SERBA-SERBI SPERMA
Nova
Ternyata, banyak kebiasaan pria
yang membuat kondisi spermanya tidak sehat. Apa sajakah itu? Nah, dari pada
pusing, yuk, ketahui lebih dalam mengenai seluk beluk sperma yang benar.
Seperti banyak diketahui, hubungan
seksual memiliki dua fungsi, yakni fungsi seksual dan fungsi kesuburan. Nah,
kualitas sperma berhubungan erat dengan fungsi kesuburan.
Sperma
dihasilkan oleh buah zakar (testis). "Ketika seorang pria
mengalami ejakulasi, maka ia akan mengeluarkan satu ejakulat (satu porsi)
cairan yang disebut semen. Dalam satu ejakulat, selain sperma, juga terdapat
cairan (semen)," papar androlog Dr. Nugroho Setiawan, MS, Sp.And.
Sperma yang
dihasilkan oleh testis akan terdorong keluar begitu ada rangsangan. Dalam perjalanannya,
sperma diberi cairan (semen) yang dihasilkan oleh kelenjar prostat dan kantung
mani (vesika seminalis). Jadi, dalam satu ejakulat, ada tiga kelenjar yang
bekerja, yaitu kelenjar testis (tubuli seminiferi), kelenjar prostat, dan
vesika seminalis. Ini yang menerangkan kenapa pada pria bisa dilakukan
vasektomi, tetapi tetap bisa mengeluarkan cairan.
"Pada
vasektomi yang terjadi adalah, saluran spermatozoa (duktus deferen) diikat
sehingga sperma tidak bisa keluar, tapi semennya tetap keluar karena yang
memproduksi kelenjar yang berbeda. Toh, banyak orang awam yang divasektomi
merasa tidak mengeluarkan cairan. Padahal, cairan atau semen tetap keluar, tapi
spermanya tidak," lanjut dokter dari Klinik Grasia ini menjelaskan.
JUMLAH, GERAK, BENTUK
Kualitas
sperma ditentukan oleh banyak faktor. Yang paling penting adalah volume (jumlah).
"Normalnya,
sekali keluar sebanyak 2 sampai 6 mililiter (ml). Jadi, dalam satu ejakulat,
terkandung minimal 20 juta ekor spermatozoa per mililiter-nya. Kalau minimal 2
ml per ejakulat, berarti dibutuhkan minimal 40 juta ekor sperma agar terjadi
pembuahan," kata Nugroho menjelaskan.
Selain jumlah,
yang tak kalah penting adalah gerak sperma. Gerak sperma ada empat macam, yaitu
gerak lurus cepat, gerak lurus lambat, gerak di tempat, dan tidak bergerak.
"Yang ada gunanya untuk pembuahan adalah yang bergerak maju (gerak lurus
cepat dan gerak lurus lambat). Jumlah sperma yang bergerak maju yang dibutuhkan
untuk pembuahan minimal 50 persen dari keseluruhan sperma yang keluar,"
ujar Nugroho.
Sperma juga
harus memiliki bentuk normal, minimal 30 persen. "Jika bentuk sperma tidak
normal, ia tidak bisa masuk ke rahim wanita untuk melakukan pembuahan. Sperma
yang bisa masuk ke dalam rahim wanita adalah yang bentuknya normal dan memiliki
gerak bagus," lanjut Nugroho.
Sisanya, yang
bentuknya tidak normal dan tidak punya gerak bagus, akan keluar lagi bersama
semen. "Biasanya, usai senggama, keluar cairan dari vagina. Nah, yang
keluar ini adalah sperma yang bentuknya tidak normal dan geraknya tidak bagus,
serta semen. Semen memang ’dilarang’ masuk ke rahim wanita. Ia hanya
menghantarkan, lalu keluar lagi setelah sperma masuk rahim," kata dokter
yang juga praktik di RSI Bintaro ini.
SUHU LEBIH PANAS
Jika terjadi
kelainan pada sperma, entah karena jumlah, bentuk, maupun geraknya, haruslah
dicari sebabnya lebih dulu.
"Kenapa,
kok, jelek, jumlahnya kurang, atau bentuknya tidak normal, harus dicari
dulu," jelas Nugroho. "Setelah penyebabnya ketemu, kalau diobati,
pasti hasilnya akan lebih bagus."
Jumlah sperma
yang normal disebut normozoospermia, jumlah kurang oligozoospermia. Sementara
sperma yang geraknya normal disebut normozoospermia, gerak kurang disebut
asthenozoospermia, dan bentuk kurang disebut teratozoospermia. "Kalau
jumlah, gerak, dan bentuknya kurang, pasiennya disebut oligoasthenoteratozoospermia," jelas
Nugroho.
Gangguan
kesuburan pria yang berhubungan dengan sperma dapat disebabkan oleh banyak
faktor. Yang pertama adalah gangguan pada pabrik sperma, yakni buah pelir atau
testis. "Testis akan memproduksi sperma-sperma yang baik bila
temperaturnya lebih rendah daripada suhu tubuh, kira-kira 36,7 derajat
Celcsius. Makanya, testis diberi kantung yang menggelantung. Kalau kedinginan,
kantung akan tertarik ke atas, kalau kepanasan tertarik ke bawah."
Gangguan pada
pabrik sperma juga bisa disebabkan oleh banyak faktor, misalnya karena
kebiasaan. "Misalnya pakai celana dobel, sehingga buah pelir jadi panas.
Atau memakai celana yang sangat ketat, sehingga kantung buah pelir malah lekat
ke tubuh, sehingga temperatur naik. Kalau temperatur pada testis lebih panas,
maka kualitas sperma yang diproduksi pun akan menurun. Sama seperti kita
bekerja dalam ruang kerja yang panas karena AC mati, pasti kualitas kerja akan
menurun," terang Nugroho.
Selain
kebiasaan, bisa juga karena pekerjaan. Misalnya tukang masak, supir bus umum
yang mesin busnya terbuka di samping tempat duduk supir, dan sebagainya.
"Suhu buah pelir jadi lebih panas, akibatnya kualitas spermanya
turun."
Gangguan pada
pabrik sperma bisa juga disebabkan penyakit yang menyertai maupun penyakit
bawaan. Penyakit yang paling banyak menyertai orang dengan gangguan sperma
adalah pelebaran pembuluh darah balik di sekitar testis (plexus spermatikus)
yang disebut varicocel Atau kantung pelir terlalu tebal akibat peradangan
kulit. "Sehingga suhu yang harusnya lebih dingin karena ada ventilasi,
jadi lebih panas. Itu sebabnya kantung pelir bentuknya berlekuk-lekuk. Tujuan
lekuk itu untuk membuang panas, seperti radiator mobil."
Selain gangguan
pada pabriknya, kualitas sperma juga bisa menurun karena adanya gangguan pada
hormon. Kalau hormonnya tidak sempurna, pasti akan terjadi gangguan. "Bisa
juga karena ada gangguan pada saluran sperma. Kalau
salurannya tersumbat atau terinfeksi, sperma, kan, nggak bisa keluar, sama
seperti pria yang divasektomi. Atau tersumbat sebagian, sehingga keluarnya
tidak banyak. Seperti jalan tol, kalau ada mobil atau truk yang mogok, pasti
jalannya jadi terganggu juga," kata Nugroho.
Yang juga bisa
menjadi penyebab adalah gangguan pada semen (cairannya). Misalnya, akibat
peradangan pada kelenjar prostat. "Gangguan lainnya misalnya gangguan
deposit sperma, seperti disfungsi ereksi atau ejakulasi dini yang berat, serta
gangguan psikologis yang nantinya bisa berpengaruh pada hormonalnya," kata
Nugroho.
SALAH INTERPRETASI
Selain
penyebab di atas, yang juga harus dijaga adalah gaya hidup.
"Agar
sperma berkualitas, gaya hidup harus bagus," kata Nugroho menyarankan.
Gaya hidup yang sehat antara lain istirahat cukup dalam sehari, lebih kurang 7
jam. Juga, olahraga secara teratur, seminggu 3 kali dengan spasi satu hari.
Yang tak kalah
penting adalah makan berimbang. "Tidak makan berlebihan. Ada mitos yang
mengatakan, kalau pingin subur, banyak-banyak makan kepiting atau kerang. Ini
salah, karena kalau kebanyakan, justru tidak subur karena terjadi gangguan
kesehatan. Misalnya kolesterol berlebihan atau gula darah jadi
bermasalah." Gaya hidup lain yang harus dihindari misalnya merokok atau
konsumsi alkohol. "Kalau gaya hidupnya terjaga baik, umumnya nggak ada
masalah, kecuali kalau ada penyakit yang menyertainya."
Selain gaya
hidup sehat, yang juga harus dipahami dan diperhatikan adalah pentingnya
menjaga suhu testis. "Suhu dalam testis harus dijaga supaya tidak lebih
panas/dingin dari yang seharusnya," kata Nugroho. "Pria sebaiknya
juga tidak menginterpretasikan kualitas spermanya sendiri." Misalnya
menganggap spermanya encer atau kental. "Sperma encer sebetulnya tidak
ada. Yang ada adalah kelainan yang berhubungan dengan jumlah, gerak, dan bentuk
seperti disebut di atas," lanjut Nugroho.
Pria
menginterpretasikan spermanya sendiri, lanjut Nugroho, biasanya karena merasa
bersalah. Misalnya, sering melakukan masturbasi. "Mitos bahwa masturbasi
bikin sperma turun, bikin loyo, bikin lutut keropos, memang masih sangat kuat. Padahal,
itu salah. Masturbasi sama sekali tidak mengganggu kesuburan maupun kesehatan.
Sperma juga tidak akan habis hanya karena masturbasi. Sperma itu, kan, dibikin
terus-menerus," kata Nugroho.
Untuk melihat kualitas
sperma, yang paling tepat adalah melakukan tes di laboratorium klinik
kesuburan. "Tidak boleh di laboratorium sembarangan, karena
hasilnya akan sangat berbeda," kata Nugroho.
MITOS TAOGE
Mitos
mengatakan, jika menginginkan produksi sperma banyak dan bagus,
banyak-banyaklah makan taoge.
"Taoge
atau kecambah memang mengandung vitamin E. Dan menurut teori, kesuburan manusia
maupun hewan akan menurun kalau kekurangan vitamin E," kata Nugroho.
Cuma,
lanjutnya, "Kita, kan, tidak tahu apakah diri kita kekurangan vitamin E
atau tidak. Yang jelas, taoge satu tampah besar, seandainya diekstrasi, mungkin
cuma jadi satu kapsul vitamin E 400 IU. Jadi, bisa saja di-trial dengan makan
taoge atau vitamin E. Tapi, karena tidak mengerti, orang bisa menyiksa diri dengan
setiap hari mengonsumsi bertampah-tampah taoge. Kan, enggak ada gunanya."
Ini hampir
mirip dengan mitos tentang daging kambing yang disebut-sebut bisa meningkatkan
kejantanan pria. "Sebetulnya, daging kambing, daging ayam, atau daging
sapi hampir sama kandungannya. Yang berbeda adalah bumbu rempah-rempah yang
dipakai untuk memasak." Misalnya sate kambing. "Bumbunya pasti kaya
rempah-rempah. Ada merica, ada cabe, yang memang memiliki zat yang bisa
meningkatkan gairah."
Enam Tips Tingkatkan Sperma
Tidak
diragukan, memiliki sperma dalam jumlah banyak menghasilkan orgasme lebih lama,
termasuk meningkatkan hasrat seks.
Sperma yang
banyak juga merupakan tanda sistem reproduksi yang sehat. Jika Anda ingin
menyirami pasangan dengan cinta atau ingin jadi calon ayah, inilah beberapa
tips untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu dan jumlah sperma:
1. Berhenti merokok
Jika Anda
seorang perokok saat ini, berhentilah. Selain menyebabkan napas tak sedap,
merokok juga dapat memengaruhi jumlah sperma. Peneitian menunjukkan, perokok
memiliki jumlah sperma lebih sedikit dibanding pria yang tidak merokok.
2. Hindari celana ketat dan air
panas
Usahakan
testis berada pada suhu sejuk dibanding bagian tubuh lain. Memakai celana dalam
atau celana panjang ketat akan mengakibatkan suhu di sekitar testis jadi panas.
Usahakan tidak mengenakan celana dalam waktu tidur untuk menjaga suhu di bagian
tubuh itu tetap sejuk.
3. Asup makanan yang tepat
Diyakini atau
tidak, pola makan memengaruhi produksi sperma. Coba asup makanan rendah lemak
dan berprotein tinggi. Pilih sayuran dan jenis padi-padian yang baik bagi
kesehatan.
4. Kurangi hubungan intim dan
masturbasi
Banyak pria
mengeluhkan spermanya sedikit dan encer. Semakin banyak ejakuasi, semakin
berkurang kepadatan sperma. Bila Anda melakukan hubungan intim setiap hari,
atau lebih buruk lagi masturbasi, akan berpengaruh pada jumlah dan kepadatan
sperma.
5. Kurangi alkohol
Alkohol dapat
mempengaruhi fungsi lever yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan tingkat
estrogen. Jumlah estrogen yang tinggi dalam tubuh akan memengaruhi produksi
sperma. Hentikan minum alkohol bila Anda tidak ingin kehilangan produksi
sperma.
6. Coba suplemen alami
Obat-obatan
buatan pabrikan mungkin bisa menghalangi produksi sperma. Sebaliknya, suplemen
alami/herbal diyakini dapat meningkatkan produksi sperma. Asam amino
L-carnitine, yang ditemukan dalam daging merah dan susu, dan L-arginine, yang
terdapat dalam kacang-kacangan, telur, daging, dan wijen, berkhasiat
meningkatkan mutu sperma. @
Pepaya Sehatkan Sperma
Oleh: Tuti Soenardi, Ahli Gizi Kuliner
Selain kaya
akan vitamin C, pepaya juga mengandung serat makanan. Daging buahnya sangat
lunak dan kandungan asamnya rendah, sehingga baik pula dikonsumsi oleh
anak-anak. Pepaya dipercaya dapat memerangi cacing usus, mencegah berbagai
jenis kanker, dan meningkatkan kualitas sperma.
Tumbuhan
pepaya diperkirakan berasal dari Meksiko Selatan. Pohon yang tumbuh hingga
setinggi 10 meter itu kini telah menyebar luas ke pelosok dunia, khususnya yang
beriklim tropis. Pepaya mengandung meat tenderizer (bahan pengempuk daging).
Buah dan daunnya mengandung enzim papain yang dapat memecah protein. Bila
daunnya dipakai untuk membungkus daging, membuat daging lebih empuk dan mudah
dicerna.
Mudah Dicerna
Dalam
pengobatan Cina, pepaya digunakan untuk mengatasi kesulitan mencerna makanan,
akibat protein tinggi. Juga dipereaya dapat membersihkan gigi, dengan
memecah sisa makanan yang melekat. Buahnya dimanfaatkan untuk mengusir cacing
usus. Bijinya direndam air dan dimanfaatkan sebagai teh. Pepaya masak baik
untuk mengatasi disentri, rematik, dan produksi lendir yang berlebihan.
Pada tàhun
1997 the World Cancer Research Fund’s melaporkan, mengonsumsi pepaya (sebagai
makanan penutup) secara teratur baik untuk menangkal kanker paru, pankreas,
payudara, kandung kemih, dan kolon, karena kandungan vitamin C dan
karotenoid-nya yang tinggi. Kedua zat gizi itu memang sangat potensial untuk
mengurangi aktivitas radikal bebas, yang dapat memicu kanker.
Rokok
mengandung sejumlah oksidan yang mampu merusak sistem tubuh. Karena itu perokok
memerlukan asupan vitamin C lebih 120 mg per hari, agar kebutuhan tubuh
terpenuhi. Takaran itu lebih tinggi dibandingkan orang yang bukan perokok.
Bagi pria,
konsumsi pepaya setiap hari sangat baik karena vitamin C-nya sangat esensial
untuk pembentukan air mani dan sperma. Kadar vitamin C yang rendah dalam tubuh
bisa menjadi kendala untuk menghasilkan keturunan. Hasil tes menunjukkan,
seorang pria bisa tidak subur akibat spermanya menggumpal. Kualitas, kuantitas,
dan gerak kehidupan sperma dapat diperbaiki dengan meningkatkan konsumsi
vitamin C, sampai 500 mg per hari.
Vitamin C juga
bermanfaat untuk mengurangi risiko katarak, dinding kapiler yang kaku, dan
dapat mengundang risiko penyakit jantung. Beberapa penelitian menemukan,
vitamin C dapat membantu memperlambat penuaan dengan meremajakan sel darah
putih. Buah pepaya sangat ideal bagi orang usia lanjut karena rasanya manis dan
mudah dicerna. Bagi penderita diabetes, pepaya sangat baik karena nilai
kalorinya rendah.
RESEP:
Jus Pepaya Tomat Jeruk Madu
Untuk
2 gelas (1 gelas = 178 kalori)
Bahan:
200 gr tomat
200 gr pepaya
100 ml air
jeruk
2 sdm gula
pasir
4 sdm madu
Cara Membuat:
1. Blender hingga halus, tomat, pepaya, air jeruk, gula, dan madu.
2. Tuang ke dalam gelas saji, simpan dalam lemari es.
3. Hidangkan dingin.
Jus pepaya
Untuk 2 gelas
Bahan:
200 gram
pepaya
50 ml air
jeruk manis
2 sdm gula
pasir
1 klg (330 ml)
soft drink dingin
Cara membuat:
1. Blender
pepaya bersama air jeruk dan gula sampai halus.
2. Tuang ke dalam
gelas, tuangkan soft drink saat akan disajikan.
3. Hidangkan dalam keadaan dingin.*
KONSULTASI SEX
Oleh: Prof. DR. Dr. Wimpie
Pangkahila Sp. And, Dokter Ahli Andrologi dan Seksologi
Seks di Akhir Pekan
Bertambahnya usia membuat frekuensi
hubungan intim dengan isteri menurun. Jika ia ingin kembali bisa menikmati
hubungan seks dua kali seminggu, bagaimanakah caranya?
Kasus:
"Saya
pria berusia 45 tahun. Sebelumnya saya rutin melakukan hubungan suami isteri
seminggu 2 kali. Belakangan ini saya cuma melakukan hubungan seks di akhir
pekan. Apabila sedang in the mood bisa Sabtu dan Minggu berturut-turut. Tapi
bila tidak, hanya sekali yaitu Sabtu atau Minggu saja. Pertanyaan saya: Apakah
bertambahnya usia mengurangi frekuensi hubungan seks? Apakah hubungan seks
seumur saya sekali seminggu termasuk normal atau kurang? Apabila kurang,
normalnya seminggu berapa kali? Hubungan seks yang normal biasanya berlangsung
berapa menit? Apa yang perlu saya lakukan agar dapat melakukan hubungan seks
dengan durasi dan frekuensi yang normal atau setidaknya seminggu 2 kali?"
(Heri Budiman, Jakarta)
Jawab:
Penentu Frekuensi
Frekuensi
hubungan seksual ditentukan oleh dorongan seksual, rangsangan seksual yang
diterima, keadaan kesehatan tubuh dan ada tidaknya hambatan psikis. Sedangkan
dorongan seksual ditentukan oleh hormon testosteron, keadaan kesehatan, faktor
psikis, dan pengalaman seksual sebelumnya.
Kalau terdapat
hambatan terhadap faktor yang mempengaruhi di atas, maka frekuensi hubungan
seksual menurun. Sebagai contoh, kalau dorongan seksual menurun, dengan
sendirinya frekuensi hubungan seksual menurun pula. Bila terjadi kejenuhan
terhadap suasana yang monoton, frekuensi juga menurun.
Sebaliknya
kalau faktor di atas baik, maka frekuensi meningkat. Contohnya, bila
dorongan seksual baik maka keinginan melakukan hubungan seksual juga meningkat
sehingga frekuensi pun meningkat.
Bila
rangsangan seksual yang berasal dari pasangan cukup kuat, baik secara fisik
maupun psikis, maka keinginan melakukan hubungan seksual juga meningkat.
Sebaliknya, bila rangsangan yang berasal dari pasangan menurun, misalnya karena
hambatan komunikasi atau hilangnya daya tarik fisik, maka dorongan seksual
menurun dan frekuensi menurun juga.
Wajar Menurun
Kalau Anda
mengalami penurunan dalam frekuensi hubungan seksual, itu dapat dimengerti.
Memasuki usia pertengahan, wajar kalau frekuensi hubungan seksual menurun
karena beberapa hal di atas.
Mungkin
keadaan kesehatan tubuh tidak sebaik sebelumnya. Apalagi kalau terdapat
gangguan kesehatan yang mungkin tidak Anda sadari, misalnya kadar kolesterol
yang tinggi atau diabetes (kencing manis).
Pada usia
pertengahan, hambatan psikis pada umumnya muncul antara lain karena kejenuhan
dengan suasana bersama pasangan, beban kerja yang semakin meningkat dan tekanan
mental.
Tidak ada
ketentuan harus berapa kali hubungan seksual dilakukan pada usia pertengahan. Berapa
kalipun boleh saja dilakukan asal sesuai dengan kemauan, kemampuan dan
kesepakatan dengan pasangan. Demikian juga dengan lamanya melakukan
hubungan seksual, jangan ditentukan berdasarkan waktu.
Prinsipnya,
hubungan seksual dilakukan untuk kepuasan bersama. Jadi kalau merasa sama-sama
sudah cukup puas, berarti hubungan seksual itu harmonis, berapa pun lamanya.
Kalau Anda
ingin menambah frekuensi hubungan seksual, perhatikan faktor yang
mempengaruhinya. Kalau tidak ada faktor yang mendukung, maka frekuensi sulit
ditambah. Hal yang juga penting ialah, apakah istri Anda pun menginginkan
hubungan seksual lebih sering atau tidak? @
Berhubungan Seks Sekali Seminggu..!
Kasus:
“Saya seorang
suami berusia 35 tahun, seusia istri. Kami sudah menikah tujuh tahun dan telah
mempunyai dua anak. Sejak awal menikah kami tidak terlalu sering
melakukan hubungan seks. Sejak sekitar lima tahun lalu kami
hanya melakukan hubungan seksual sekali seminggu. Saya sering merasa lelah dan
kebetulan istri pun tidak suka berinisiatif . Kalau saya tidak memulai, istri
tidak pernah menyatakan ingin melakukan hubungan seks. Berapa kali seminggu
hubungan seksual yang wajar untuk suami istri? Apakah ada gangguan pada diri
saya, sehingga sering merasa lelah? Mengapa istri tidak pernah
berinisiatif?"
(Laode, Makasar)
Jawab:
”Tergantung Kemampuan”
Frekuensi
hubungan seksual ditentukan oleh dorongan seksual, keadaan kesehatan tubuh,
faktor psikis, dan pengalaman seksual sebelumnya. Kalau dorongan seksual kuat,
keadaan kesehatan baik, tidak ada hambatan psikis, dan pengalaman seksual
sebelumnya selalu menyenangkan, frekuensi hubungan seksual pun akan cenderung
meningkat. Jadi tidak ada ketentuan yang pasti berapa kali hubungan seksual
yang wajar dilakukan oleh suami istri. Hubungan seksual boleh dilakukan berapa
kali pun, asal sesuai kemampuan dan kemauan setiap pasangan.
Artinya,
berapa kali pun hubungan seksual boleh dilakukan asalkan memang dikehendaki dan
disepakati bersama. Kalau hanya salah satu pihak yang menghendaki, sedang
pasangannya tidak, sebaiknya hubungan seksual tidak dilakukan.
Kalau Anda dan
istri merasa cukup dengan berhubungan seksual sekali seminggu, itulah yang terbaik
bagi Anda berdua. Kalau Anda dan istri sudah merasa cukup puas dengan frekuensi
sekali seminggu itu, tentu tidak akan muncul masalah.
Anda dan istri
tidak perlu membandingkan dengan pasangan lain yang mungkin frekuensi hubungan
seksualnya lebih tinggi. Biarkan saja mereka melakukannya karena itu memang
sesuai dengan kemauan dan kemampuan mereka.
Masalah baru
muncul kalau terjadi kesenjangan dalam keinginan melakukan hubungan seksual.
Sebagai contoh, bila suami menginginkan hubungan seksual lebih sering, tetapi
istri menghendaki sebaliknya, tentu akan muncul masalah. Demikian juga
sebaliknya, bila istri menghendaki lebih sering, sedangkan suami menginginkan
lebih jarang.
Perlu Kesepakatan
Kelelahan yang
kerap Anda alami itu merupakan salah satu penyebab mengapa Anda tidak mampu
melakukan hubungan seksual lebih sering lagi. Di sisi lain, istri yang tidak
suka mengambil inisiatif juga merupakan penyebab mengapa hubungan seksual tidak
berlangsung lebih sering. Bayangkan kalau istri menginginkan lebih sering,
sementara Anda tidak mampu karena selalu merasa lelah.
Bagi kehidupan
seksual Anda dan istri, hal yang penting adalah apakah Anda dan istri sudah
cukup puas dengan hubungan seksual sekali seminggu itu. Kalau Anda dan istri
memang merasa cukup puas, itulah yang terbaik, dan biarkanlah terus
berlangsung. Namun, kalau Anda atau istri merasa tidak cukup puas, dapat dicari
kesepakatan untuk melakukannya lebih sering. Masalahnya, bagaimana kemampuan
Anda atau istri. Untuk meningkatkan kemampuan melakukan hubungan seksual, tentu
harus diperhatikan faktor yang menghambat selama ini. Kelelahan yang Anda alami
harus diatasi dulu. Untuk itu, Anda memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Di sisi lain,
keengganan istri untuk berinisiatif harus dilenyapkan. Pertanyaan yang muncul,
mengapa istri enggan melakukan hubungan seksual dan tidak pernah berinisiatif?
Apakah mungkin
selama ini istri Anda tidak pernah mencapai orgasme dan merasakan kepuasan
seksual? Kalau ini yang terjadi, wajar istri Anda tidak pernah berinisiatif dan
enggan melakukan hubungan seksual. Ini harus diungkapkan dengan jelas melalui konsultasi lebih
jauh. @
Seksualitas
Infantil, Apa Itu?
Oleh: Sawitri
Supardi-Sadarjoen, psikolog
"Anak saya K (perempuan, 6 tahun) sejak kira-kira satu tahun lalu, sering
menggosok-gosokkan kemaluannya pada pinggir meja makan. Atau saat menonton
televisi, ia mengempit guling di pahanya sambil menggerak-gerakkan kedua
kakinya, hingga terkesan mengalami kenikmatan erotis, layaknya mengalami
orgasme karena serta merta keluar keringat di dahi. Saya seringkali melarang,
bahkan terkadang menarik guling tersebut. Saya memarahinya dan mengancam akan
memukulnya bila ia melakukannya lagi. Dalam hati kecil saya, saya merasa sangat
prihatin dengan kelakuan anak saya itu. Apakah anak sekecil itu sudah
mengetahui mengenai seks? Berbahayakah tingkah laku anak saya tersebut bagi
perkembangan seksualnya? Bagaimana menghentikan kebiasaannya tersebut?"
Demikian
pertanyaan Ny H (37).
Sigmund Freud,
pakar psikoanalisis, mengemukakan bahwa kehidupan psikoseksual manusia dibagi
dalam beberapa tahapan perkembangan sebagai berikut:
l. Seksualitas
infantil ( masa kanak-kanak )
2. Seksualitas remaja
3. Seksualitas dewasa
4. Seksualitas senile (masa
tua)
Untuk dapat memperoleh jawaban atas pertanyaan Ny H, pada kesempatan kali
ini, penulis akan memusatkan pembahasan hanya pada tahapan perkembangan
psikoseksual dari fase seksualitas infantil.
Secara kualitatif seksualitas infantil sangat berbeda dari seksualitas
dewasa, dan penyertaan perasaan yang diasosiasikan dengan seksualitas infantil
sama sekali tidak dapat dianalogikan dengan penyertaan perasaan dan impulse
seksual seperti halnya pada kehidupan seksual orang dewasa, walaupun kemudian
Freud pun menekankan bahwa perasaan seksual pada masa anak-anak memang ada,
namun maknanya sangat berbeda dari makna seksualitas pada orang dewasa.
Terdapat tiga karakteristik utama seksualitas infantil:
Pertama, secara mendasar tampak keterikatan dengan fungsi somatik yang vital. Kedua, tidak memiliki obyek seksual di
luar diri, jadi bersifat autoerotis, artinya makna erotisnya terkait dengan
organ tubuh yang menjadi zona erotik dari tubuhnya sendiri. Ketiga, tujuan seksualnya didominasi
keurutan zona erotis yang beraturan dan baku, yaitu dari fase oral, fase anal,
fase phallic dan fase genital. Dalam hal ini, maka oral, anus, phallus, dan
genital merupakan zona yang oleh stimulasi internal serta eksternal akan
membuat anak menghayati suatu kenikmatan erotis yang khusus.
Dengan demikian seorang anak akan melalui tahapan berbeda dalam
perkembangan psikoseksualnya. Pada fase oral, gerakan mengisap puting susu ibu
saat lapar memberikan kenikmatan pada bagian mulut dan bibir. Pada fase anal
(anus) gerakan menahan dan mengeluarkan faeces (kotoran) menimbulkan rasa
nikmat. Sedangkan pada fase phallic (penis) pada anak laki-laki dan klitoris
pada anak perempuan, sementara itu
ketika anak masuk dalam fase
genital secara bersamaan anak perempuan
menghadapi Kompleks Elektra dan Kompleks
Oedipus pada anak laki-laki.
Kesuksesan mengatasi permasalahan psikoseksual pada saat menghadapi
Kompleks Elektra/Oedipus memberikan pengaruh bagi perkembangan identitas
seksual dan identitas jender anak dengan berbagai peluang bagi kemungkinan penyimpangan
perkembangan psikoseksual serta berbagai gradasi gangguan fungsi
psikoseksualnya di kemudian hari. Artinya, integrasi faktor internal-psikologis
dan eksternal (lingkungan dan atau pola asuh) merupakan paduan komponen yang
signifikan bagi berbagai peluang penyimpangan dan disfungsi seksual, seperti
homoseksual, lesbianisme, impotensi seksual, frigiditas, vaginismus, dan sebagainya.
Jadi keberhasilan mengatasi Kompleks Elektra/Oedipus memberikan peluang
bagi perkembangan identitas seksual dan identitas jender yang sehat, sesuai
hakikat kodrat kelaki-lakian bagi anak laki-laki dan keperempuanan bagi anak
perempuan, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari keterikatan abnormal
dengan figur ayah/ibu, dan mampu mendapatkan dan mencari pasangan lain jenis di
lingkungan pergaulan di luar rumah.
***
Keikatan fungsi somatik vital, seperti rasa lapar, penanaman disiplin diri
dalam hal kebersihan baik buang air besar maupun buang air kecil, dan
permasalahan yang dihadapi anak pada fase phallic serta genital yang terkait
dengan seksualitas infantil, tidak dapat dipisahkan dari sejauh mana pemuasan
kebutuhan afektif anak terpenuhi, karena untuk tumbuh kembang anak secara
optimal penyertaan stimulasi afektif dan kehangatan emosional dari
orangtua/lingkungan tidak dapat diabaikan.
Begitu pula halnya saat anak berada dalam fase anal, penanaman disiplin
yang tegas seyogianya tetap menyertakan kehangatan afektif yang sangat terkait
dengan keberhasilan penanaman disiplin pada anak-anak.
Kasus hambatan perkembangan psikoseksual anak biasanya ditandai oleh
terabaikannya penyertaan afektif dan kehangatan sikap dari orangtua/ lingkungan
dalam melalui fase-fase di atas. Anak merasa kesepian karena kurang mendapat
perhatian serta kehangatan emosional, sehingga anak pun merasakan kekosongan
emosional yang intens.
Rasa kesepian anak adalah penyebab utama anak terpaku pada kenikmatan
erotisme yang diperoleh melalui stimulasi internal ataupun eksternal terhadap
zona erotis tertentu pada organ tubuhnya, seperti mengisap jempol; melakukan
gerakan bibir sambil meraba/memegang benda tertentu seperti ujung selimut; atau
ekstremnya, seperti kasus K, yaitu menggesekkan genitalnya pada guling tertentu
yang dikempit diantara selangkangannya.
***
Kembali pada kasus K, kedua orangtuanya
sibuk berdagang sehingga baru kira-kira setelah pukul 17.00 kedua orangtuanya pulang ke rumah.
Sepulang dari sekolah K tinggal di rumah dan hanya dijaga seorang pembantu
rumah tangga.
K tidak memiliki teman sebaya untuk bermain di rumah. Kalaupun Ny H
menelepon K, ia hanya menanyakan pekerjaan rumah dari sekolah dan menyuruh K
belajar.
Dapat disimpulkan bahwa K sangat kesepian, dan dalam kondisi kesepiannya
peluang akan keterpakuan terhadap pengalaman kenikmatan erotis oleh stimulasi
yang pada awalnya terkait dengan dorongan kebutuhan somatik vital seperti saat
membersihkan alat genitalianya setelah buang air besar/kecil, semakin hari
semakin kuat. Dan secara kebetulan dengan bantuan guling, K dapat kesempatan
mengulang kenikmatan erotis yang diperolehnya. Apalagi K tidak memiliki
kegiatan lain yang menarik minatnya untuk mengalihkan perhatiannya dari
perangsangan erotik tersebut.
Orangtua K sering pulang ke rumah dalam keadaan kelelahan bekerja, sehingga
sedikit saja kenakalan dilakukan K dapat membuat Ny H marah besar. Kemarahan berlebihan tersebut membuat K
sering terdiam sambil menangis sedih, untuk kemudian mengambil gulingnya dan
melakukan gerakan yang sangat dinikmatinya
yang antara lain guna mengatasi kesedihannya maka dilakukannya perbuatan seperti seolah "masturbasi" pada orang dewasa.
Seksualitas infantil pada K dilalui dengan hasil keterpakuan pada
pengulangan perilaku
"masturbasi" infantil oleh kondisi kekurangan perhatian dan kasih
yang hangat dari kedua orangtuanya.
Untuk mengatasi kebiasaan ini K membutuhkan kegiatan konstruktif yang
menarik minatnya agar terjadi pengalihan keterpakuan K pada perilaku
"masturbasi infantil" yang memprihatinkan itu.
Hal lain yang perlu diantisipasi adalah bila K tidak segera dibantu
melepaskan diri dari keterpakuan terhadap perilaku "masturbasi"
infantil ini, maka pada saat K memasuki masa pubertas/ remaja, peluang K untuk
merasa dirinya "lain" dari anak lain pada umumnya, akan sangat besar.
Kondisi ini akan menjadi faktor penghambat bagi perkembangan sosial K di
kemudian hari. K akan merasa rendah diri dan cenderung menempatkan diri pada
posisi lebih rendah dari lingkungan pergaulannya. Tentu saja kondisi yang tidak
diinginkan ini akan berpengaruh pada terhambatnya prestasi sosial K secara optimal
di kemudian hari.
Beberapa hal yang dapat kita simak dari kasus anak K antara lain
adalah:
Pertama, perhatian dan kasih sayang yang
hangat dari orangtua sangat dibutuhkan anak-anak bersamaan dengan pemenuhan
kebutuhan perilaku "masturbasi" infantil ini.
Kedua, bahwa anak yang tampak manis dan tidak
nakal pun membutuhkan perhatian personal dari orangtua. Jadi seyogianya tidak
beranggapan hanya anak yang nakal saja yang membutuhkan teguran. Berilah perhatian dan teguran manis juga pada anak yang tidak menunjukkan
"kenakalan"-nya.
Ketiga, penyediaan sarana kegiatan yang konstruktif
sesuai minat anak untuk mengisi waktu luang sepulang sekolah.
Keempat, komunikasi dengan anak hendaknya
tidak hanya terpaku pada masalah prestasi belajar, karena banyak aktivitas lain
yang dilakukan anak sementara orangtua tidak berada di dekat anak.
Kelima,
hindarkan anak-anak dari rasa kesepian "sendiri". Untuk itu ,
orangtua seyogianya menyediakan waktu khusus untuk "mendengar aktif"
terhadap apa yang disampaikan dan dikeluhkan anak-anak agar anak benar-benar
merasa diakui keberadaannya. *
____****____
Sumber : Kompas Cyber Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar