Seks di Akhir Pekan
Bertambahnya usia membuat frekuensi
hubungan intim dengan isteri menurun. Jika ia ingin kembali bisa menikmati
hubungan seks dua kali seminggu, bagaimanakah caranya?
Kasus:
"Saya
pria berusia 45 tahun. Sebelumnya saya rutin melakukan hubungan suami isteri
seminggu 2 kali. Belakangan ini saya cuma melakukan hubungan seks di akhir
pekan. Apabila sedang in the mood bisa Sabtu dan Minggu berturut-turut. Tapi
bila tidak, hanya sekali yaitu Sabtu atau Minggu saja. Pertanyaan saya: Apakah
bertambahnya usia mengurangi frekuensi hubungan seks? Apakah hubungan seks
seumur saya sekali seminggu termasuk normal atau kurang? Apabila kurang,
normalnya seminggu berapa kali? Hubungan seks yang normal biasanya berlangsung
berapa menit? Apa yang perlu saya lakukan agar dapat melakukan hubungan seks
dengan durasi dan frekuensi yang normal atau setidaknya seminggu 2 kali?"
(Heri Budiman, Jakarta)
Jawab:
Penentu Frekuensi
Frekuensi
hubungan seksual ditentukan oleh dorongan seksual, rangsangan seksual yang
diterima, keadaan kesehatan tubuh dan ada tidaknya hambatan psikis. Sedangkan
dorongan seksual ditentukan oleh hormon testosteron, keadaan kesehatan, faktor
psikis, dan pengalaman seksual sebelumnya.
Kalau terdapat
hambatan terhadap faktor yang mempengaruhi di atas, maka frekuensi hubungan
seksual menurun. Sebagai contoh, kalau dorongan seksual menurun, dengan
sendirinya frekuensi hubungan seksual menurun pula. Bila terjadi kejenuhan
terhadap suasana yang monoton, frekuensi juga menurun.
Sebaliknya kalau
faktor di atas baik, maka frekuensi meningkat. Contohnya, bila dorongan seksual
baik maka keinginan melakukan hubungan seksual juga meningkat sehingga
frekuensi pun meningkat.
Bila
rangsangan seksual yang berasal dari pasangan cukup kuat, baik secara fisik
maupun psikis, maka keinginan melakukan hubungan seksual juga meningkat.
Sebaliknya, bila rangsangan yang berasal dari pasangan menurun, misalnya karena
hambatan komunikasi atau hilangnya daya tarik fisik, maka dorongan seksual
menurun dan frekuensi menurun juga.
Wajar Menurun
Kalau Anda
mengalami penurunan dalam frekuensi hubungan seksual, itu dapat dimengerti.
Memasuki usia pertengahan, wajar kalau frekuensi hubungan seksual menurun
karena beberapa hal di atas.
Mungkin
keadaan kesehatan tubuh tidak sebaik sebelumnya. Apalagi kalau terdapat
gangguan kesehatan yang mungkin tidak Anda sadari, misalnya kadar kolesterol
yang tinggi atau diabetes (kencing manis).
Pada usia
pertengahan, hambatan psikis pada umumnya muncul antara lain karena kejenuhan
dengan suasana bersama pasangan, beban kerja yang semakin meningkat dan tekanan
mental.
Tidak ada
ketentuan harus berapa kali hubungan seksual dilakukan pada usia pertengahan.
Berapa kalipun boleh saja dilakukan asal sesuai dengan kemauan, kemampuan dan
kesepakatan dengan pasangan. Demikian juga dengan lamanya melakukan
hubungan seksual, jangan ditentukan berdasarkan waktu.
Prinsipnya,
hubungan seksual dilakukan untuk kepuasan bersama. Jadi kalau merasa sama-sama
sudah cukup puas, berarti hubungan seksual itu harmonis, berapa pun lamanya.
Kalau Anda
ingin menambah frekuensi hubungan seksual, perhatikan faktor yang
mempengaruhinya. Kalau tidak ada faktor yang mendukung, maka frekuensi sulit
ditambah. Hal yang juga penting ialah, apakah istri Anda pun menginginkan hubungan
seksual lebih sering atau tidak? @
Berhubungan Seks Sekali Seminggu..!
Kasus:
“Saya seorang
suami berusia 35 tahun, seusia istri. Kami sudah menikah tujuh tahun dan telah
mempunyai dua anak. Sejak awal menikah kami tidak terlalu sering
melakukan hubungan seks. Sejak sekitar lima tahun lalu kami
hanya melakukan hubungan seksual sekali seminggu. Saya sering
merasa lelah dan kebetulan istri pun tidak suka berinisiatif . Kalau saya tidak
memulai, istri tidak pernah menyatakan ingin melakukan hubungan seks. Berapa
kali seminggu hubungan seksual yang wajar untuk suami istri? Apakah ada
gangguan pada diri saya, sehingga sering merasa lelah? Mengapa istri tidak
pernah berinisiatif?"
(Laode, Makasar)
Jawab:
”Tergantung Kemampuan”
Frekuensi
hubungan seksual ditentukan oleh dorongan seksual, keadaan kesehatan tubuh,
faktor psikis, dan pengalaman seksual sebelumnya. Kalau dorongan seksual kuat,
keadaan kesehatan baik, tidak ada hambatan psikis, dan pengalaman seksual
sebelumnya selalu menyenangkan, frekuensi hubungan seksual pun akan cenderung
meningkat. Jadi tidak ada ketentuan yang pasti berapa kali hubungan seksual
yang wajar dilakukan oleh suami istri. Hubungan seksual boleh dilakukan berapa
kali pun, asal sesuai kemampuan dan kemauan setiap pasangan.
Artinya,
berapa kali pun hubungan seksual boleh dilakukan asalkan memang dikehendaki dan
disepakati bersama. Kalau hanya salah satu pihak yang menghendaki, sedang
pasangannya tidak, sebaiknya hubungan seksual tidak dilakukan.
Kalau Anda dan
istri merasa cukup dengan berhubungan seksual sekali seminggu, itulah yang
terbaik bagi Anda berdua. Kalau Anda dan istri sudah merasa cukup puas dengan
frekuensi sekali seminggu itu, tentu tidak akan muncul masalah.
Anda dan istri
tidak perlu membandingkan dengan pasangan lain yang mungkin frekuensi hubungan
seksualnya lebih tinggi. Biarkan saja mereka melakukannya karena itu memang
sesuai dengan kemauan dan kemampuan mereka.
Masalah baru
muncul kalau terjadi kesenjangan dalam keinginan melakukan hubungan seksual. Sebagai
contoh, bila suami menginginkan hubungan seksual lebih sering, tetapi istri
menghendaki sebaliknya, tentu akan muncul masalah. Demikian juga sebaliknya,
bila istri menghendaki lebih sering, sedangkan suami menginginkan lebih jarang.
Perlu Kesepakatan
Kelelahan yang
kerap Anda alami itu merupakan salah satu penyebab mengapa Anda tidak mampu
melakukan hubungan seksual lebih sering lagi. Di sisi lain, istri yang tidak
suka mengambil inisiatif juga merupakan penyebab mengapa hubungan seksual tidak
berlangsung lebih sering. Bayangkan kalau istri menginginkan lebih sering,
sementara Anda tidak mampu karena selalu merasa lelah.
Bagi kehidupan
seksual Anda dan istri, hal yang penting adalah apakah Anda dan istri sudah
cukup puas dengan hubungan seksual sekali seminggu itu. Kalau Anda dan istri
memang merasa cukup puas, itulah yang terbaik, dan biarkanlah terus
berlangsung. Namun, kalau Anda atau istri merasa tidak cukup puas, dapat dicari
kesepakatan untuk melakukannya lebih sering. Masalahnya, bagaimana kemampuan
Anda atau istri. Untuk meningkatkan kemampuan melakukan hubungan seksual, tentu
harus diperhatikan faktor yang menghambat selama ini. Kelelahan yang Anda alami
harus diatasi dulu. Untuk itu, Anda memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Di sisi lain,
keengganan istri untuk berinisiatif harus dilenyapkan. Pertanyaan yang muncul,
mengapa istri enggan melakukan hubungan seksual dan tidak pernah berinisiatif?
Apakah mungkin
selama ini istri Anda tidak pernah mencapai orgasme dan merasakan kepuasan
seksual? Kalau ini yang terjadi, wajar istri Anda tidak pernah berinisiatif dan
enggan melakukan hubungan seksual. Ini harus diungkapkan dengan jelas
melalui konsultasi lebih jauh. @
Tidak ada komentar:
Posting Komentar