Syaikh Muhammad
At-Tamimi
Pendahuluan
Ketahuilah, bahwa sesunguhnya kelurusan ajaran Nabi Ibrahim
'alaihis salam adalah beribadah kepada Allah secara ikhlas dalam melaksanakan
ibadah kepada-Nya. Allah berfirman [artinya]: "Dan Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.
(Adz-Dzariyaat1:56)
Dan bila Anda telah tahu bahwasanya Allah menciptakanmu untuk
beribadah kepada-Nya, maka ketahuilah bahwa ibadah tidak disebut ibadah kecuali
bila disertai dengan tauhid. Sebagaimana shalat, tidaklah disebut shalat bila
tidak disertai dengan bersuci.
Bila ibadah dicampuri syirik, maka rusaklah ibadah itu,
sebagaimana rusaknya shalat bila disertai adanya hadatz (tidak suci). Allah
berfirman [artinya]:" Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan
mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah
orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka itu kekal di dalam
neraka" (At-Taubah: 17)
Oleh karena itu, perlu dipahami bahwa ibadah yang bercampur dengan
kesyirikan akan merusak ibadah itu sendiri. Dan ibadah yang bercampur dengan
syirik itu akan menggugurkan amal sehingga pelakunya menjadi penghuni neraka,
Allah berfirman [artinya]: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (An-Nisaa': 48)
Kemurnian
ibadah akan mampu dicapai bila memahami 4 kaidah yang telah Allah nyatakan
dalam firman-Nya:
Kaidah Pertama
Engkau
harus mengetahui bahwa orang-orang kafir yang diperangi oleh Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka meyakini bahwa Allah sebagai Pencipta,
Pemberi rizki, Yang menghidupkan, Yang mematikan, Yang memberi manfa'at, Yang
memberi madzarat, Yang mengatur segala urusan (tauhid rububiyah). Tetapi
semuanya itu tidak menyebabkan mereka sebagai muslim, Allah berfirman:
"Katakanlah:
'Siapa yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapa yang kuasa
[menciptakan] pendengaran dan penglihatan, dan siapa yang mengeluarkan yang
mati dari yang hidup, dan siapa yang mengatur segala urusan?' Maka mereka akan
menjawab:'Allah'. Maka katakanlah:'Mengapa kamu tidak bertakwa
[kepada-Nya]." (Yunus:31)
Kaidah Kedua
Mereka (musyrikin) berkata :"Kami tidak berdo'a kepada mereka
(Nabi, orang-orang shalih dll) kecuali agar bisa mendekatkan kepada Allah dan
mereka nantinya akan memberi syafa'at. Maksud kami kepada Allah, bukan kepada
mereka. Namun hal tersebut dilakukan dengan cara melalui syafaat dan
mendekatkan diri kepada mereka".
Dalil tentang mendekatkan diri yaitu firman Allah [artinya]:"Dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):"Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah
dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara
mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak
menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar" ( Az-Zumar: 3)
Adapun dalil tentang syafa'at yaitu firman Allah [artinya]:"Dan
mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan
kepada mereka dan tidak pula kemanfa'atan, dan mereka berkata:"Mereka
itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah".
Katakanlah:"Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak
diketahui-Nya di langit dan tidak [pula] di bumi" Maha Suci Allah dan Maha
Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan [itu]." (Yuunus: 18)
Syafa'at itu ada 2 macam:
.
• Syafa'at
munfiyah (yang ditolak)
.
• Syafa'at
mutsbitah (yang diterima)
Syafa'at munfiyah adalah syafa'at yang dicari dari selain Allah.
Sebab tidak seorangpun yang berkuasa dan berhak untuk memberikannya kecuali
Allah, Allah berfirman [artinya]:"Hai orang-orang yang beriman,
belanjakanlah [di jalan Allah] sebagian dari rezki yang telah Kami berikan
kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan
tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa'at. Dan
orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah: 254)
Adapun
syafa'at mutsbitah adalah syafa'at yang dicari dari Allah. Pemberi syafa'at itu
dimuliakan dengan syafa'at, sedangkan yang diberi hak untuk memberikan syafa'at
adalah orang yang diridhai Allah, baik ucapan maupun perbuatannya setelah
memperoleh izin-Nya. Allah berfirman [artinya]:"Siapakah yang mampu
memberi syafa'at disamping Allah tanpa izin-Nya?" (Al-Baqarah:255)
Kaidah Ketiga
Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menerangkan
kapada manusia tentang macam-macam sistem peribadatan yang dilakukan oleh
manusia. Diantara mereka ada yang menyembah matahari dan bulan, diantara mereka
ada pula yang menyembah orang-orang shaleh, para malaikat, para wali,
pepohonan, dan bebatuan.
Mereka semua diperangi oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam, dalilnya adalah firman Allah [artinya]:"Dan perangilah
mereka sehingga tidak ada lagi fitnah, dan dien ini menjadi milik Allah
semuanya."(Al-Baqarah:193)
Sedangkan dalil larangan beribadah kepada matahari dan bulan
adalah firman Allah [artinya]: "Dan sebagian dari tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada
matahari dan janganlah [pula] kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah
Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja
menyembah."(Fushilat:37)
Dan dalil larangan beribadah kepada orang-orang shaleh adalah:
"Katakanlah:'Panggillah mereka yang kamu anggap selain Allah, maka
mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan
tidak pula memindahkannya'. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri
mencari jalan kepada Rabb mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat
[kepada Allah] dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya;
sesungguhnya azab Rabbmu adalah sesuatu yang [harus] ditakuti. (Al-Ishra:56-57)
Adapun dalil tentang larangan beribadah kepada para malaikat
adalah: "Dan [ingatlah] hari [yang di waktu itu] Allah mengumpulkan
mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat:"Apakah mereka
ini dahulu menyembah kamu?" Malaikat-malaikat itu menjawab:"Maha Suci
Engkau.Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah
jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu".Maka pada hari ini
sebahagian kamu tidak berkuasa [untuk memberikan] kemanfaatan dan tidak pula
kemudharatan kepada sebahagian yang lain.Dan Kami katakan kepada orang-orang
yang zalim:"Rasakanlah olehmu azab neraka yang dahulunya kamu dustakan
itu". (Sabaa': 40-42)
Larangan beribadah kepada para Nabi dalilnya:"Dan [ingatlah]
ketika Allah berfirman:"Hai 'Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan
kepada manusia:"Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Ilah selain
Allah". 'Isa menjawab:"Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan
apa yang bukan hakku [mengatakannya]. Jika aku pernah mengatakannya maka
tentulah Engkau telah mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak
mengetahui apa yang ada pada diri-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui
perkara yang ghaib-ghaib"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali
apa yang Engkau perintahkan kepadaku [mengatakannya] yaitu:"Sembahlah
Allah, Rabbku dan Rabbmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka.
Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka.
Dan Engkau adalah Maha Meyaksikan atas segala sesuatu. Jika engkau menyiksa
mereka, maka sesungguhnya adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni
mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
(Al-Maidah:116-118)
Adapun
dalil tentang larangan penyembahan terhadap pepohonan, bebatuan adalah hadits
Abi Waqid Al-Laitsi, dia berkata: " Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam menuju Hunain. Kami adalah para pemuda yang telah
mengenal bentuk-bentuk kesyirikan. Orang-orang musyrik mempunyai tempat duduk
untuk beristirahat dan menggantungkan senjata. Tempat itu dikenal sebagai Dzatu
Anwath. Lalu kami melalui pohon bidara dan [sebagian] kami mengatakan:
"Wahai Rasulullah, buatlah bagi kami Dzatu Anwath seperti yang
mereka (musyrikin) miliki. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Allahu Akbar, itu adalah assunnan (jalan), kamu kamu telah mengatakan
-demi dzat yang menguasai diriku-sebagaimana yang telah dikatakan oleh Bani
Israel kepada Musa, "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah ilah (berhala)
sebagaimana mereka mempunyai beberapa ilah (berhala)". Musa
menjawab:"Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang bodoh". Sesungguhnya
mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang
selalu mereka kerjakan. Musa menjawab:"Patutkah aku mencari Ilah untuk
kamu yang selain dari pada Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu
atas segala umat." (Al-A'raf:138-140)
Kaidah Keempat
Sesungguhnya kaum musyrik zaman kita labih parah kesyirikannya
dibanding musyrikin zaman dahulu, sebab musyrikin zaman dahulu, mereka berdo'a
secara ikhlas kepada Allah ketika mereka ditimpa bahaya, akan tetapi mereka
berbuat syirik ketika mereka dalam keadaan senang.
Sedangkan
orang-orang musyrik zaman sekarang, mereka terus menerus melakukan perbuatan
syirik, baik dalam bahaya maupun ketika sedang senang, hal ini sebagaimana
diterangkan Allah dalam Al-Qur'an: "Maka apabila mereka naik kapal
mereka berdo'a kepada Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya, maka
tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka [kembali]
mempersekutukan [Allah], agar mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan
kepada mereka dan agar mereka (hidup) bersenang-senang [dalam kekafiran]. Kelak
mereka akan mengetahui [akibat perbuatannya]." (Al-Ankabut: 65-66)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar