Assalamu'alaikum wr. wb.
Yth. pak ustadz, langsung
saja ke pertanyaan:
1. Kapan kira-kira waktu boleh berhubungan dengan isteri setelah
haid, berapa hari dari haid/menstruasi?
2. Apakah boleh
berhubungan sebelum isteri mandi junub?
3. Apakah boleh
berhubungan jika masih keluar flek tapi menstruasi sudah berhenti?
Mohon disertai
dengan dalil-dalilnya, terima kasih atas waktunya.
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Wanita yang sedang
mendapat haid haram bersetubuh dengan suaminya. Keharamannya ditetapkan
oleh Al-Quran Al-Kariem berikut ini:
`Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: `Haidh itu
adalah suatu kotoran`. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari
wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka
suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.(QS.
Al-Baqarah:222)
Menurut para mufassir dan ulama, yang dimaksud dengan keharusan
menjauhi mereka adalah dengan tidak menyetubuhinya.
"Lakukan segala yang kau mau kecuali hubungan badan."
(HR Jama`ah)
Keharaman menyetubuhi wanita yang sedang haid ini tetap belangsung
sampai wanita tersebut selesai dari haid dan selesai mandinya. Tidak cukup
hanya selesai haid saja tetapi juga mandinya. Sebab di dalam al-Baqarah ayat
222 itu Allah menyebutkan bahwa wanita haid itu haram disetubuhi sampai mereka
menjadi suci. Dan yang dinamakan menjadi suci itu bukan sekedar berhentinya
darah namun harus dengan mandi janabah.
Jadi untuk menjawab pertanyaan Anda tentang kapan dibolehkannya
menyetubhi istri yang baru selesai haidh, jawabnya adalah segera setelah istri
mandi janabah. Dan tidak boleh melakukan persetubuhan sebelum mandi, meski
darah sudah tidak keluar lagi.
Adapun masalah flek, bila masih dianggap bagian dari haidh, tentu
saja keluarnya flek itu belum membolehkan seorang wanita untuk melakukan
persetubuhan. Namun bila flek itu dianggap sebagai darah istihadhah, maka boleh
melakukan persetubuhan. Sebab darah istihadhah itu tidak mengharamkannya, termasuk
tidak mengharamkan shalat, puasa, membaca Al-Quran, menyentuh mushaf, tawafdan
lainnya.
Kaffarat Menyetubuhi Wanita Haidh
Bila seorang wanita sedang haid disetubuhi oleh suaminya maka ada
hukuman baginya menurut al-Hanabilah. Besarnya adalah satu dinar atau setengah dinar dan
terserah memilih yang mana. Ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW berikut:
Dari Ibn Abbas dari
Rasulullah SAW, "Orang yang menyetubuhi isterinya di waktu haid haruslah
bersedekah satu dinar atau setengah dinar." (HR
Khamsah)
As-Syafi`iyah memandang bahwa bila terjadi kasus seperti itu
tidaklah didenda dengan kafarat, melainkan hanya disunnahkan saja untuk
bersedekah. Satu dinar bila melakukannya di awal haid,
dan setengah dinar bila di akhir haid.
Namun umumnya para
ulama seperti Al-Malikiyah dan As-Syafi`iyah dalam pendapatnya yang terbaru
tidak mewajibkan denda kafarat bagi pelakunya. Cukup baginya untuk beristighfar
dan bertaubat. Sebab hadis yang menyebutkan kafarat itu hadis yang mudhtharib
sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Hafidz Ibn Hajar dalam Nailul Authar jilid
1 halaman 278.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar