“ Gara gara flu burung, harga ikan
jadi mahal ! “ Demikian celoteh ibu2 di ruang tunggu klinik yang sempat
terdengar oleh saya. Lho kok bisa ? Iya dong….orang2 kan lagi pada takut makan
ayam jadinya pada beralih rame2 mengkonsumsi ikan segar. Daripada tertular flu
burung dari ayam, begitu komentar publik. Tentunya disertai doa semoga virus
flu burung nggak pengen coba2 nyebur ke laut atau tambak untuk bikin acara baru
berupa flu ikan.( Boro2, wong ikan itu bersin aja nggak bisa, meski tiap hari
hidungnya digelitik sama air ).
Kalau saya pikir2 sih, syukur2 aja
kalau masyarakat pada beramai ramai makan ikan segar. Tanpa sangkut paut dengan
flu burung pun yg jelas ikan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Ikan bahkan
dapat menurunkan resiko serangan jantung ataupun stroke, karena mengandung zat
yg saat ini lagi populer digembar gemborkan dalam dunia makanan kesehatan
maupun suplemen2 yaitu Omega-3 dan Omega-6. Apalagi yang jelas, ikan itu
rasanya enaaaak tenan to ( ribet deh bahasa saya ), dimasak apapun siap dihajar
bleh aja. Saya tidak bisa bayangkan kalau di dunia ini tidak ada ikan. Menu
makanan tak akan lezat, tak akan lengkap, tak kan sempurna deh jadinya. Tanpa
kita sadari banyak protein, vitamin dan mineral yg telah membangun kesehatan
& pertumbuhan tubuh serta kecerdasan otak kita sejak kecil berasal dari
ikan segar. Maka merugilah orang2 yg tidak suka makan ikan…. Jreng2…. ( salam
buat Nono di Sepinggan �
)
Tak dapat disangkal lagi
berjenis-jenis ikan telah dikonsumsi manusia semenjak ratusan tahun silam, tak
peduli kandungan gizi yang ada di dalamnya. Tapi alasan untuk mengkonsumsi ikan
berubah total pada dasawarsa 1950-an, setelah para ahli epidemiologi
menyimpulkan, orang-orang Eskimo secara kuantitatif terbukti terkena serangan
jantung lebih rendah dibandingkan dengan orang Amerika. Kesimpulan itu
dikeluarkan untuk menjawab pertanyaan mengapa orang Amerika banyak yang terkena
serangan jantung, sebaliknya orang-orang Eskimo di Greenland tidak. Setelah
diselidiki lebih dalam, ternyata orang Eskimo yang tinggal di Kutub Utara itu
mengkonsumsi ikan dalam jumlah yang relatif banyak. Sementara masyarakat Eskimo
yang tinggal di Denmark yang mengikuti kebiasaan makan orang Denmark,
prevalensi serangan jantung sama dengan masyarakat pada umumnya. Kesimpulan di
atas memberi penjelasan, pola makan sangat berpengaruh pada risiko terkena
serangan jantung.
Di Norwegia dan Jepang yang sebagian besar warganya juga mengkonsumsi
ikan, prevalensi serangan jantung menjadi rendah. Bahkan di negeri Sakura,
hasil laut rasa-rasanya tidak terpisahkan dari menu sehari-hari. Mereka
rata-rata mengkonsumsi hasil laut 35 kg/kapita/tahun. Termasuk udang,
cumi-cumi, kerang, tumbuhan laut, dsb. Dari studi lanjutan para ilmuwan
mendapati bukti ikan aut banyak mengandung lemak tak jenuh tinggi omega-3.
Sesudah penemuan itu dipublikasikan secara luas, nama omega-3 pun melambung
tinggi. Berbagai jenis ikan yang dipercaya banyak mengandung omega-3 dicari
untuk dikonsumsi. Kini tak sebuah pasar swalayan pun yang tidak menjual ikan
laut.
Omega-3 yang banyak terdapat di ikan-ikan laut dalam tidak
hanya memperkuat daya tahan otot jantung, tetapi juga bisa meningkatkan
kecerdasan otak bila diberikan sejak dini, melenturkan pembuluh darah,
menurunkan kadar trigliserida, dan mencegah penggumpalan darah.
Omega-3
termasuk dalam asam lemak tak jenuh jamak (polyunsaturated fatty acid, PUFA).
PUFA dibagi menjadi dua grup penting yakni asam lemak omega-3 dan asam lemak
omega-6. Contoh asam lemakomega-3 ialah asam eikosapentaenoat (EPA) dan asam
dokosaheksaenoat (DHA). EPA dan DHA dikenal sebagai asam lemak tak jenuh dengan
satu ikatan rangkap pada atom C ketiga. Karena ikatan rangkap pada atom C ketiga,
maka disebut omega-3. Contoh asam lemak omega-6 ialah asam linoleat dan asam
arakhidonat.
Omega-3 berasal dari beragam
jenis ikan seperti sardin, tuna, cakalang, kembung, tenggiri (mackerel) ,
salmon, trakulu, kakap dsb. Semua jenis ikan ini hidup di air permukaan.
Dalam pandangan pemerhati
makanan sehat, secara umum daging ikan dianggap lebih baik dari daging sapi
yang merah. Kendati antara daging dan ikan kandungan gizi dan proteinnya relatif
sama, tetapi ikan unggul dalam kandungan omega-3 dan omega-6.
Omega-3 bisa melarutkan
kandungan kolesterol yang tinggi di dalam tubuh. Kolesterol adalah jenis lemak
yang sebagian besar dibentuk di dalam hati dan dapat ditemukan dalam beragam
makanan.
Kolesterol dibutuhkan tubuh
dalam jumlah tertentu untuk membentuk asam empedu, hormon, vitamin D, dan
dinding sel. Tapi kolesterol yang berlebihan akan mengendap pada dinding
pembuluh darah yang dikenal dengan arteriosklerosis. Pengendapan ini membuat
dinding arteri menebal. Hal ini akan memblokade dan mengurangi diameter arteri
sehingga darah platelets (sel darah yang mengontrol penggumpalan) menempel pada
dinding arteri dan bisa memacetkan urat nadi, atau trombosis.
Masih banyak keuntungan lain
dengan mengkonsumsi ikan karena setiap bagian tubuhnya bisa dimakan. Kita simak
fakta berikut ini:
• Daging
putih mengandung asam lemak tak jenuh omega-3 dan protein yang berisi asam
amino taurin dan sepuluh jenis asam amino esensial.
• Daging
merah mengandung asam lemak tak jenuh omega-3, protein, vitamin A dan B.
• Kulit
mengandung vitamin A dan B2.
• Tulang
mengandung mineral, terutama kalsium dan fosfor.
• Isi
perut mengandung vitamin dan mineral.
• Kepala dan mata mengandung polisakarida yang berperan
dalam kelembutan kulit dan pembuluh darah.
Semua itu dapat memberikan
keseimbangan nilai gizi bagi mereka yang rakus ikan. Ada baiknya masyarakat
memanfaatkan kekayaan ikan yang bernilai gizi tinggi itu.
Tapi
tunggu dulu, sebelum anda gulung celana ( buat bapak2, soalnya nggak ada gulung
rok buat ibu2 ) ramai2 menyerbu pasar ikan atau nongkrongin nelayan pulang
melaut di tepi pantai, perhatiakn tips berikut agar jangan sampai salah beli
ikan. Yang maksudnya buat kesehatan eh ternyata dapat ikan yang sudah tidak
segar lagi yg malah merusak kesehatan.
1. Jika
membeli ikan, belilah yang paling segar. Untuk orang yg senang makan ikan,
umumnya telah dapat membedakan antara ikan yang masih segar dan ikan yang sudah
mulai menurun mutunya. Karena itu jika hendak membeli ikan untuk dimasak,
pastikanlah membeli ikan yang paling segar meskipun mungkin harganya lebih
mahal atau ikan yang masih hidup jika ikan air tawar yang dibeli.
Di samping itu, biasakanlah membeli
ikan di pasar-pasar yang peralatan serta lingkungannya serba bersih dan
menyenangkan. Dengan membeli ikan yang masih segar maka kemungkinan untuk
mengalami keracunan makanan, dapat diperkecil. Ikan yang masih segar, juga akan
memberikan nilai gizi yang tinggi. Nah…buat yg di lokasi, harus lebih rajin
lagi dong ya nongkrongin para nelayan di Rapak( Santan ) Tanjung Jumlai &
Api api ( Lawe lawe ) menjelang off atau lebih rajin bertengger ( ngapain )
buat yg di offshore.
Ciri-ciri ikan yang masih segar
adalah rupa dan warna ikan terang mengkilap, bau segar, mata jernih dan
menonjol, insang berwarna merah darah, dan badan ikan lembut elastis (jika
ditekan dengan jari tidak berbekas). Sedangkan ciri-ciri untuk produk olahan
ikan yang bermutu adalah rupa dan warna serta baunya masih menarik sebagaimana
tanda-tanda khusus yang harus terdapat pada ikan olahan tersebut.
2. Hidup selalu dalam lingkungan bersih dan sehat. Pada
dasarnya ikan yang baru tertangkap tidak mengandung bakteri-bakteri pathogen
kecuali jika tertangkap di badan perairan yang tercemar. Pada umumnya penularan
bakteribakteri yang mungkin dapat menimbulkan keracunan makanan terjadi sejak
ikan ditangani dan diolah serta dipasarkan dengan seringnya tersentuh oleh
tangan manusia. Justru manusialah sebagai sumber utama penularan di samping
peralatan yang kotor dan lingkungan hidup yang kurang sehat.
Karena itu, penjual
makanan umumnya dan penjual ikan khususnya hendaklah selalu memelihara
kesehatannya agar tidak menulari bahan makanan yang dijualnya. Di samping
perlunya pengetahuan akan kesehatan dan nilai gizi, semua pihak yang
berhubungan dengan penanganan dan pemasaran ikan sebaiknya menyadari bahwa ikan
itu merupakan bahan makanan yang cepat busuk atau rusak (high parishable).
3.
Memanasi (memasak) ikan yang akan dimakan. Proses pemasakan pada ikan sebelum
dikonsumsi dapat membunuh bakteri-bakteri pathogen penghasil racun yang mungkin
terdapat pada ikan dan produk olahannya. Proses pemanasan juga dapat
menon-aktifkan racun yang telah dibentuk bakteri. Suhu yang tinggi pada proses
pemanasan dapat merusak dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi mati.
4.
Jangan membeli atau mengkonsumsi jenis ikan yang belum dikenal. Jenis ikan yang
sering kita beli atau dikonsumsi selain telah diketahui rasanya yang sesuai
dengan lidah kita juga terjamin keamanannya. Untuk ikan yang tidak kita kenal
jenisnya atau bahkan belum pernah kita mengkonsumsinya, haruslah ekstra
hati-hati untuk mencicipinya. Hal ini dikhawatirkan jenis ikan tersebut termasuk
golongan ikan beracun yaitu ikan yang tidak mampu memetabolisme logam-logam
berat.
Membeli ikan segar dipasaran
memang gampang-gambang susah, agar tidak terkecoh di saat membeli maka harus
dikenali dari ciri-ciri fisiknya maupun baunya. Mata ikan segar, terang, bening
menonjol dan cembung. Sedangkan mata ikan yang tidak segar, redup, terbenam,
berwarna kelabu dan tertutup lendir. Insang ikan segar warnanya merah sampai
merah tua, terang dan cerah, serta tidak berbau. Sedangkan ikan yang tidak
segar, insangnya kotor, berwarna pucat dan gelap keabu-abuan, berlendir dan
berbau menyengat.
Lendir ikan segar cemerlang,
homogen dan transparan. Sedangkan lendir ikan yang tidak segar agak mengering
dan berwarna seperti susu. Sisik ikan segar melekat kuat, mengkilat, tertutup
lendir jernih, sisik masih utuh, belum banyak yang hilang. Sedangkan sisik ikan
yang tidak segar mudah lepas dan kadang banyak sisiknya yang sudah hilang. Ikan
segar berbau segar dan tidak ada baubau yang asing. Sedangkan ikan yang tidak
segar berbau tidak enak dan sangat menusuk. Kondisi ikan segar, bebas dari
parasit-parasit apapun, tanpa luka-luka atau kerusakan pada badan ikan, jika
daging ikan ditekan maka teksturnya akan cepat kembali. Sedangkan ikan yang
tidak segar banyak terdapat parasit badannya lembek jika ditekan dagingnya
tidak kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar