Yang namanya
“Srimulat” memang lucu. Apapun bisa dijadikan banyolan oleh mereka. Salah satu
kata yang kerap mereka plesetkan, dan dibikin “ambigu” adalah kata
Kanker. Menurut Srimulat sih, kanker itu artinya “Kantong Kering” alias
“bokek”.
Padahal, menurut dr Sjahrul Sjamsuddin SpOG, dari Rumah Sakit Kanker Dharmais,
Jakarta, kata “kanker” sering menimbulkan rasa ngeri, apalagi bila hal tersebut
mengenai diri kita atau orang yang kita cintai.
Sebenarnya, kanker adalah penyakit yang telah dikenal dikalangan orang-orang Mesir dan Yunani kuno. Menurut American Cancer Society, kematian yang disebabkan oleh kanker pada tahun 1989, hampir mencapai angka 500 ribu. Angka itu, 22 persen dari seluruh kematian. Jumlah ini merupakan urutan kedua setelah kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah.
Di Indonesia sendiri, kematian akibat kanker menempati urutan kedua, setelah kematian akibat infeksi. Namun timbul praduga, apabila berbagai penyakit infeksi telah dapat diatasi dan penduduk yang mencapai usia lanjut makin banyak jumlahnya, diperkirakan jumlah penderita kanker akan menempati urutan tertingi.
Kanker Leher Rahim
Salah satu kanker yang menimbulkan rasa was-was bagi kaum hawa adalah kanker serviks atau kanker leher rahim. Nah, jenis kanker inilah yang terbanyak diderita wanita diIndonesia .
Tragisnya lagi, angka kematian penderita kanker leher rahim di Indonesia
cukup tinggi. Pasalnya, sebagian besar penderita kanker leher rahim di Indonesia
baru datang berobat setelah stadium lanjut. Jika sudah pada stadium lanjut ini,
maka akan sulit mencapai hasil pengobatan yang optimal.
Artinya, akibat yang ditimbulkan kanker leher rahim sangat berat. Khususnya jika dipandang dari segi harapan hidup, angka kesembuhan, lamanya penderitaan, serta tingginya biaya pengobatan.
Sementara itu, penyebab kanker leher rahim belum diketahui secara pasti. Namun ada dugaan kuat, sejenis virus yang bernama human papilloma virus memegang peranan penting atas penyakit ini. Human papilloma virus ditularkan melalui hubungan seksual dengan laki-laki yang telah mengidap infeksi ini. Tapi sebaliknya, si pria pun dapat terinfeksi virus, dari wanita yang telah terinfeksi sebelumnya.
Dari sini diketahui bahwa ada golongan pria yang beresiko tinggi dan mempunyai potensi untuk mempermudah timbulnya kanker leher rahim pada wanita. Pada wanita sendiri, ada beberapa golongan yang rentan terhadap penyakit ini. Pertama, wanita yang melakukan hubungan seksual/kawin pada usia muda (sebelum 20 tahun). Kedua, wanita yang mempunyai banyak pasangan seksual. Ketiga, wanita yang tidak merawat kebersihan alat kelaminnya. Dan keempat, wanita yang melakukan hubungan seksual dengan pria yang istri atau pasangan seksualnya menderita kanker leher rahim.
Uniknya, kanker leher rahim ini sebenarnya tidak menular dan bukan penyakit turunan. Seorang laki-laki tidak akan menderita kanker di alat kelaminnya setelah melakukan hubungan seksual dengan wanita penderita kanker leher rahim. Yang ditularkan sebenarnya hanyalah infeksinya, yaitu human papilloma virus.
Perkembangan Kanker Leher Rahim
Oleh suatu sebab yang tidak jelas, maka sel-sel pada leher rahim mengalami perubahan-perubahan menjadi sel kanker. Dan, terdapat keadaan-keadaan tertentu pada wanita yang akan mempermudah terjadinya perubahan-perubahan tersebut. Perubahan menjadi kanker tidak terjadi secara eksplosip, melainkan bertahap.
Mula-mula terjadi perubahan yang disebut tahap pra kanker (disebut pula kanker leher rahim stadium dini). Tahap pra kanker ini terdiri dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan kanker stadium 0. Setelah itu akan meningkat menjadi kanker invasif, yang terdiri dari stadium I, II, III, dan IV, tergantung dari luasnya penyebaran kanker.
Perubahan dari displasia ringan sampai mencapai kanker stadium 0 memerlukan waktulima
tahun. Dari displasia sedang tiga tahun dan dari displasia berat satu tahun.
Untuk menjadi kanker invasif memerlukan waktu yang cukup lama, yaitu antara
tiga hingga 20 tahun. Kalau sudah invasif, maka untuk meluas dan menyebar ia
memerlukan waktu yang singkat. Contohnya, dari stadium I sampai meninggal hanya
memerlukan waktu kurang dari lima
tahun.
Namun tidak semua displasia berubah menjadi kanker. Sekitar 30 hingga 35 persen kanker stadium dini akan menetap atau berkurang tingkatannya, bahkan dapat hilang sama sekali.
Gejala yang timbul pada tingkat pra kanker (displasia dan kanker stadium 0), sering tidak menimbulkan gejala sama sekali, kecuali keluhan oleh infeksi sebagai penyebabnya, misalnya keputihan. Jika gejala timbul biasanya karena kanker sudah tumbuh. Keluhan yang disampaikan penderitanya biasanya, perdarahan sesudah senggama atau keputihan, nyeri panggul, gangguan buang air besar, gangguan buang air kecil, berat badan menurun, dan lemah atau kurang darah akibat perdarahan. Jika sudah timbul gejala seperti ini, itu artinya kanker sudah lanjut.
Cara Dini Menanggulangi Kanker Leher Rahim
Kanker leher rahim stadium dini (displasia dan kanker stadium 0) --yang masih dapat disembuhkan-- sering tidak menimbulkan gejala atau tanda yang khas. Namun, kanker stadium dini dapat dideteksi dengan suatu pemeriksaan yang dikenal dengan nama tes pap, atau yang lebih populer disebut pap smear. Nama tes ini berasal dari penemunya yaitu Dr George N Papinicolaou.
Pada pemeriksaan ini dilakukan usapan pada rahim dengan alat khusus yang dibuat dari batang kayu atau plastik. Kemudian usapan ini dioleskan ke atas potongan kaca dan diwarnai dengan pewarnaan khusus, untuk selanjutnya diperiksa dibawah mikroskop. Pemeriksaan ini sangat sederhana, tidak sakit, dan memakan waktu tidak lebih dari 10 menit, serta relatif murah.
Bila kemudian pada tes Pap ditemukan kelainan, maka untuk pemastian diagnosis akan dilakukan prosedur selanjutnya dengan mengambil sedikit jaringan leher rahim.
Sebenarnya setiap wanita yang telah melakukan hubungan seksual mempunyai resiko menderita kanker leher rahim. Oleh karena itu tes Pap dilakukan segera setelah ada aktivitas seksual, tidak peduli berapapun usia si wanita saat itu. Pemeriksaan ini bukan sekali seumur hidup, melainkan dilakukan rutin tiap tahun sampai usia 70 tahun.
Sebenarnya tes Pap ini merupakan cara paling sederhana dan murah untuk mengantisipasi kanker leher rahim. Sebab jika sudah berupa pengobatan, maka dipastikan akan menghabiskan biaya yang tak sedikit.
Pengobatan pada tingkat displasia dilakukan dengan cara merusak proses displasia dengan kauter, bedah beku, atau membuang sebagian leher rahim dengan operasi kecil. Pada displasia berat atau kanker stadium 0 dimana fungsi reproduksi sudah tidak diperlukan lagi, maka dapat dilakukan pengangkatan rahim. Semua pengobatan pada stadium ini, akan memberikan kesembuhan hingga 100 persen.
Sementara pada kanker leher rahim lanjut, pilihan pengobatan dapat berupa operasi, radiasi, obat anti kanker, atau kombinasi satu atau lebih dari ketiga jenis pengobatan.
Seperti kata pepatah, “lebih baik mencegah daripada mengobati”, lebih baik tes Pap daripada radiasi atau operasi.
Sebenarnya, kanker adalah penyakit yang telah dikenal dikalangan orang-orang Mesir dan Yunani kuno. Menurut American Cancer Society, kematian yang disebabkan oleh kanker pada tahun 1989, hampir mencapai angka 500 ribu. Angka itu, 22 persen dari seluruh kematian. Jumlah ini merupakan urutan kedua setelah kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah.
Di Indonesia sendiri, kematian akibat kanker menempati urutan kedua, setelah kematian akibat infeksi. Namun timbul praduga, apabila berbagai penyakit infeksi telah dapat diatasi dan penduduk yang mencapai usia lanjut makin banyak jumlahnya, diperkirakan jumlah penderita kanker akan menempati urutan tertingi.
Kanker Leher Rahim
Salah satu kanker yang menimbulkan rasa was-was bagi kaum hawa adalah kanker serviks atau kanker leher rahim. Nah, jenis kanker inilah yang terbanyak diderita wanita di
Artinya, akibat yang ditimbulkan kanker leher rahim sangat berat. Khususnya jika dipandang dari segi harapan hidup, angka kesembuhan, lamanya penderitaan, serta tingginya biaya pengobatan.
Sementara itu, penyebab kanker leher rahim belum diketahui secara pasti. Namun ada dugaan kuat, sejenis virus yang bernama human papilloma virus memegang peranan penting atas penyakit ini. Human papilloma virus ditularkan melalui hubungan seksual dengan laki-laki yang telah mengidap infeksi ini. Tapi sebaliknya, si pria pun dapat terinfeksi virus, dari wanita yang telah terinfeksi sebelumnya.
Dari sini diketahui bahwa ada golongan pria yang beresiko tinggi dan mempunyai potensi untuk mempermudah timbulnya kanker leher rahim pada wanita. Pada wanita sendiri, ada beberapa golongan yang rentan terhadap penyakit ini. Pertama, wanita yang melakukan hubungan seksual/kawin pada usia muda (sebelum 20 tahun). Kedua, wanita yang mempunyai banyak pasangan seksual. Ketiga, wanita yang tidak merawat kebersihan alat kelaminnya. Dan keempat, wanita yang melakukan hubungan seksual dengan pria yang istri atau pasangan seksualnya menderita kanker leher rahim.
Uniknya, kanker leher rahim ini sebenarnya tidak menular dan bukan penyakit turunan. Seorang laki-laki tidak akan menderita kanker di alat kelaminnya setelah melakukan hubungan seksual dengan wanita penderita kanker leher rahim. Yang ditularkan sebenarnya hanyalah infeksinya, yaitu human papilloma virus.
Perkembangan Kanker Leher Rahim
Oleh suatu sebab yang tidak jelas, maka sel-sel pada leher rahim mengalami perubahan-perubahan menjadi sel kanker. Dan, terdapat keadaan-keadaan tertentu pada wanita yang akan mempermudah terjadinya perubahan-perubahan tersebut. Perubahan menjadi kanker tidak terjadi secara eksplosip, melainkan bertahap.
Mula-mula terjadi perubahan yang disebut tahap pra kanker (disebut pula kanker leher rahim stadium dini). Tahap pra kanker ini terdiri dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan kanker stadium 0. Setelah itu akan meningkat menjadi kanker invasif, yang terdiri dari stadium I, II, III, dan IV, tergantung dari luasnya penyebaran kanker.
Perubahan dari displasia ringan sampai mencapai kanker stadium 0 memerlukan waktu
Namun tidak semua displasia berubah menjadi kanker. Sekitar 30 hingga 35 persen kanker stadium dini akan menetap atau berkurang tingkatannya, bahkan dapat hilang sama sekali.
Gejala yang timbul pada tingkat pra kanker (displasia dan kanker stadium 0), sering tidak menimbulkan gejala sama sekali, kecuali keluhan oleh infeksi sebagai penyebabnya, misalnya keputihan. Jika gejala timbul biasanya karena kanker sudah tumbuh. Keluhan yang disampaikan penderitanya biasanya, perdarahan sesudah senggama atau keputihan, nyeri panggul, gangguan buang air besar, gangguan buang air kecil, berat badan menurun, dan lemah atau kurang darah akibat perdarahan. Jika sudah timbul gejala seperti ini, itu artinya kanker sudah lanjut.
Cara Dini Menanggulangi Kanker Leher Rahim
Kanker leher rahim stadium dini (displasia dan kanker stadium 0) --yang masih dapat disembuhkan-- sering tidak menimbulkan gejala atau tanda yang khas. Namun, kanker stadium dini dapat dideteksi dengan suatu pemeriksaan yang dikenal dengan nama tes pap, atau yang lebih populer disebut pap smear. Nama tes ini berasal dari penemunya yaitu Dr George N Papinicolaou.
Pada pemeriksaan ini dilakukan usapan pada rahim dengan alat khusus yang dibuat dari batang kayu atau plastik. Kemudian usapan ini dioleskan ke atas potongan kaca dan diwarnai dengan pewarnaan khusus, untuk selanjutnya diperiksa dibawah mikroskop. Pemeriksaan ini sangat sederhana, tidak sakit, dan memakan waktu tidak lebih dari 10 menit, serta relatif murah.
Bila kemudian pada tes Pap ditemukan kelainan, maka untuk pemastian diagnosis akan dilakukan prosedur selanjutnya dengan mengambil sedikit jaringan leher rahim.
Sebenarnya setiap wanita yang telah melakukan hubungan seksual mempunyai resiko menderita kanker leher rahim. Oleh karena itu tes Pap dilakukan segera setelah ada aktivitas seksual, tidak peduli berapapun usia si wanita saat itu. Pemeriksaan ini bukan sekali seumur hidup, melainkan dilakukan rutin tiap tahun sampai usia 70 tahun.
Sebenarnya tes Pap ini merupakan cara paling sederhana dan murah untuk mengantisipasi kanker leher rahim. Sebab jika sudah berupa pengobatan, maka dipastikan akan menghabiskan biaya yang tak sedikit.
Pengobatan pada tingkat displasia dilakukan dengan cara merusak proses displasia dengan kauter, bedah beku, atau membuang sebagian leher rahim dengan operasi kecil. Pada displasia berat atau kanker stadium 0 dimana fungsi reproduksi sudah tidak diperlukan lagi, maka dapat dilakukan pengangkatan rahim. Semua pengobatan pada stadium ini, akan memberikan kesembuhan hingga 100 persen.
Sementara pada kanker leher rahim lanjut, pilihan pengobatan dapat berupa operasi, radiasi, obat anti kanker, atau kombinasi satu atau lebih dari ketiga jenis pengobatan.
Seperti kata pepatah, “lebih baik mencegah daripada mengobati”, lebih baik tes Pap daripada radiasi atau operasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar