Wahai
Saudariku, Kenapa Engkau Berpakaian Tapi Telanjang?
Fenomena
berbusana Muslimah, berjilbab atau sekadar berkerudung di kalangan artis, model
dan selebritis sedikit banyak telah ikut menyumbang sosialasasi budaya Islam di
tengah masyarakat sehingga semakin banyak wanita Muslimah Indonesia yang
berbusana Muslimah, berjilbab, atau sekadar berkerudung.
Dengan
semakin marak dan memasyarakatnya budaya Islam ini di tengah masyarakat kita
patut menghaturkan rasa syukur kepada Allah swt. Selain rasa syukur, pada saat
yang sama, rasa sesal juga wajar muncul di hati. Rasa sesal ini muncul karena
masih banyak saudari-saudari seiman kita yang belum, tidak mau, tidak bisa,
atau salah paham dalam memahami definisi jilbab yang sesungguhnya, sehingga
tidak sedikit dari mereka yang masih belum memenuhi seluruh syarat dan
ketentuan berbusana sebagaimana yang telah diatur oleh Sang Pembuat syari’at.
Mengapa
ada sebagian Muslimah yang belum memenuhi seluruh syarat dan ketentuan
berbusana Muslimah? Karena ada sebagian Muslimah ketika beraktivitas di luar
rumah atau ketika berhadapan dengan non muhrimnya ketika berada di rumah
mengenakan pakaian tapi masih ada bagian aurat lainnya yang terbuka seperti
rambut. Mengenakan pakaian ketat, pendek, berbahan tipis, dan atau berbahan
transparan. Karena ada sebagian Muslimah yang mengenakan jilbab ketat, pendek,
berbahan tipis, dan atau berbahan transparan.
Muslimah
seperti ini meskipun mengenakan pakaian atau bahkan berjilbab menurut
Rasulullah saw dikategorikan sebagai telanjang.
“Dua
golongan di antara penghuni neraka yang belum aku lihat keduanya: suatu kaum
yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk memukul
orang-orang; perempuan yang berpakaian, tetapi telanjang yang cenderung dan
mencenderungkan orang lain, kepala mereka seperti punuk unta yang miring.
Mereka ini tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium aroma surga.
sesungguhnya aroma surga itu bisa tercium sejauh perjalanan demikian dan
demikian.” (HR. Muslim)
berpakaian
tapi telanjang ada tiga makna;
Pertama, wanita
yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian dalam tubuhnya.
Kedua, wanita yang membuka sebagian aurat
tubuhnya.
Ketiga, wanita yang mendapatkan nikmat Allah
namun tidak bersyukur kepada-Nya.
berpakaian
tapi telanjang mengandung beberapa arti. Pertama, berpakaian atau dibungkus nikmat
Allah swt tetapi telanjang dari bersyukur kepada-Nya. Kedua, terbungkus pakaian
tetapi telanjang dari perbuatan baik dan perhatian terhadap akhirat serta tidak
berbuat taat. Ketiga,
mengenakan pakaian tetapi tampak sebagian auratnya; Keempat, berpakaian tipis
yang masih memperlihatkan warna kulit dan lekuk tubuhnya.
Allah swt
memberitahukan kepada kita tujuan diturunkan pakaian kepada kita adalah untuk
menutup aurat. Jika berpakaian tapi jika ada sebagian aurat yang masih terbuka,
lekuk tubuh jelas terlihat karena mengenakan pakaian ketat, atau anggota tubuh
yang wajib ditutupi dan warna kulit nampak karena mengenakan pakaian tipis dan
transparan berarti kita menyalahi aturan Allah swt dan tujuan Allah swt
menurunkan pakaian, yang sama artinya kita berani menentang Allah swt.
يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاساً يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشاً وَلِبَاسُ التَّقْوَىَ ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاساً يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشاً وَلِبَاسُ التَّقْوَىَ ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
“Hai anak
Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup
‘auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang
paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan
Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al-A’raaf
[7]:26)
Wahai
saudariku! janganlah kalian mau ditipu oleh setan yang menyuruhmu untuk
berpakaian tapi sesungguhnya telanjang! Jika engkau tidak mau dan tidak dapat
ditipu oleh setan berarti engkau tidak menjadikan setan sebagai pemimpinmu.
يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاء لِلَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ
“Hai anak
Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah
mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya
pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan
pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa
melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu
pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-A’raaf
[7]:27)
Wahai
saudariku, kenapa engkau berpakaian tapi telanjang? Apa niat dan tujuanmu?
Apakah karena ingin tampil trendy?
Apakah karena ingin memamerkan anggota tubuh dan keindahan tubuhmu? Apakah
ingin merasa modern dan tidak ingin dicap kolot dan ketinggalan jaman? Apakah
karena takut tidak bisa mendapatkan dunia berupa pekerjaan atau materi?
Wahai
saudariku, ketika engkau mendirikan shalat menghadap Allah swt tentu engkau
berpakaian lebar dan panjang. Engkau tentu tidak berani berpakaian ketat dan
pendek. Engkau tentu tidak berani menampakkan sebagian atau seluruh bagian
auratmu, atau menampakkan bentuk lekuk-lekuk tubuhmu. Demikian juga halnya di
dalam kehidupan sehari-hari di luar (selain) shalat, tentu engkau pasti tidak
berani menentang Allah dan Rasul-Nya. Engkau tahu dan paham, ajaran Islam
termasuk cara berbusana tidak hanya diamalkan ketika shalat saja, tapi harus
diamalkan dalam segala aktivitas kehidupan.
Wahai
saudariku, jika engkau tercatat sebagai pelajar/mahasiswi sebuah lembaga
pendidikan atau sebagai pegawai sebuah perusahaan tentu engkau mematuhi
peraturan berbusana yang ada. Engkau pasti tidak berani menentang peraturan
yang ada. Demikian juga halnya sebagai Muslimah, engkau tentu bersedia mematuhi
peraturan yang ditetapkan agamamu.
Jika ada
pertentangan antara peraturan di mana engkau belajar atau bekerja dengan
peraturan agamamu, tentu engkau lebih memilih agamamu. JIka kebijakan pemimpin
di tempat belajar atau bekerjamu bertentangan dengan aturan Tuhanmu, tentu
engkau lebih takut kepada Tuhanmu dan lebih memilih aturan Tuhanmu. Engkau tahu
dan sadar pemimpinmu bukanlah Tuhanmu, tidak mampu menyelamatkan dirimu dari
azab di dunia dan di kampung akhirat. Engkau tahu dan sadar engkau tidak ingin
ikut masuk neraka jika pemimpinmu masuk neraka. Jangan sampai kelak di akhirat
engkau mengatakan kepada Allah swt. perkataan sebagaimana termaktub dalam ayat
berikut ini:
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا
“Dan
mereka berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin
dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang
benar).” (QS. Al-Ahazab [33]:67)
Wahai
saudariku, Allah swt lah yang memberimu pakaian. Maka bersyukurlah kepada-Nya.
Bersyukur dengan cara mematuhi segala perintah-Nya dan meninggalkan segala
larangan-Nya termasuk dalam hal berbusana.
“Wahai
hamba-Ku, kamu semua asalnya telanjang, kecuali yang telah Aku beri pakaian,
maka hendaklah kamu minta pakaian kepada-Ku, pasti Aku memberinya.” (HR.
Muslim)
Wahai
saudariku! Takutlah peringatan nabimu. Beliau saw. memperingatkan wanita-wanita
berpakaian tapi telanjang tidak akan bisa mencium bau surga dari jarak jauh.
Mencium baunya saja tidak, apalagi masuk ke dalamnya.
Wanita
yang Berpakaian Tapi Telanjang, Sadarlah !!!
Saat ini
sangat berbeda dengan beberapa tahun silam.Sekarang para wanita sudah banyak
yang mulai membuka aurat. Bukan hanya kepala yang dibuka atau telapak kaki,
yang di mana kedua bagian ini wajib ditutupi. Namun, sekarang ini sudah banyak
yang berani membuka paha dengan memakai celana atau rok setinggi betis. Mungkin
beberapa tahun lagi, berpakaian ala barat yang transparan dan sangat memamerkan
aurat akan menjadi budaya kaum muslimin. Semoga Allah melindungi keluarga kita dan generasi kaum
muslimin dari musibah ini.
Tanda
Benarnya Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum
pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk
memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka
seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan
tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama
perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)
Hadits ini merupakan tanda mukjizat kenabian.
Kedua golongan ini sudah ada di zaman kita saat ini. Hadits ini sangat mencela
dua golongan semacam ini. Kerusakan seperti ini tidak muncul di zaman
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam karena sucinya zaman beliau, namun kerusakan
ini baru terjadi setelah masa beliau hidup (Lihat Syarh Muslim, 9/240
dan Faidul Qodir,
4/275).Wahai Rabbku. Dan
zaman ini lebih nyata lagi terjadi dan kerusakannya
lebih parah.
Saudariku, pahamilah makna ‘kasiyatun ‘ariyatun’
Wanita berpakaian sempit sama seperti
telanjang walaupun mereka lengkap berpaian menutup aurat.
Wanita berpakaian sempit dibenarkan
hanya di hadapan mahramnya (kerabat si wanita yang haram menikahinya).
Sedangkan di hadapan wanita lain tidak boleh, apalagi di hadapan lelaki lain.
Wanita yang berpakaian sempit menampakkan lekuk tubuhnya Rasulullah dalam hal
ini menegaskan; “Tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan mencium bau surga.
((صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ
أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا
النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ
كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ
رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا)) رواه مسلم
“Dua golongan termasuk ahli neraka,
aku belum pernah melihat mereka; satu kaum (penguasa) yang membawa cambuk
(besar) seperti ekor sapi, dengannya mereka memukuli manusia; dan kaum wanita
yang berpakaian tetapi telanjang, menggoda dan menyimpang, kepala mereka
seperti punuk unta yang miring, mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan
mendapati aromanya, padahal aromanya bisa didapat dari jarak perjalanan sekian
dan sekian.” (HR. Muslim)
Dan sabdanya:
Dan sabdanya:
))سَيَكُونُ فِي آخِرِ أُمَّتِي رِجَالٌ
يَرْكَبُونَ عَلَى السُّرُوجِ كَأَشْبَاهِ الرِّجَالِ يَنْزِلُونَ عَلَى أَبْوَابِ
الْمَسْجِدِ نِسَاؤُهُمْ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ عَلَى رُءُوسِهِمْ كَأَسْنِمَةِ
الْبُخْتِ الْعِجَافِ الْعَنُوهُنَّ فَإِنَّهُنَّ مَلْعُونَاتٌ)) رواه أحمد وقال
الهيثمي رجال أحمد رجال الصحيح
“Akan ada di akhir zaman ummatku, orang-orang yang
naik diatas pelana seperti layaknya orang-orang besar, mereka singgah di depan
pintu-pintu masjid, wanita-wanita mereka berpakaian namun telanjang, di atas kepala
mereka ada semacam punuk unta, laknatlah mereka karena sesungguhnya mereka itu terlaknat.” (HR. Ahmad, Al-Haitsami berkata,
para periwayat Ahmad orang-orang yang shahih/ benar).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar