sekitar Kuningan provinsi Jawa Barat. Sedangkan daerah lainnya , seperti Jawa Timur dan daerah lainnya sebagian besar merupakan tempat penampungan belut tangkapan langsung dari alam. Belut yang banyak dikenal ada tiga jenis yaitu belut sawah ( Monopterus albus ), belut rawa ( Simbrankus bengalesis ) dan belut tambak ( Macrotama caligans ). Sementara ini yang banyak sekali diminta oleh pasar dalam dan luar negeri adalah belut sawah dan belut tambak.  
B. PeluangUsahaBudiDayaBelut
Pada awalnya, belut sawah dikenal sebagai hama pada tanaman padi di sawah. Sedangkan belut tambak, dikenal pula sebagai hama pada lahan tambak karena memakan udang atau bibit - bibit ikan yang dikembangbiakan di tambak.
Namun seiring berjalnnya waktu, hingga saat ini belut telah menjadi primadona / andalan ekspor yang tak kalah unggul dibandingkan dengan jenis ikan lainnya. Mengapa demikian ? , disamping rasanya yang lezat ternyata belut banyak mengandung protein dan bahkan di negara - negara seperti Jepang, Korea Selatan, Hongkong dan Taiwan, dimana belut diyakini sebagai sumber makanan berprotein tinggi yang dapat membangkitkan stamina tubuh. Disamping negara -negara tersebut, ternyata sekarang permintaan belut dari Indonesia juga mulai diminati di negara Amerika serikat, Australia dan Singapura, Selandia baru, Perancis, Italia, Spanyol, Belanda, Inggris, Denmark , dimana belut di konsumsi sebagai menu tambahan dalam setiap hidangan. Bagi masyarakat yang ada di negara - negara tersebut , belut merupakan masakan papan atas yang hanya bisa dijumpai di restoran mewah dan hotel berbintang. Jadi disini sudah jelas pangsa pasar kosumen belut yang masih terbuka sangat luas , kemungkinan juga akan semakin meningkat jumlah negara yang ingin mengimpor belut dari Indonesia.
Biasanya, belut yang dipesan oleh negara - negara tersebut adalah belut segar (fresh eels ), belut beku ( frozen eels ) dan belut asap ( smoked eels ). Permintaan belut segar dan hidup pada tahun ini di sejunlah negara ­negara Asia sebanyak 60 ton per hari, akan tetapi pada saat ini hanya dapat terpenuhi sebanyak 5 ton saja per harinya dari 3 eksportir belut yang ada di Indonesia. Sedangkan untuk negara -negara di kawasan benua Eropa , permintaan belut asap ( smoked eels ) sebanyak 2 - 4 ton per hari. Ini semua belum termasuk permintaan belut untuk konsumen lokal yang ada di kota besar seperti Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Solo dan Malang. 
Oleh karena pasar yang begitu prospektif dan cerah, maka budi daya belut sangatlah menjajikan. Sedangkan untuk pasar dalam negeri, pada umumnya belut yang banyak dijual berasal dari tangkapan alam dan baru sedikit yang membudidayakannya.

C. Pasar Lokal dan Ekspor
Belut yang banyak mengandung protein sebagai salah satu sumber gizi yang baik untuk anak - anak hingga orang dewasa. Saat ini pemasaran belut hasil peternakan banyak di pasrkan di pasar - pasar tradisional hingga supermaket. perlu diketahui juga bahwa harga belut sangat bagus baik untuk pasar lokal maupun ekspor. Harga belut saat ini untuk pasar lokal berkisar antara Rp. 24.000 --Rp. 29.000 / Kg. Sedangkan untuk pasar ekspor , harga belut sangat bagus yakni berkisar 6 - 10 Dollar Amerika / Kg.

Belut Tantangan dan Harapan Masa Depan
Budidaya Belut saat ini dirasa sangat menguntungkan mengingat permintaan dalam dan luar negeri terus meningkat, namun Belut alam yang hidup bebas sangat sulit ditemukan. 
Penggunaan pestisida pembahas hama dilahan pertanian ternyata berdampak menghilangnya sebagian spesies ikan, termasuk belut. Hal ini sangat memprihatinkan, bila dipandang dari segi keseimbangan alam. Kelestarian alam merupakan tanggungjawab bersama penghuni bumi.
Budidaya Belut sebenarnya tidak sulit dan juga tidak mahal. Masyarakat yang memiliki lahan sempitpun dapat memelihara belut. Secara Teknis Budidaya dan pemeliharaan belut (monopterus albus) hanya memerlukan perhatian dalam memilih tempat/lokasi budidaya, pembuatan kolam, media pemeliharaan, memilih benih, perkembangbiakan belut,penetasan, makanan dan kebiasaan makan serta hama. Disisi lain kita memerlukan tata cara panen, pasca panen, pemasaran dan pencatatan. 
Teknik Budidaya dan Pemeliharaan Belut
a. Tempat/Lokasi Budidaya
Pemilihan lokasi bakal pembuatan kolam ditempat yang tidak secara langsung terkena sinar matahari, meskipun dapat disiasati dengan pemberian peneduh. Disamping itu luas lahan dengan memperhatikan kemiringan dan batas calon kolam. Kolam ini dapat diatas tanah atau galian tanah, hal ini tergantung pada luas lahan yang akan memudahkan pengamatan, pembangunan konstruksi kolam, seperti pintu air, saringan dan lain sebagainya.
b. Pembuatan kolam
Lokasi yang telah ditentukan dengan memperhatikan persyaratan teknis dan jenis kolam, baik kolam penampungan induk, kolam pemijahan dan pendederan serta kolam pembesaran. Kolam-kolam ini memiliki ukuran tersndiri, pertama, Kolam Penampungan Induk berukuran 200 cm x 400 cm x 80 cm, kedua Kolam Pemijahan 200 cm x 200 cm x 100 cm, ketiga, Kolam Pembesaran 500 cm x 500 cm x 120 cm.
c. Media Pemeliharaan
Kolam budidaya belut menggunakan media pemelihaan sebagai tempat hidup berupa tanah/lumpur sawah yang dikeringkan, pupuk kandang, pupuk kompos (sekam/gabah padi yang dibusukkan), jerami padi, cincangan batang pisang, pupuk urea dan NPK dengan perbandingan kurang lebih sebagai berikut :
x Lapisan paling bawah tanah/lumpur setinggi 20 cm.
x Lapisan pupuk kandang setinggi 5 cm.
x Lapisan tanah/lumpur setinggi 10 cm.
x Lapisan Pupuk kompos setinggi 5 cm.
x Lapisan tanah/lumpur setinggi 10 cm.
x Lapisan jerami padi setinggi 15 cm, yang diatasnya ditaburi secara merata pupuk urea 2,5 kg dan NPK 2,5 kg untuk ukuran kolam 500 cm x 500 cm. Perbandingan jumlah pupuk dan luas kolam ini juga dipergunakan dalam ukuran kolam, baik lebih besar maupun kecil.
x Lapisan tanah/lumpur setinggi 20 cm. x Lapisan air dengan kedalaman setinggi 15 cm, yang ditaburi secara merata batang pisang sampai menutupi permukaan kolam.
Seluruh media pemeliharaan ini didiamkan agar terjadi proses permentasi dan siap untuk pemeliharaan belut selama kurang lebih dua minggu. 
d. Pemilihan Benih
Media pemeliharaan yang sudah lengkap dan siap untuk pemeliharaan, menuntut pemilihan bibit belut yang berkualitas agar menghasilkan keturunan normal.
Syarat Benih Belut : pertama, anggota tubuh utuh dan mulus atau tidak cacat atau bekas gigitan. kedua, mampu bergerak lincah dan agresif. ketiga, penampilan sehat yang ditunjukan dengan tubuh yang keras, tidak lemas tatkala dipegang. keempat, tubuh berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklatan. kelima, usia berkisar 2-4 bulan. Disamping itu diperhatikan pula pemilihan induk belut jantan dan betina sebagai berikut :
1. Ciri Induk Belut Jantan
2. Ciri Induk Belut Betina x Berukuran panjang 20-30 cm x Warna permukaan kulit cerah atau lebih muda x Warna hijau muda pada punggung dan warna putih kekuningan pada

x
Berukuran panjang lebih dari 40 cm.
x
Warna permukaan kulit gelap atau abu-abu.
x
Bentuk kepala tumpul.
x
Usia diatas sepuluh bulan.

perut
x Bentuk kepala runcing
x Usia dibawah sembilan bulan.

e. Perkembangan Belut
Belut berkembangbiak secara alami dialam terbuka dan dapat dibudidaya dengan perkembangbiakan normal dikolam dengan media pemeliharaan yang memenuhi persyaratan. Belut secara lami memiliki masa kawin selama musim hujan (4-5 bulan), dimalam hari dengan suhu sekitar 28° C atau lebih. Musim kawin ini ditandai dengan berkeliarannya belut jantan kepenjuru kolam, terutama ketepian dan dangkal yang akan menjadi lubang perkawinan. Lubang berbentuk “U”dimana belut jantan akan membuat gelembung busa dipermukaan air untuk menarik perhatian betina, namun belut jantan menunggu pasangannya dikolam yang tidak berbusa. Telur-telur dikeluarkan disekitar lubang, dibawah busa dan setelah dibuahi akan dicakup pejantan untuk disemburkan dilubang persembunyian yang dijaga belut jantan.
f. Penetasan
Telur-telur ini akan menetas setelah 9-10 hari, tetapi dalam pendederan menetas pada hari ke 12-14. Anak-anak belut ini memiliki kulit kuning yang semakin hari akan berangsur-angsur menjadi coklat. Belut jantan akan tetap menjaga sampai belut muda berusia dua minggu atau mereka meninggalkan sarang penetasan untuk mencari makanan sendiri.
g. Makanan dan kebiasaan makan
Belut secara alamiah memakan segala jenis binatang kecil yang hidup atau terjatuh di air. Belut ini akan menyergap makanannya dengan membuat lubang perangkap, lubang ini menyerupai terowongan berdiameter 5 cm.

h. Hamabelut
Belut jarang terserang penyakit yang disebabkan oleh kuman atau bakteri, namun mereka sering kekurangan pangan, kekeringan atau dimakan sesama belut dan predator lainnya, sehingga memerlukan air mengalir agar tetap sehat.
Setelah belut berkembang sesuai yang diharapkan, kita harus memperhatikan tata cara panen agar belut tidak luka dan tetap segar, baik untuk pasar lokal maupun antar daerah dan ekspor. Belut untuk pasar lokal hanya memerlukan ukuran sedang dengan umur 3-4 bulan, sedangkan ekspor perlu ukuran lebih besar dengan usia 6-7 bulan. Perlakukan pasca panenpun juga harus diperhatikan, baik dalam membersihkan dan memperbaiki kolam pemeliharaan serta dilakukan penggantian media yang baru, sehingga makanan belut tidak habis bahkan semakin banyak.
Belut merupakan makanan bergizi yang layak dikonsumsi manusia, sehingga dapat dipasarkan dimanapun, baik lokal maupun ekspor dengan harga yang cukup menguntungkan.
Disamping itu persyaratan kolam, sehingga belut dapat berkembang dengan baik dan aman dari hama dan predator alami. Kolam ini dapat diatas atau menggali tanah. Pembuatan kolam belut diawali dengan perencanaan konstruksi kolam, pemilihan lahan. Hal ini dilanjukan dengan penggalian tanah atau pembuatan bak diatas tanah, baik untuk kolam penampungan induk, kolam pemijahan dan pendederan maupun kolam pembesaran. Kolam­kolam ini memiliki ukuran tersendiri antara lain Kolam Penampungan Induk berukuran 200 cm X 400 cm kedalaman 80 cm, Kolam Pemijahan dan Pendederan berukuran 200 cm X 200 cm kedalaman 100 cm, Kolam Pembesaran berukuran 500 cm X 500 cm kedalaman 120 cm. Disamping ukuran dan persyaratan lahan juga dilengkapi dengan media pemeliharaan dengan urutan dan ukuran antara lain sebagai berikut :

 1. Jerami setinggi 40 cm.
 2.  Pupuk Urea 5 kg dan NPK 5 kg (kolam berukuran 500 cmX500 cm atau perbandingannya).
3. Lumpur/tanah setinggi 5 cm. 
4. Pupuk Kandang setinggi 5 cm. 
 5. Pupuk kompos setinggi 5 cm. 
   6. Lumpur/tanah setinggi 5 cm. 
7. Cincangan Batang Pisang setinggi 10 cm.
8. Lumpur/tanah setinggi 15 cm. 
9. Air setinggi 10 cm. 
10. Enceng gondog sebanyak 3/4 permukaan kolam. Media pemeliharaan ini didiamkan agar terjadi proses permentasi selama kurang lebih dua minggu, sehingga siap untuk ditaburi bibit/benih belut yang akan dibudidayakan.

Pelaksanaan pengembangbiakan dapat dimulai setelah kolam dan media pemeliharaan siap. Langkah berikutnya adalah memilih bibit belut yang baik agar hasilnya dapat maksimal. Bibit belut ini harus dipilih yang sempurna atau normal dan singkirkan yang tidak normal. Belut yang berkualitas ini akan menghasilkan keturunan yang baik, sehingga akan berkembang dengan baik pula. Belut berkualitas memenuhi persyaratan sebagai berikut : 
1. Anggota tubuh utuh dan mulus yaitu tidak ada luka gigitan. 
2. Gerakan lincah dan agresif. 
3.     Penampilan sehat yang dicirikan tubuh yang keras dan tidak lemas manakala dipegang.
4. Tubuh berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklatan. 
5. Umur antara 2-4 bulan.

Ciri-ciri Induk Belut yang baik dapat dikenali melalui penampilan :
1. Induk Belut Jantan. 
-Berukuran panjang lebih dari 40 cm.
 -Permukaan Kulit lebih gelap atau abu-abu
. -Bentuk Kepala Tumpul. 
-Umur lebih dari sepuluh bulan.
 2.     Induk Belut Betina.
 -Berukuran panjang antara 20-30 cm. 
-Permukaan Kulit lebih cerah dan warna putih kekuningan pada perutnya. 
-Bentuk kepala runcing. 
-Umur dibawah sembilan bulan. Belut ini mudah berkembangbiak dialam terbuka dan tidak sulit dibudidayakan dikolam yang menyerupai habitatnya serta memberikan penghasilan yang cukup menjanjikan. 


Perkembangbiakan belut, setahun sekali, akan dimulai dengan Belut jantan membuat lubang menyerupai huruf “U” dan gelembung udara yang menarik betina.
Perkawinan akan terjadi pada lubang dan telur akan bertaburan dibawah gelembung udara yang benyerupai busa. Telur-telur ini selanjutnya akan dicakup Belut Jantan untuk ditetaskan di lubang persembunyian dengan pengawasan Belut jantan selama 9-10 hari dialam terbuka dan 12-14 hari dikolam pemijahan. Belut muda ini akan mencari makan sendiri dan lepas dari belut jantan setelah berumur 15 hari.
Secara alami belut memakan binatang lain yang lemah, karena itu mereka harus membuat lubang perangkap yang menyerupai terowongan yang berkelok agar mangsanya tidak mudah lepas. 
Belut ini dapat dipanen setelah tiga bulan penaburan untuk pasar lokal, namun pasar ekspor minimal enam bulan. Kolam setelah panen diperbaiki dan diganti media pemeliharaannya agar zat renik yang diperlukan pemeliharaan berikutnya dapat tersedia cukup. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar