Senin, 17 Desember 2012

AQIDAH SYIAH (3 & 4)


III
AL-QURAN DAN KITAB-KITAB SAMAWI


24. Falsafah Turunnya Kitab Samawi
Syi'ah meyakini bahwa Allah Swt telah menurunkan sejumlah kitab samawi untuk menuntun umat manusia ke jalan yang lurus, antara lain: Sahifab Ibrahim dan Nuh, Taurat, Injil, dan al-Quran, yang merupakan kitab paiing sempurna. Jika kitab-kitab ini tidak turun, maka manusia akan tersesat dalam perjalanannya menuju ma'rifatullah dan dalam beribadah kepada-Nya. Manusia juga akan kehilangan dasar-dasar taqwa, akhlak, pendidikan, dan aturan-aturan sosial yang dibutuhkannya.
Kitab-kitab samawi ini menyirami rohani manusia bagaikan hujan yang mengguyur bumi dan menumbuhkan di dalamnya bibit-bibit taqwa, akhlak, ma'rifatullah, pengetahuan, dan al-hikmah.
Rasul beriman atas apa yang telah diturunkan Tuhannya kepadanya. Demikian pula orang-orang beriman. Mereka semuanya beriman pada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para utusan-Nya. (QS. 2:285)
Tapi sayang, banyak di antara kitab-kitab samawi itu, telah diselewengkan oleh tangan-tangan jahil dan orang-orang bodoh serta disusupi pikiran-pikiran yang menyesatkan, kecuali al-Quran, yang oleh sebab-sebab yang akan kami jelaskan nanti pada tempatnya tidak dapat diyangkau oleh tangan-tangan kotor untuk diselewengkan. Al-Quran laksana matahari yang memancarkan cahaya sepanyang zaman menerangi hati manusia.
Telah datang dari sisi Allah kepada kamu cahaya dan kitab yang jelas. Melaluinya, Allah memberi petunjuk jalan-jalan keselamatan kepada orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya. (QS.5:15-16)

25. Al-Quran Mukjizat Terbesar
Syi'ah meyakini bahwa al-Quran adalah mukjizat utarna Nabi Mijhammad saw. Tapi bukan hanya dan sisi kefasihan, keanggian bahasa, keindahan keterangan-keterangannya, dan kesempurnaan maknanya semata, melainkan juga mencakup aspek-aspek lainnya. Untuk mengetahui hal ini lebih jauh silahkan baca buku-buku aqidah dan ilmu kalam.
Karena itu Syi'ah meyakini bahwa tidak seorang pun dapat membuat kitab seperti al-Quran atau bahkan sebuat surat sekalipun. Al-Quran men.antang siapa saja, bahkan secara berulang-ulang, agar mereka membuat seperti al-Quran. Tapi tidak seorang pun yang mampu memenuhi tantangan ini.
Katakanlah, seandainya manusia dan jin bekerjasama untuk membuat yang seperti al-Quran, niscaya mereka takkan dapat membuat Yang sepertirya, sekalipun mereka sa!ing mendukung satu sama lainnya. (QS. 17:88)
Dan jika kamu ragu tantang apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami, maka buatlah sebuah surah yang seperti al-Quran dan ajaklah orang-orangmu, selain Allah, untuk membantumu, jika memang kamu benar. (QS. 2:23)
Syi'ah meyakini bahwa al-Quran tidak akan surut dengan berlalunya zaman. Malah kemukjizatannya semakin berkibar dan keagungannya semakin tampak.
Dalam sebuah hadis dari Imam Ja'far Shadiq as dikatakan bahwa:
Sesungguhnya Allah swt tidak menjadikan al-Quran hanya untuk suatu masa atau suatu kelompok manusia saja. Tapi ia aktual untuk setiap zaman dan cocok untuk setiap masyarakat hingga hari kiamat. (Bihar al-Anwar, 2:280, hadis no: 44)

26. Al-Quran Tidak Mengalami Perubahan
Syi'ah meyakini bahwa al-Quran yang ada di tangan kaum Muslimin saat ini adalah al-Quran yang sama dengan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, tanpa sedikitpun mengalami penambahan atau pengurangan.
Para penulis wahyu telah membukukan al-Quran sejak hari-hari pertama turunnya wahyu. Kaum Muslimin senantiasa membacanya siang dan malam dan pada saat melakukan shalat limawaktu. Banyak di antara mereka yang hafal al-Quran di luar kepala. Dalam hal ini, para penghapal dan pembaca al-Quran memperoleh kedudukan khusus dalam masyarakat muslim. Banyak hal menyebabkan al-Quran terpelihara dari penyimpangan dan perubahan, di samping itu, Allah sendiri telah menjamin akan menjaganya sampai kapanpun. Oleh karena itu, al-Quran tidak akan mengalami penyimpangan atau perubahan.
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Quran dan Kami pula yang akan memeliharanya. (QS. 15:9)
Para pakar dan ulama-ulama terkemuka Islam, baik Sunni maupun Syi'ah, sepakat bahwa al-Quran terpelihara dengan baik dan tidak mengalami sedikitpun perubahan atau tahrif. Kalau toh ada yang berpandangan bahwa telah terjadi tahrif, baik dan pihak Syi'ah atau Sunni, itu hanya oleh segelintir orang, yang nota bene hanya bersandarkan kepada beberapa riwayat, yang oleh ulama kedua belah pihak telah dinyatakan palsu, maudhu', dan ditolak mentah-mentah, atau dipahami dalam arti perubahan yang bersifat maknawi, al-tahrif al-maknawi, yang berarti telah terjadi penyimpangan terhadap makna ayat al-Quran, bukan redaksinya. Atau paling tidak, telah terjadi pencampuradukan antara tafsir ayat di satu pihak dan teks asli al-Quran di pihak lain.
Dengan demikian, orang-orang yang berpikiran sempit, yang senantiasa menuding Syi'ah atau Sunni telah meyakini tahrif, padahal ulama-ulama terkemuka kedua aliran ini telah menolak mentah-mentah adanya tahrif itu. Sesungguhnya di satu sisi, dengan bodoh telah menohok al-Quran, dan di sisi lain, telah membuat celah untuk mempertanyakan keabsahan kitab samawi nan agung ini. Selain itu, telah memberikan pengabdian besar kepada musuh dan orang-orang yang mengincar Islam.
Selain itu, rnengarnati perjalanan sejarah pembukuan al-Quran, jam'ul-qur’an, sejak zarnan Nabi saw dan perhatian besar yang diberikan kaum Muslimin untuk menulis al-Quran, menghafalnya, dan membacanya, serta adanya penulis-penulis wahyu sejak hari-hari pertama turunnya al-Quran, mengungkapkan kepada kita suatu kebenaran yang tidak dapat diingkari bahwa tangan-tangan jahil tidak akan mampu menjamah al-Quran untuk melakukan tahrif sampai kapanpun.
Dalam pada itu Syi'ah tidak mempunyai al-Quran lain selain yang beredar luas di tangan kaum Muslimin. Untuk menelusuri hal ini, bukanlah sesuatu yang sulit. Rumah-rumah kami, masjid, perpustakaan, dan sebagainya penuh dengan al-Quran. Bahkan berbagai musium malah menyimpan manuskrip-manuskrip al-Quran kuno yang berumur ratusan tahun. Semuanya sama, sedikitpun tidak ada perbedaan. Dan jika dulu penelusuran ini dirasa sulit, tapi masa kita sekarang ini, sama sekali tidak ada kesulitannya, bahkan setiap orang bisa melakukannya dengan baik dan ia akan sampai pada kesimpulan bahwa tudingan-tudingan itu semuanya palsu.
Maka berilah kabar gembira kepada hamba-hamba-Ku yang mendengarkan perkataan kemudian mengikuti apa yang terbaik daripadanya.(QS. 39:17-18)
Dewasa ini, institusi-institusi pendidikan agama kami, Hauzah, aktif mengkaji ilmu-ilmu al-Quran secara luas, yang salah satu kajian pentingnya ialah kajian tentang tidak adanya tahrif dalam al-Quran.


27. Al-Quran dan Kebutuhan Materi Rohani Manusia
Syi'ah meyakini bahwa segala kebutuhan manusia, apakah materi atau rohani, prinsip-prinsip dasarnya telah dijelaskan oleh al-Quran. Al-Quran telah menjelaskan pokok-pokok pikiran tentang pohtik dan pemerintahan, hubungan antar masyarakat prinsip-prinsip pergaulan, perang, damai, hukum, ekonomi, dan sebagainya, yang jika diterapkan pasti akan membawa kesejahteraan dalam kehidupan manusia.
Dan Sesungsnhnya Kami telah turunkan al-Quran sebagai penjelasan bagi segala sesuatu, petunjuk, rahmat, dan pembawa kabar gembira bagi orang-orang Islam. fQS. 16: 89)
Karena itu Syi'ah yakin bahwa Islam selamanya tidak dapat dipisahkan dari masalah pemerintahan dan politik. Bahkan menyeru pemeluknya agar memegang kendali urusan mereka sendiri supaya dapat menghidupkan nilai-nilai Islam yang tinggi dan mendirikan masyarakat yang Islami, yang menegakkan keadilan sejati, terhadap kawan maupun lawan.
Hai orang-orang yang beriman, jadilah penegak-penegak keadilan dan saksi-saksi untuk Allah walaupun atas dirimu sendiri, kedua orang tua, atau keluarga dekat. (QS. 4: 135)
Dan jangan sekali-sekali kebencianmu kepada suatu kaum mmdorongmu untuk tidak berlaku adil. Berlakulah adil, sesungguhnya keadilan itu lebih dekat kepada taqwa. (QS. 5:8)

28. Membaca, Mengkaji, dan Mengamalkan
Syi'ah meyakini bahwa membaca al-Quran merupakan salah satu ibadah yang paling utama di antara ibadah-ibadah lainnya, karena membaca al-Quran dapat membantu pembacanya melakukan telaah dan kajian terhadap al-Quran. Sedangkan telaah dan kajian itu sendiri merupakan sumber amal saleh. Allah menyeru nabi-Nya:
Bangunlah pada malam hari kecuali sedikit, yaitu separuhnya atau kurangi sedikit, atau tambahkan sedikit, dan bacalah al-Quran secara tartil. (QS. 73:2-4)
Dan menyeru seluruh kaum Muslimin:
Bacalah apa wng mudah dari al-Quran. (QS. 73:20)
Akan terapi, seperti vang telah kami singgung di atas, bacaan tersebut harus dapat mengantarkannya melakukan telaah dan kajian terhadap al-Quran, baik terhadap makna maupun kandungannya, kemudian menjadikannya mukaddimah bagi pengamalannya.
Apakah mereka tidak menelaah al-Quran? Ataukah hati mereka terkunci? (QS. 47: 24)
Dan Kami telah permudah Al-Quran untuk pelajaran, maka apakah ada yang mau mmgambil pelajaran? (QS. 54:17)
Dan adalah kitab yang Kami turunkan, penuh berkah, maka ikutilah ia. (QS. 6: 155)
Maka, orang-orang yang membatasi diri pada bacaan dan hafalan saja dan tidak mengikutinya dengan perngkajian dan pengamalannya suungguh rugi besar, karena betapa pun ia telah mengamalkan salah satu di antara tiga rukun utama, tetaapi sesungguhnya ia telah menyia-nyiakan dua rukun lainnya yang lebih utama.

29. Pembahasan Menyimpang
Syi'ah meyakini bahwa ada tangan-tangan jahat yang berusaha mengalihkan kaum Muslimin dari melakukan kajian terhadap ayat-ayat al-Quran dan pengamalannva. Pada masa Umayyah   dan   Abbasiyyah   misalnya,   tangan-tangan itu menyibukkan kaum Muslimin dengan isu keqadiman dan kebaharuan al-Quran sehingga membuat umat Islam pecah menjadi dua kelompok yang saling berseteru, yaitu antara pendukung keqadiman al-Quran dan pendukung kebaharuannya, hingga jatuh korban besar di kedua belah pihak.[1] Padahal perdebatan masalah ini sama sekali tidak didasarkan pada prinsip yang benar, yang berhak mendapatkan perhatian sebesar itu, sampai pertengkaran segala, karena jika yang dimaksud dengan kalam Allah  adalah  huruf-huruf dan lembaran-lembaran kertasnya, maka sudah pasti ia adalah baharu, tetapi jika yang dimaksud adalah ilmu Allah, maka ia qadim sebagaimana Dzat-Nya. Namun para penguasa dan khalifah-khalifah tiran pada masa itu terus membesar-besarkan rnasalah ini sehingga kaum Muslimin terlena selama bertahun-tahun, dan tangan-tangan jahat itu, sampai saat ini pun, terus berusaha dengan berbagai cara mengalihkan kaum Muslimin dari pengkajian al-Quran dan pengamalannya.

30. Kaidah Penafsiran al-Quran
Syi'ah meyakini bahwa ayat-ayat al-Quran harus difahami sesuai pengertian umum dan makna harfiyah yang dikandungnya, kecuali jika ada indikasi rasional, qarinah aqliyah, atau tertulis, qarinah naqliyah, di dalam atau di luar ayat, yang menunjukkan makna lain. Akan tetapi qarinab atau indikasi yang dimaksud tidak boleh bersifat meragukan atau masykukah. Demikian pula tidak boleh menafsirkan al-Quran hanya berdasarkan asumsi dan perkiraan.
Sebagai contoh, kita yakin bahwa maksud kata al-'ama atau buta dalam ayat, Barangsiapa buta di dunia akan buta pula di akhirat, (QS. 17:72), sudah pasti bukan dalam arti buta fisik, sebagaimana makna harfiyah, karena banyak sekali orang buta, tapi baik dan salih. Dengan demikian, maksud buta pada ayat di atas ialah buta hati atau nurani. Mengapa kita tafsirkan seperti itu? Karena demikianlah indikasi rasional atau qarinah aqliyahnya.
Demikian pula ketika al-Quran menggambarkan sekelompok musuh Islam sebagai:
Tuli, bisu, buta. Sesungguhnya mereka tidak berakal (QS. 2:171)
Jelas sekali bahwa yang dimaksud al-Quran dengan sifat-sifat tersebut di atas bukan sifat-sifat fisik, tapi sifat-sifat batin. Pemahaman seperti ini berdasarkan qarinah yang ada.
Demikian pula ketika Allah berfirman, Tetapi kedua tangan-Nya terbentang. (QS. 5:64), atau, Dan buatlah kapal dengan mata Kami. (QS. 11:37), sama sekali tidak dapat dipahami dalam arti mata atau tangan fisik, karena setiap fisik mempunyai bagian-bagian dan memerlukan ruang, waktu, dan arah sehingga ia akan punah, sedangkan Allah mustahil demikian. Kalau begitu, maka makna yang paling tepat untuk kata "kedua tangan-Nya" pada ayat di atas ialah kekuasaan-Nya yang besar, di mana semua alam tunduk pada-Nya. Sedangkan makna "mata", ialah pengetahuan-Nya terhadap segala sesuatu.
Oleh karena itu Syi'ah tidak dapat membenarkan sikap Jumud atau kaku terhadap kalimat-kalimat di atas, baik yang menyangkut sifat-sifat Allah atau bukan, demikian pula sikap tidak mengindahkan qarinah aqliyah dan naqliyah, karena patuh kepada qarinah merupakan sikap para uqala', orang-orang berakal, bahkan al-Quran pun menganut sikap ini, seperti vang ditegaskan-Nya:
Kami tidak mengirim seorang rasul kecuali dengan bahasa kaumnya. (QS. 14:4)
Hanya saja perlu diingat bahwa qarinah yang dimaksud harus jelas dan pasti, seperti yang telah kami singgung sebelum ini.

31. Bahaya Tafsir bi al-Ra'yi
Syi'ah percaya bahwa tafsir bi al-ra'yi atau menafsirkan al-Quran berdasarkan pandangan sendiri merupakan salah satu hal yang paling riskan terhadap al-Quran. Hadis-hadis menggolongkannya sebagai salah satu dosa besar, kabirah, sedangkan pelakunya diusir dari hadirat Allah Swt. Misalnya dalam sebuah hadis qudsi disebutkan bahwa Allah Swt berfirman:
Tidaklah beriman kepada-Ku orang yang menafsirkan ucapan-Ku dengan pandangannya sendiri. (Wasail, 28:18, hadis no. 22)
Ini amat jelas karena seorang mukmin yang baik tidak akan menafsirkan ucapan Allah semaunya. Dalam hadis lain, yang banyak dimuat oleh kitab-kitab utama hadis seperti Turmuzi, Nasai, Abu Daud, dan sebagainya disebutkan bahwa:
Barangsiapa mengatakan sesuatu pada Al-Quran dengan pandangannya sendiri atau dengan sesuatu yang ia tidak ketahui, maka tempatnya adalah neraka. (Mabahits fi Ulumil-quran : 304)
Adapun yang dimaksud dengan tafsir bi al-ra'y atau menafsirkan al-Quran dengan pandangannya sendiri lalah menafsirkan al-Quran semaunya, sesuai kepentingan dirinya atau kepentingan kelompoknya, tanpa disertai qariah atau bukti yang menyertai makna ayat itu. Penafsir seperti ini pada dasarnya bukan mengikuti al-Quran, tapi bermaksud agar  al-Quran mengikutinya. Dan tentu saja, orang yang memiliki iman yang utuh kepada al-Quran tidak akan melakukan hal ini.
Selain itu, jika pintu tafsir bi al-ra'yi ini dibuka, maka al-Quran akan kehilangan jati dirinya, sebab setiap orang akan menafsirkannya semaunya dan menerapkan al-Quran atas berbagai aqidah yang menyimpang.
Dengan demikian, tafsir bi al-ra'yi ialah penafsiran yang menyimpang dari kaidah bahasa, sastra, dan pemahaman pemilik bahasa, serta menerapkan al-Quran atas pandangan-pandangan yang sesat, kemauan-kemauan pribadi dan kelompok, sesuatu yang dapat mengakibatkan penyimpangan makna al-Quran.
Masih terdapat beberapa bentuk tafsir bi al-ra'yi. Salah satunya ialah memilih ayat-ayat yang sesuai dengan pandangannya saja. Misalnya, ketika ia menjelaskan masalah syafaat, tauhid, imamah, dan sebagainya, maka ia hanya memilih ayat-ayat terkait yang sesuai dengan pandangannya saja dan meninggalkan ayat-ayat lain yang tidak sesuai dengan pandangannya, yang justeru dapat berfungsi sebagai penjelas ayat-ayat lain.
Singkat kata, jumud atau kaku terhadap ayat-ayat al-Quran dan tidak mengindahkan qarinah aqliyah dan naqliyah yang benar merupakan bagian dari penyimpangan terhadap al-Quran. Demikian pula tafsir bi al-ra'yi. Keduanya membuat kita jauh dan ajaran dan nilai-nilai al-Quran yang amat tinggi.

32. Sunnah Yang Diilhami Al-Quran
Syi'ah meyakini bahwa seseorang tidak dapat mengatakan, kafana kitabullah, cukup bagi kami kitab Allah saja, dan bersikap masa bodoh kepada hadis Nabi yang berfungsi menafsirkan kebenaran-kebenaran al-Quran, menjelaskan nasikh dan mansukb, khas dan 'am, serta menerangkan pokok-pokok agama dan cabang-cabangnya, karena, ayat-ayat al-Quran sendiri menjadikan sunnah Nabi dan sirahnya sebagai hujjab bagi Muslimin dan sumber utama untuk memahami agama dan menyimpulkan hukum, istinbath al-ahkam.
Dan apa yang dibawa oleh Rasul kepadamu terimalah, dan apa yang dicegahnya jauhilah. (QS. 59:7)
Tidak ada hak bagi seorang mukmin, laki maupun perempuan, jika Allah dan rasul-Nya memutuskan suatu perkara mengambil pilihan lain dari urusan mereka. Maka barangsiapa menentang Allah dan rasul-Nya sungguh telah sesat sesesat-sesatnya. (QS. 33:36)
Maka, orang yang tidak peduli kepada al-Sunnah sesungguhnya telah memalingkan diri dari al-Quran.Tentu saja al-Sunnah harus diambil dari jalur-jalur yang benar, muktabarah, karena tidak semua yang dikatakan dari Nabi adalah betul-betul dari Nabi, karena banyak yang berbohong atas nama Nabi saw. Imam 'Ali as dalam salah satu khutbahnya mengungkapkan: ... (Bagian ini tidak tercetak dalam buku!)
Kedua, pernyataan para imam Ahlulbait as bahwa semua ucapan mereka adalah hadis Nabi saw dan apa pun yang mereka ucapkan sesungguhnya sampai kepada mereka dan orang tua mereka hingga ke Nabi saw.
Ya, Rasulullah saw memang mengetahui masa depan umatnya dan problema-problema yang akan menghadang mereka. Karena itu, ia memberikan jalan keluar kepada mereka yang tercermin dalam mengikuti al-Quran dan imam-imam Ahlulbait as.
Jika demikian, apakah pada tempatnya mengacuhkan hadis penting ini dan menganggapnya sebagai angin lalu? Karena itu, kami percaya bahwa jika persoalan ini mendapat perhatian lebih besar, maka sebagian problema yang dihadapi kaum Muslimin dewasa ini, yakni dalam masalah aqidah, tafsir, dan fiqh tidak akan pernah muncul.


[1] Pada beberpa buku sejarah disebutkan bahwa Khalifah Ma'mun dengan bantuan salah seorang qhodinya menetapkan bahwa siapa yang percaya bahwa al-Quran bukan makhluk dicopot dari jabatan dan kesaksiannya tidak dapat diterima. (Lihat Tarikh ]ami'il- Qur'an, h. 260)







IV
HARI AKHIR DAN KEHIDUPAN SESUDAH KEMATIAN


34. Tidak Ada Arti Kehidupan Tanpa Hari Akhir
Syi’ah meyakini bahwa suatu hari nanti seluruh umat manusia akan dibangkitkan dari kubur dan dilakukan hisab atau evaluasi atas perbuatan-perbuatan mereka di dunia. Yang berbuat baik akan mendapatkan sorga, sementara yang berbuat keburukan dicernplun.gkan ke nereka.
Allah, tiada Tuhari selain-Nya. Ia pasti akan mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak dapat diragukan kedatangannya. (QS. 4:87)
Adapnn orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan duniawi, neraka adalah tempat tingga/nya, sedangkan yang takut pada kebesaran Tuharinya dan mencegah dirinya dari mengikuti hawa nafsu, sorga adalah tempat tinggalnya. (QS. 79:37-41)
Syi’ah meyakini bahwa dunia ini adalah jembatan yang harus dilewati oleh manusia untuk sampai ke tempatnya yang abadi. Atau dengan kata lain, dunia adalah sekolah, pasar, atau ladang bagi hari akhir. Iniam ‘Ali as berkata tentang dunia:
Sesungguhnya dunia adalah kampung kebenaran bagi yang benar dalamnya...,   kampung kekayaan bagi yang membekali dirinya, kampung belajar bagi yang mengambil pelajaran, masjid kekasih Allah, mushalla para malaikat Allah, tempat turunnya wahyu, dan tempat berniaganya kekasih-kekasih Allah. (Nahjul-balaghah, mutiara-mutiara pendek no. 131)

35. Bukti-bukti Hari Akhir Nyata
Syi’ah meyakini bahwa bukti-bukti tentang hari akhir sangat jelas. Itu karena:
Pertama,kehidupan dunia tidak mungkin merupakan tujuan akhir penciptaan manusia, karena apalah artinya kehidupan jika ia hariya datang untuk beberapa saat, bahkan hariis menghadapi berbagai macam persoalan yang menghadangnya, kemudian mati dan berakhirlah segala sesuatu? Tidak mungkin.
Apakah kamu mengira bahwa Kami ciptakan kamu sia-sia dan kamu tidak kembali kepada Kami? (QS. 23:115)
Pada ayat ini ada isyarat bahwa kehidupan dunia akan menjadi sia-sia jika tanpa hari akhir.
Kedua,keadilan Ilahi menuntut pemisahari orang-orang saleh dari orang-orang bejat, supaya masing-masing mendapat ganjaran yang setinipal.
Apakah orang-orang yang berbuat maksiat mengira bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang berinian dan berbuat baik, sama antara hidup dan mati mereka? Sungguh buruk kesinipulan mereka. (QS. 45:21)
Ketiga, Kasih sayang Allah Swt yang luas menuntut tidak terputusnya kucuran anugrah-Nya dan kontinuitas proses kesempumaan manusia, al-takamul al-basyari, bagi orang-orang yang siap dan pantas mendapatkannya.
Dan telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia pasti akan mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak dapat diragukan lagi kedatangannya. (QS. 6:12)
Al-Quran berbicara kepada orang-orang yang meragukan hari akhir:
Mereka berkata: "Apabila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang haricur, apakah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk baru?" Katakan: "Jadilah batu, besi, atau makhluk lain yang kamu anggap tidak mnngkin." Maka mereka akan berkata: "Siapakah yang menghidupkan kami?" Katakan: "Dialah Jang telah menciptkan kamu pada kali pertama. (QS. 17:49-51)
Maka, apakah Kami letih dengan penciptaan pertama? Sungguh mereka dalam keraguan tentang penciptaan baru. (QS. 50:15)
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami tapi lupa dengan penciptaannya sendiri dan berkata: "Siapakah yang dabat menghidupkan tulung-tulang yang telah kancur-lebur ini?" Katakan: Yang pertama kali menciptakannya, Dialah yang akan menhidupkannya". Sungguh Dia Maha Mengetahui tentang ciptaan-Nya. (QS 36:78-70)
Selain itu, penciptaan manusia bukan sesuatu yang sulit bila dibandingkan dengan penciptaaan langit dan bumi. Tuhari yang mampu menciptakan alam luas ini, yang mengandung aneka keajaiban dan kelebihari tentu saja mampu menghidupkan orang mati.
Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya kuasa menghidupkan orang mati. Ya, sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. 46:33)


36. Kebangkitan Jasmani
Syi’ah meyakini bahwa tubuh dan jiwa atau ruh manusia bersama-sama akan dibangkitkan di akhirat dan bersama-sama pula akan menempuh kehidupan baru, sebab keduanya telah bersama-sama hidup di dunia. Karena itu bersama-sama pula harus menerinia balasan yang setinipal, pahala atau hukuman.
Di samping itu, sebagian besar ayat-ayat al-Quran yang berbicara mengenai kebangkitan justru mengisyaratkan tentang kebangkitan jasmani, seperti jawaban al-Quran atas kebingungan orang-orang yang menentang kebangkjtan jasmani, yang mempertanyakan bagainiana tulang-tulang yang telah haricur dapat kembali hidup, bahwa:
Katakanlah, yang menghidupkannya adalah yang pertama kali menciptakannya. (QS. 36:79)
Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan tulang belulangnya? Tentu Kami bisa, dan Kami kuasa mengumpulkan jarijemarinya dengan sempuma. (QS. 75:3-4)
Ayat-ayat di atas dan yang sejenisnya dengan jelas menunjukkan adanya kebangkitan jasmani. Demikian pula ayat-ayat yang berbicara mengenai kebangkitan dari kubur. Ya, rnemang sebagian besar ayat-ayat yang berbicara mengenai hari kebangkitan menegaskan adanya kebangkitan jasmani dan ruharii.

37. Alam Sesudah Mati
Syi’ah meyakini bahwa apa yang ada di dunia sana, alam sesudah mati, kiamat, sorga, dan neraka jauh dari apa yang kita ketahui di kehidupan dunia yang terbatas ini.
Tidak seorang pun mengetahui sesuatu yang menyenangkan pandangan mata yang disembunyikan bagi mereka sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan. (QS. 32:17)
Dalam hadis qudsi disebutkan bahwa Allah Swt berfirman:
Kupersiapkan bagi hamba-hamba-Ku yang salih sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didingar oleh telinga, dan belum pernah terbersit dalam hati seseorang.[1]
Kehidupan kita di dunia ini, bila dibandingkan dengan kehidupan di akhirat, ibarat kehidupan janin dalam rahini ibunya, yaitu serba terbatas dan tidak dapat menangkap apa yang ada di luar. Janin tidak mengetahui apa itu matahari, bulan, udara, bunga, deburan ombak di laut, dan sebagainya, meskipun si janin anggaplah memiliki akal dan kecerdasan. Demikian pula kita, bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat.

38. Hari Kebangkitan dan Amal Ibadah
Syi’ah meyakini bahwa pada hari kiamat nanti setiap orang akan menerinia buku catatan amalnya. Orang saleh akan menerinianya dengan tangan kanannya, sementara orang fasik akan menerinia dengan tangan kirinya.
Ada pun orang yang menerinia kitabnya dengan tangan kanannya, maka ia berkata "Bacalah kitabku. Aku yakin akan sampai pada hisab amalku." Ia berada dalam kehidupan yang diridhai, dalam sorga yang tinggi, yang buah-buaharinya amat dekat dengannya. (QS. 69:19-23)
Sementara orang yang menerinia kitabnya dengan tangan kirinya berkata: "Wahai, alangkah baiknya jika aku tidak menerinia kitabku dan tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. (QS. 69:25-26)
Akan tetapi, bagainiana bentuk buku catatan itu dan bagainiana ia ditulis, yang data-datanya tidak dapat diingkari oleh siapa pun adalah sesuatu yang tidak jelas buat kita. Seperti yang sudah kita singgung, hari kebangkitan mengandung banyak misteri yang ddak dapat dijangkau oleh manusia. Hariya saja kita tidak dapat mengingkari keberadaannya.

39. Kesaksian di Hari Kiamat
Syi’ah meyakini bahwa Allah Swt menyaksikan semua perbuatan kita. Demikian pula halnya dengan tangan, kaki, kulit, bumi yang kita huni, dan sebagainya adalah saksi-saksi lain di luar Allah Swt.
Hari ini Kami tutup mulut mereka sementara tangan-tangan mereka berbicara kepada Kami dan kaki-kaki mereka bersaksi atas apa yang mereka perbuat. (QS. 36:65)
Dan mereka berkata kepada kulit-kulit mereka: "Mengapa kalian bersaksi atas kami?" Kulit-kulit itu berkata: "Allah yang telah membuat segala sesuatu berbicara, Dialah yang telah membuat kami berbicara. (QS. 41:21)
Hari itu bumi menceritakan berita-beritanya karena Tuhanmu telah memerintahkannya. (QS.99:4-5)

40. Siratal Mustaqini dan Tinibangan Amal
Syi’ah meyakini bahwa di akhirat nanti akan ada tinibangan amal dan jembatan siratal-mustaqini, yaitu jembatan yang terbentang di atas neraka, yang akan dilalui oleh setiap orang. Jalan ke sorga pun harus dengan melintas di atas neraka.
Setiap kamu pasti akan mendatangi neraka. Bagi Tuhanmu hal itu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami menyelamatkan orang-orang yang taqwa dan membiarkan orang-orang yang tersungkur di dalamnya. (QS. 19:71-72)
Akan tetapi untuk mampu melewati jalan yang berbahaya ini tergantung pada amal perbuatan manusia itu sendiri, sebagainiana ujar sebuah hadis:
Di antara mereka ada yang berjalan seperti kilat. Di antara mereka ada yang berjalan seperti larinya kuda. Di antara mereka ada yang berjalan merangkak. Di antara mereka ada yang berjalan kaki. Di antara mereka ada yang berjalan bergantung, kadang disambar api dan kadang lepas dari sambaran api.[2]
Sedang yang disebut tinibangan itu, sebagainiana namanya, ialah alat untuk meninibang amal manusia. Pada hari itu, semua amal manusia akan ditinibang dan dihisab satu persatu;
Dan Kami akan memasang tinibangan yang akurat pada hari kiamat. Tidak seorangpun akan dirugikan. Dan meskipun seberat biji sawi, Kami tetap akan memberikan ganjaran padanya. Cukuplah Kami sebagai penghitung. (QS. 21:47)
Adapun orang yang tinibangannya berat, maka ia akan berada dalam kehidupan yang menyenangkan. Tetapi orang yang tinibangannya ringan, maka tempatnya adalah neraka. (QS. 101:6-9)
Ya, Syi’ah meyakini bahwa keselamatan manusia pada hari itu tergantung amalnya. Khayalan dan angan-angannya sama sekali tidak dapat menyelamatkannya dari panasnya api neraka. Ia hariya dapat berharap dari ketaqwaan dan kesucian dirinya.
Tiap orang bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. (QS. 74:38)
Demikianlah penjelasan singkat mengenai siratal-mustaqini dan tinibangan amal. Adapun rinciannya, kita sama sekali tidak mengetahuinya, karena alam akhirat jauh lebih tinggi dan lebih luas dari alam dunia kita. Karena itu adalah sangat sulit bahkan mustahil bagi kita untuk dapat memahami permasalahan yang berkaitan dengan alam itu.

41. Syafaat di Hari Kiamat
Syi’ah meyakini bahwa para nabi, iniam maksum, dan wali-wali Allah akan memberi syafaat kepada sebagian pendosa dengan izin Allah, sebagai bagian dari pemberian maaf Allah kepada hamba-hamba-Nya. Akan tetapi jangan lupa bahwa izin itu hariya diberikan kepada orang-orang yang tidak memutus hubungan dengan Allah dan para kekasih-Nya. Dengan demikian, syafaat tidak berlaku mudak, tapi dengan syarat-syarat tertentu, yang ada hubunganya dengan amal dan niat kata.
Mereka tidak akan memberikan syafaat kecuali terhadap orang yang diridhai Allah (QS21:28)
Syafaat, seperti yang pernah kita singgung, adalah sebuah metoda pendidikan dan alat untuk mencegah seseorang bergeliniang dalam dosa serta putus hubungan dengan para kekasih Allah, sekaligus mendorongnya meninggalkan perbuatan dosa dan kembali kepada Allah.
Tidak dapat diragukan baliwa maqam syafaat agung adalah untuk Rasulullah saw; baru kemudian para nabi, iniam-iniam yang suci, para ulama, syuhada, mukminin, bahkan Quran, dan amal salih.
Diriwayatkan dari Iniam Shadiq:
Tidak seorangpun, baik dari generasi awwalin, orang-orang pertama, maupun generasi akhirin, orang-orang kemudian, kecuali memerlukan syafaat Nabi Muhammad saw pada hari akhir. (Bihar al-Anwar, VIII: 42)
Dalam riwayat lain dari Nabi saw:
Pemberi syafaat ada linia kelompok, yaitu Quran, kasih sayang, amanah, nabi kamu, dan Ahlubait nabiniu. (Kanzul-ummalYN :390,hadis 39-41)
Pada hadis lain dari Iniarn Shadiq:
Jika hari kiamat tiba, Allah bangkitkan orang berilmu, ulama, dan ahli ibadah (al-dbid). Ketika keduanya bersinipuh di hadapan Allah, kepada al-abid dikatakan: ''Masuklah ke sorga'', sementara itu kepada ulama dikatakan: "Berdirilah di sini dan berikan syafaat kepada orang-orang karena baiknya pengajaranmu kepada mereka. (Bihar al-Anwar, VIII :56, hadis 66)
Dalam hadis ini terkandung filsafat syafaat yang menarik.

42. Alam Barzakh
Syi’ah meyakini bahwa di antara alam dunia dan alam akhirat ada alam ketiga yang disebut dengan alam barzakh, yaitu alam di mana ruh manusia bersemayam di sana sesudah kematian hingga datang hari kiamat.
Dan di belakang mereka ada alam barzikh sampai hari mereka dibangkitkan. (QS. 23:100)
Tetapi pengetahuan kita tentang alam ini sebetulnya tidak banyak, kecuali bahwa arwah orang-orang salih akan bersemayam di tempat yang mulia dan mendapat nikmat yang berlinipah.
Jangan kamu kira orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati, tapi sesungguhnya mereka hidup di sisi tuhan mereka dan mendapat rezeki. (QS. 3:169)
Sementara arwah orang-orang yang zalini, para tiran, dan pendukung-pendukungnya akan tersiksa, sebagainiana yang dinyatakan Allah tentang Fira'un dan keluarganya.
Kepada mereka ditayangkan neraka pagi dan petang, dan pada saat datangnya hari kiamat (ia berkata): "Masukkan keluarga Firaun dalam siksa yang paling berat. (QS. 40:46)
Selain kedua kelompok di atas, ada kelompok lain yang tidak termasuk salah satu dari keduanya, yaitu mereka yang dosa-dosanya tidak sebesar kelompok kedua. Mereka tidak mendapat siksaan, tapi juga tidak memperoleh kenikmatan. Mereka seakan tidur dan baru bangun ketika kiamat tiba.
Dan pada saat datangya hari kiamat, orang-orang berdosa bersumpah bahwa mereka tidak tinggal dalam kubur kecuali sebentar. (QS. 30:55)
Dan orang-orang yang diberi ilmu dan inian berkata (kepada para pendosa): "Kamu telah tingga! (di dalam kubur) atas ketetapan Allah hingsa hari kebangkitan. Dan ini adalah hari kebangkitan, tapi kamu tidak tahu. (QS. 30:56)
Dalam sebuah hadis Nabi saw disebutkan:
Kuburan itu boleh jadi merupakan taman dari taman-taman sorga atau lubang dari lubang-lubang api neraka.[3]

43. Balasan Spritual dan Material
Syi’ah meyakini bahwa pembalasan di hari kiamat mencakup dua sisi, material dan spiritual. Karena kebangkitan mengandung sisi material dan spiritual.
Ada pun yang tertera di dalam al-Quran dan hadis-hadis Nabi tentang sorga, bahwa sungai-sungai mengalir di bawahnya:
Allah telah menyediakan surga untuk mereka yang mengalir sungai-sungai di bawahnya,  mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar. (QS. 9:89)
Makanan yang tak putus-putus dan keteduhari yang tems menerus.
Perumpamaan sorga yang dtjanjikan kepada orang-orang yang taqwa (ialah surga) yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, makanannya abadi (tak habis-habisnya) begitupun naungannya. Itulah kesudahan orang-orang yang bertaqwa sedang kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.(QS.13:35)
Bidadari-Bidadari (pasangan-pasangan) yang suci bagi orang-orang yang beriman,
Katakanlah, "Apakah kamu ingin aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikilan itu?" Yaitu untuk orang-orang yang bertaqwa pada sisi Tuhan mereka ada surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya; mereka itu kekal di dalamnya, dan ada pasangan-pasangan yang suci serta keridhaan dari Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS. 3:15)
Dan tentang neraka, "Jilatan apinya sangat menyakitkan." Semua itu menunjukkan dimensi material pembalasan di hari akhir. Akan tetapi yang lebih penting dari pada itu semua ialah balasan spiritual, yang tercermin dalam pancaran cahaya ma'rifat Ilahi, kedekatan rohani pada al-Khaliq, dan penampakan keindahari dan keagungan-Nya, tajaliyah al-jamal wa al-jahl, suatu kenikmatan yang tiada tara, yang tidak dapat dilukiskan oleh kata-kata maupun pena.
Di beberapa ayat al-Quran, setelah menyebutkan tentang sejumlah kenikmatan material sorga, al-Quran mengungkapkan bahwa:
Ridha Allah lebih besar dan bahwa itulah keuntungan yang agung. (QS. 9:72).
Ya, memang tiada kenikmatan yang lebih besar dari pada mendapatkan diri bahwa Allah ridha kepadanya. Dalam hadis qudsi dari Iniam 'Ali Ibn Husain as disebutkan bahwa Allah Swt berfirman:
Ridha-Ku dan cinta-Ku kepadamu lebih baik dan lebih besar dari apa yang kamu miliki sekarang. (Tafsir al-Mizan, IX, Ayat QS. 9:72)
Sungguh, tidak ada yang lebih nikmat dari pada diseru oleh Allah Swt:
Wahai jiwa yang tenang, kembalilah pada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke sorga-Ku. (QS. 89:27-30).


[1] Hadis ini dirwayatkan oleh Bukhari Muslim dan lain-lain serta dicantumkan oleh para mufassir dalam kitab-kitab mereka seperti Tabarsi, Alusi, dan Qurtubi.
[2] Hadits di atas diriwayatkan oleh Syi’ah maupun Ahlus Sunah dengan sedikit perbedaan redaksi, seperti dapat dilihat pada: Kanzul Ummal, hadits nomor 39036, Qurtubi jilid VI h. 4175 di bawah ayat 71 surah Maryam, dan Shoduq dalam kitab Amali dari Imam Ja'far Shodiq hal. yang sama, juga dapat dilihat pada Shahih Bukhari, VIII h. 146 di bawah judul “Al-Shirath Jembatan Neraka”.
[3] Hadits di atas dapat dilihat pada Shohih Turmuzi, IV Kitab Sifat al-Qiyamah, bab 67 hadits nomor 246. Sementara itu dalam sumber-sumber Syi’ah hadits di atas kadang diriwayatkan dari Imam Ali ibn abi Thalib dan kadang dari Ali ibn Husain. (Lihat Bihar al-Awar, VI, h. 214 dan 218.)












































Tidak ada komentar:

Posting Komentar