III
AL-QURAN DAN
KITAB-KITAB SAMAWI
24. Falsafah
Turunnya Kitab Samawi
Syi'ah meyakini
bahwa Allah Swt telah menurunkan sejumlah kitab samawi untuk menuntun umat manusia
ke jalan yang lurus, antara lain: Sahifab Ibrahim dan Nuh, Taurat,
Injil, dan al-Quran, yang merupakan kitab paiing sempurna. Jika kitab-kitab ini
tidak turun, maka manusia akan tersesat dalam perjalanannya menuju ma'rifatullah
dan dalam beribadah kepada-Nya. Manusia juga akan kehilangan dasar-dasar taqwa,
akhlak, pendidikan, dan aturan-aturan sosial yang dibutuhkannya.
Kitab-kitab
samawi ini menyirami rohani manusia bagaikan hujan yang mengguyur bumi dan
menumbuhkan di dalamnya bibit-bibit taqwa, akhlak, ma'rifatullah,
pengetahuan, dan al-hikmah.
Rasul beriman
atas apa yang telah diturunkan Tuhannya kepadanya. Demikian pula orang-orang
beriman. Mereka semuanya beriman pada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, dan para utusan-Nya. (QS. 2:285)
Tapi sayang,
banyak di antara kitab-kitab samawi itu, telah diselewengkan oleh tangan-tangan
jahil dan orang-orang bodoh serta disusupi pikiran-pikiran yang menyesatkan,
kecuali al-Quran, yang oleh sebab-sebab yang akan kami jelaskan nanti pada
tempatnya tidak dapat diyangkau oleh tangan-tangan kotor untuk diselewengkan.
Al-Quran laksana matahari yang memancarkan cahaya sepanyang zaman menerangi
hati manusia.
Telah datang dari
sisi Allah kepada kamu cahaya dan kitab yang jelas. Melaluinya, Allah memberi
petunjuk jalan-jalan keselamatan kepada orang-orang yang mengikuti
keridhaan-Nya. (QS.5:15-16)
25. Al-Quran
Mukjizat Terbesar
Syi'ah meyakini
bahwa al-Quran adalah mukjizat utarna Nabi Mijhammad saw. Tapi bukan hanya dan
sisi kefasihan, keanggian bahasa, keindahan keterangan-keterangannya, dan
kesempurnaan maknanya semata, melainkan juga mencakup aspek-aspek lainnya.
Untuk mengetahui hal ini lebih jauh silahkan baca buku-buku aqidah dan ilmu
kalam.
Karena itu Syi'ah
meyakini bahwa tidak seorang pun dapat membuat kitab seperti al-Quran atau
bahkan sebuat surat sekalipun. Al-Quran men.antang siapa saja, bahkan secara
berulang-ulang, agar mereka membuat seperti al-Quran. Tapi tidak seorang pun
yang mampu memenuhi tantangan ini.
Katakanlah,
seandainya manusia dan jin bekerjasama untuk membuat yang seperti al-Quran,
niscaya mereka takkan dapat membuat Yang sepertirya, sekalipun mereka sa!ing
mendukung satu sama lainnya. (QS. 17:88)
Dan jika kamu
ragu tantang apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami, maka buatlah sebuah
surah yang seperti al-Quran dan ajaklah orang-orangmu, selain Allah, untuk
membantumu, jika memang kamu benar. (QS. 2:23)
Syi'ah meyakini
bahwa al-Quran tidak akan surut dengan berlalunya zaman. Malah kemukjizatannya
semakin berkibar dan keagungannya semakin tampak.
Dalam sebuah
hadis dari Imam Ja'far Shadiq as dikatakan bahwa:
Sesungguhnya
Allah swt tidak menjadikan al-Quran hanya untuk suatu masa atau suatu kelompok
manusia saja. Tapi ia aktual untuk setiap zaman dan cocok untuk setiap
masyarakat hingga hari kiamat. (Bihar al-Anwar, 2:280, hadis no: 44)
26. Al-Quran
Tidak Mengalami Perubahan
Syi'ah meyakini
bahwa al-Quran yang ada di tangan kaum Muslimin saat ini adalah al-Quran yang
sama dengan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, tanpa sedikitpun
mengalami penambahan atau pengurangan.
Para penulis
wahyu telah membukukan al-Quran sejak hari-hari pertama turunnya wahyu. Kaum Muslimin
senantiasa membacanya siang dan malam dan pada saat melakukan shalat limawaktu.
Banyak di antara
mereka yang hafal al-Quran di luar kepala. Dalam hal ini, para penghapal dan
pembaca al-Quran memperoleh kedudukan khusus dalam masyarakat muslim. Banyak
hal menyebabkan al-Quran terpelihara dari penyimpangan dan perubahan, di
samping itu, Allah sendiri telah menjamin akan menjaganya sampai kapanpun. Oleh
karena itu, al-Quran tidak akan mengalami penyimpangan atau perubahan.
Sesungguhnya
Kamilah yang menurunkan al-Quran dan Kami pula yang akan memeliharanya. (QS. 15:9)
Para pakar dan
ulama-ulama terkemuka Islam, baik Sunni maupun Syi'ah, sepakat bahwa al-Quran
terpelihara dengan baik dan tidak mengalami sedikitpun perubahan atau tahrif.
Kalau toh ada yang berpandangan bahwa telah terjadi tahrif, baik dan
pihak Syi'ah atau Sunni, itu hanya oleh segelintir orang, yang nota bene hanya
bersandarkan kepada beberapa riwayat, yang oleh ulama kedua belah pihak telah
dinyatakan palsu, maudhu', dan ditolak mentah-mentah, atau dipahami
dalam arti perubahan yang bersifat maknawi, al-tahrif al-maknawi, yang
berarti telah terjadi penyimpangan terhadap makna ayat al-Quran, bukan
redaksinya. Atau paling tidak, telah terjadi pencampuradukan antara tafsir ayat
di satu pihak dan teks asli al-Quran di pihak lain.
Dengan demikian,
orang-orang yang berpikiran sempit, yang senantiasa menuding Syi'ah atau Sunni
telah meyakini tahrif, padahal ulama-ulama terkemuka kedua aliran ini
telah menolak mentah-mentah adanya tahrif itu. Sesungguhnya di satu
sisi, dengan bodoh telah menohok al-Quran, dan di sisi lain, telah membuat
celah untuk mempertanyakan keabsahan kitab samawi nan agung ini. Selain itu,
telah memberikan pengabdian besar kepada musuh dan orang-orang yang mengincar
Islam.
Selain itu,
rnengarnati perjalanan sejarah pembukuan al-Quran, jam'ul-qur’an, sejak
zarnan Nabi saw dan perhatian besar yang diberikan kaum Muslimin untuk menulis
al-Quran, menghafalnya, dan membacanya, serta adanya penulis-penulis wahyu
sejak hari-hari pertama turunnya al-Quran, mengungkapkan kepada kita suatu
kebenaran yang tidak dapat diingkari bahwa tangan-tangan jahil tidak akan mampu
menjamah al-Quran untuk melakukan tahrif sampai kapanpun.
Dalam pada itu
Syi'ah tidak mempunyai al-Quran lain selain yang beredar luas di tangan kaum
Muslimin. Untuk menelusuri hal ini, bukanlah sesuatu yang sulit. Rumah-rumah
kami, masjid, perpustakaan, dan sebagainya penuh dengan al-Quran. Bahkan
berbagai musium malah menyimpan manuskrip-manuskrip al-Quran kuno yang berumur
ratusan tahun. Semuanya sama, sedikitpun tidak ada perbedaan. Dan jika dulu
penelusuran ini dirasa sulit, tapi masa kita sekarang ini, sama sekali tidak
ada kesulitannya, bahkan setiap orang bisa melakukannya dengan baik dan ia akan
sampai pada kesimpulan bahwa tudingan-tudingan itu semuanya palsu.
Maka berilah
kabar gembira kepada hamba-hamba-Ku yang mendengarkan perkataan kemudian
mengikuti apa yang terbaik daripadanya.(QS. 39:17-18)
Dewasa ini,
institusi-institusi pendidikan agama kami, Hauzah, aktif mengkaji
ilmu-ilmu al-Quran secara luas, yang salah satu kajian pentingnya ialah kajian
tentang tidak adanya tahrif dalam al-Quran.
27. Al-Quran dan
Kebutuhan Materi Rohani Manusia
Syi'ah meyakini
bahwa segala kebutuhan manusia, apakah materi atau rohani, prinsip-prinsip
dasarnya telah dijelaskan oleh al-Quran. Al-Quran telah menjelaskan pokok-pokok
pikiran tentang pohtik dan pemerintahan, hubungan antar masyarakat
prinsip-prinsip pergaulan, perang, damai, hukum, ekonomi, dan sebagainya, yang
jika diterapkan pasti akan membawa kesejahteraan dalam kehidupan manusia.
Dan Sesungsnhnya
Kami telah turunkan al-Quran sebagai penjelasan bagi segala sesuatu, petunjuk,
rahmat, dan pembawa kabar gembira bagi orang-orang Islam. fQS. 16: 89)
Karena itu Syi'ah
yakin bahwa Islam selamanya tidak dapat dipisahkan dari masalah pemerintahan
dan politik. Bahkan menyeru pemeluknya agar memegang kendali urusan mereka
sendiri supaya dapat menghidupkan nilai-nilai Islam yang tinggi dan mendirikan
masyarakat yang Islami, yang menegakkan keadilan sejati, terhadap kawan maupun
lawan.
Hai orang-orang
yang beriman, jadilah penegak-penegak keadilan dan saksi-saksi untuk Allah
walaupun atas dirimu sendiri, kedua orang tua, atau keluarga dekat. (QS. 4: 135)
Dan jangan
sekali-sekali kebencianmu kepada suatu kaum mmdorongmu untuk tidak berlaku
adil. Berlakulah adil, sesungguhnya keadilan itu lebih dekat kepada taqwa. (QS. 5:8)
28. Membaca,
Mengkaji, dan Mengamalkan
Syi'ah meyakini
bahwa membaca al-Quran merupakan salah satu ibadah yang paling utama di antara
ibadah-ibadah lainnya, karena membaca al-Quran dapat membantu pembacanya
melakukan telaah dan kajian terhadap al-Quran. Sedangkan telaah dan kajian itu
sendiri merupakan sumber amal saleh. Allah menyeru nabi-Nya:
Bangunlah pada
malam hari kecuali sedikit, yaitu separuhnya atau kurangi sedikit, atau
tambahkan sedikit, dan bacalah al-Quran secara tartil. (QS. 73:2-4)
Dan menyeru
seluruh kaum Muslimin:
Bacalah apa wng
mudah dari al-Quran. (QS. 73:20)
Akan terapi,
seperti vang telah kami singgung di atas, bacaan tersebut harus dapat
mengantarkannya melakukan telaah dan kajian terhadap al-Quran, baik terhadap
makna maupun kandungannya, kemudian menjadikannya mukaddimah bagi
pengamalannya.
Apakah mereka
tidak menelaah al-Quran? Ataukah hati mereka terkunci? (QS. 47: 24)
Dan Kami telah
permudah Al-Quran untuk pelajaran, maka apakah ada yang mau mmgambil pelajaran?
(QS. 54:17)
Dan adalah kitab
yang Kami turunkan, penuh berkah, maka ikutilah ia. (QS. 6: 155)
Maka, orang-orang
yang membatasi diri pada bacaan dan hafalan saja dan tidak mengikutinya dengan
perngkajian dan pengamalannya suungguh rugi besar, karena betapa pun ia telah
mengamalkan salah satu di antara tiga rukun utama, tetaapi sesungguhnya ia
telah menyia-nyiakan dua rukun lainnya yang lebih utama.
29. Pembahasan
Menyimpang
Syi'ah meyakini
bahwa ada tangan-tangan jahat yang berusaha mengalihkan kaum Muslimin dari
melakukan kajian terhadap ayat-ayat al-Quran dan pengamalannva. Pada masa
Umayyah dan Abbasiyyah
misalnya, tangan-tangan itu menyibukkan kaum Muslimin dengan isu
keqadiman dan kebaharuan al-Quran sehingga membuat umat Islam pecah menjadi dua
kelompok yang saling berseteru, yaitu antara pendukung keqadiman al-Quran dan
pendukung kebaharuannya, hingga jatuh korban besar di kedua belah pihak.[1] Padahal
perdebatan masalah ini sama sekali tidak didasarkan pada prinsip yang benar,
yang berhak mendapatkan perhatian sebesar itu, sampai pertengkaran segala,
karena jika yang dimaksud dengan kalam Allah adalah huruf-huruf dan
lembaran-lembaran kertasnya, maka sudah pasti ia adalah baharu, tetapi jika
yang dimaksud adalah ilmu Allah, maka ia qadim sebagaimana Dzat-Nya.
Namun para penguasa dan khalifah-khalifah tiran pada masa itu terus
membesar-besarkan rnasalah ini sehingga kaum Muslimin terlena selama
bertahun-tahun, dan tangan-tangan jahat itu, sampai saat ini pun, terus
berusaha dengan berbagai cara mengalihkan kaum Muslimin dari pengkajian
al-Quran dan pengamalannya.
30. Kaidah
Penafsiran al-Quran
Syi'ah meyakini
bahwa ayat-ayat al-Quran harus difahami sesuai pengertian umum dan makna
harfiyah yang dikandungnya, kecuali jika ada indikasi rasional, qarinah
aqliyah, atau tertulis, qarinah naqliyah, di dalam atau di luar
ayat, yang menunjukkan makna lain. Akan tetapi qarinab atau indikasi
yang dimaksud tidak boleh bersifat meragukan atau masykukah. Demikian
pula tidak boleh menafsirkan al-Quran hanya berdasarkan asumsi dan perkiraan.
Sebagai contoh,
kita yakin bahwa maksud kata al-'ama atau buta dalam ayat, Barangsiapa
buta di dunia akan buta pula di akhirat, (QS. 17:72), sudah pasti bukan
dalam arti buta fisik, sebagaimana makna harfiyah, karena banyak sekali orang
buta, tapi baik dan salih. Dengan demikian, maksud buta pada ayat di atas ialah
buta hati atau nurani. Mengapa kita tafsirkan seperti itu? Karena demikianlah
indikasi rasional atau qarinah aqliyahnya.
Demikian pula
ketika al-Quran menggambarkan sekelompok musuh Islam sebagai:
Tuli, bisu, buta.
Sesungguhnya mereka tidak berakal (QS. 2:171)
Jelas sekali
bahwa yang dimaksud al-Quran dengan sifat-sifat tersebut di atas bukan
sifat-sifat fisik, tapi sifat-sifat batin. Pemahaman seperti ini berdasarkan qarinah
yang ada.
Demikian pula
ketika Allah berfirman, Tetapi kedua tangan-Nya terbentang. (QS. 5:64),
atau, Dan buatlah kapal dengan mata Kami. (QS. 11:37), sama sekali tidak
dapat dipahami dalam arti mata atau tangan fisik, karena setiap fisik mempunyai
bagian-bagian dan memerlukan ruang, waktu, dan arah sehingga ia akan punah,
sedangkan Allah mustahil demikian. Kalau begitu, maka makna yang paling tepat
untuk kata "kedua tangan-Nya" pada ayat di atas ialah kekuasaan-Nya
yang besar, di mana semua alam tunduk pada-Nya. Sedangkan makna
"mata", ialah pengetahuan-Nya terhadap segala sesuatu.
Oleh karena itu
Syi'ah tidak dapat membenarkan sikap Jumud atau kaku terhadap
kalimat-kalimat di atas, baik yang menyangkut sifat-sifat Allah atau bukan,
demikian pula sikap tidak mengindahkan qarinah aqliyah dan naqliyah,
karena patuh kepada qarinah merupakan sikap para uqala',
orang-orang berakal, bahkan al-Quran pun menganut sikap ini, seperti vang
ditegaskan-Nya:
Kami tidak
mengirim seorang rasul kecuali dengan bahasa kaumnya. (QS. 14:4)
Hanya saja perlu
diingat bahwa qarinah yang dimaksud harus jelas dan pasti, seperti yang
telah kami singgung sebelum ini.
31. Bahaya Tafsir
bi al-Ra'yi
Syi'ah percaya
bahwa tafsir bi al-ra'yi atau menafsirkan al-Quran berdasarkan pandangan
sendiri merupakan salah satu hal yang paling riskan terhadap al-Quran.
Hadis-hadis menggolongkannya sebagai salah satu dosa besar, kabirah,
sedangkan pelakunya diusir dari hadirat Allah Swt. Misalnya dalam sebuah hadis
qudsi disebutkan bahwa Allah Swt berfirman:
Tidaklah beriman
kepada-Ku orang yang menafsirkan ucapan-Ku dengan pandangannya sendiri.
(Wasail, 28:18, hadis no. 22)
Ini amat jelas
karena seorang mukmin yang baik tidak akan menafsirkan ucapan Allah semaunya.
Dalam hadis lain, yang banyak dimuat oleh kitab-kitab utama hadis seperti Turmuzi,
Nasai, Abu Daud, dan sebagainya disebutkan bahwa:
Barangsiapa
mengatakan sesuatu pada Al-Quran dengan pandangannya sendiri atau dengan
sesuatu yang ia tidak ketahui, maka tempatnya adalah neraka. (Mabahits fi
Ulumil-quran : 304)
Adapun yang
dimaksud dengan tafsir bi al-ra'y atau menafsirkan al-Quran dengan
pandangannya sendiri lalah menafsirkan al-Quran semaunya, sesuai kepentingan
dirinya atau kepentingan kelompoknya, tanpa disertai qariah atau bukti
yang menyertai makna ayat itu. Penafsir seperti ini pada dasarnya bukan
mengikuti al-Quran, tapi bermaksud agar al-Quran mengikutinya. Dan tentu
saja, orang yang memiliki iman yang utuh kepada al-Quran tidak akan melakukan
hal ini.
Selain itu, jika
pintu tafsir bi al-ra'yi ini dibuka, maka al-Quran akan kehilangan jati
dirinya, sebab setiap orang akan menafsirkannya semaunya dan menerapkan
al-Quran atas berbagai aqidah yang menyimpang.
Dengan demikian, tafsir
bi al-ra'yi ialah penafsiran yang menyimpang dari kaidah bahasa, sastra,
dan pemahaman pemilik bahasa, serta menerapkan al-Quran atas
pandangan-pandangan yang sesat, kemauan-kemauan pribadi dan kelompok, sesuatu
yang dapat mengakibatkan penyimpangan makna al-Quran.
Masih terdapat
beberapa bentuk tafsir bi al-ra'yi. Salah satunya ialah memilih
ayat-ayat yang sesuai dengan pandangannya saja. Misalnya, ketika ia menjelaskan
masalah syafaat, tauhid, imamah, dan sebagainya, maka ia hanya memilih
ayat-ayat terkait yang sesuai dengan pandangannya saja dan meninggalkan
ayat-ayat lain yang tidak sesuai dengan pandangannya, yang justeru dapat
berfungsi sebagai penjelas ayat-ayat lain.
Singkat kata, jumud
atau kaku terhadap ayat-ayat al-Quran dan tidak mengindahkan qarinah aqliyah
dan naqliyah yang benar merupakan bagian dari penyimpangan terhadap
al-Quran. Demikian pula tafsir bi al-ra'yi. Keduanya membuat kita jauh
dan ajaran dan nilai-nilai al-Quran yang amat tinggi.
32. Sunnah Yang
Diilhami Al-Quran
Syi'ah meyakini
bahwa seseorang tidak dapat mengatakan, kafana kitabullah, cukup bagi
kami kitab Allah saja, dan bersikap masa bodoh kepada hadis Nabi yang berfungsi
menafsirkan kebenaran-kebenaran al-Quran, menjelaskan nasikh dan mansukb,
khas dan 'am, serta menerangkan pokok-pokok agama dan
cabang-cabangnya, karena, ayat-ayat al-Quran sendiri menjadikan sunnah Nabi dan
sirahnya sebagai hujjab bagi Muslimin dan sumber utama untuk memahami
agama dan menyimpulkan hukum, istinbath al-ahkam.
Dan apa yang
dibawa oleh Rasul kepadamu terimalah, dan apa yang dicegahnya jauhilah. (QS.
59:7)
Tidak ada hak
bagi seorang mukmin, laki maupun perempuan, jika Allah dan rasul-Nya memutuskan
suatu perkara mengambil pilihan lain dari urusan mereka. Maka barangsiapa
menentang Allah dan rasul-Nya sungguh telah sesat sesesat-sesatnya. (QS. 33:36)
Maka, orang yang
tidak peduli kepada al-Sunnah sesungguhnya telah memalingkan diri dari
al-Quran.Tentu saja al-Sunnah harus diambil dari jalur-jalur yang benar, muktabarah,
karena tidak semua yang dikatakan dari Nabi adalah betul-betul dari Nabi,
karena banyak yang berbohong atas nama Nabi saw. Imam 'Ali as dalam salah satu
khutbahnya mengungkapkan: ... (Bagian ini tidak tercetak dalam buku!)
Kedua, pernyataan
para imam Ahlulbait as bahwa semua ucapan mereka adalah hadis Nabi saw dan apa
pun yang mereka ucapkan sesungguhnya sampai kepada mereka dan orang tua mereka
hingga ke Nabi saw.
Ya, Rasulullah
saw memang mengetahui masa depan umatnya dan problema-problema yang akan
menghadang mereka. Karena itu, ia memberikan jalan keluar kepada mereka yang tercermin
dalam mengikuti al-Quran dan imam-imam Ahlulbait as.
Jika demikian,
apakah pada tempatnya mengacuhkan hadis penting ini dan menganggapnya sebagai
angin lalu? Karena itu, kami percaya bahwa jika persoalan ini mendapat
perhatian lebih besar, maka sebagian problema yang dihadapi kaum Muslimin
dewasa ini, yakni dalam masalah aqidah, tafsir, dan fiqh tidak akan pernah
muncul.
[1] Pada beberpa buku sejarah disebutkan bahwa Khalifah
Ma'mun dengan bantuan salah seorang qhodinya menetapkan bahwa siapa yang percaya bahwa al-Quran bukan makhluk dicopot dari jabatan
dan kesaksiannya tidak dapat diterima. (Lihat Tarikh ]ami'il- Qur'an,
h. 260)
IV
HARI AKHIR DAN KEHIDUPAN SESUDAH
KEMATIAN
34. Tidak Ada Arti Kehidupan Tanpa Hari Akhir
Syi’ah meyakini bahwa suatu hari nanti
seluruh umat manusia akan dibangkitkan dari kubur dan dilakukan hisab
atau evaluasi atas perbuatan-perbuatan mereka di dunia. Yang berbuat baik akan mendapatkan
sorga, sementara yang berbuat keburukan dicernplun.gkan ke nereka.
Allah, tiada
Tuhari selain-Nya. Ia pasti akan mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak dapat diragukan
kedatangannya. (QS. 4:87)
Adapnn orang yang
melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan duniawi, neraka adalah tempat
tingga/nya, sedangkan yang takut pada kebesaran Tuharinya dan mencegah dirinya
dari mengikuti hawa nafsu, sorga adalah tempat tinggalnya. (QS. 79:37-41)
Syi’ah meyakini
bahwa dunia ini adalah jembatan yang harus dilewati oleh manusia untuk sampai
ke tempatnya yang abadi. Atau dengan kata lain, dunia adalah sekolah, pasar,
atau ladang bagi hari akhir. Iniam ‘Ali as berkata tentang dunia:
Sesungguhnya
dunia adalah kampung kebenaran bagi yang benar dalamnya..., kampung
kekayaan bagi yang membekali dirinya, kampung belajar bagi yang mengambil
pelajaran, masjid kekasih Allah, mushalla para malaikat Allah, tempat turunnya
wahyu, dan tempat berniaganya kekasih-kekasih Allah. (Nahjul-balaghah,
mutiara-mutiara pendek no. 131)
35. Bukti-bukti
Hari Akhir Nyata
Syi’ah meyakini
bahwa bukti-bukti tentang hari akhir sangat jelas. Itu karena:
Pertama,kehidupan dunia
tidak mungkin merupakan tujuan akhir penciptaan manusia, karena apalah artinya
kehidupan jika ia hariya datang untuk beberapa saat, bahkan hariis menghadapi
berbagai macam persoalan yang menghadangnya, kemudian mati dan berakhirlah
segala sesuatu? Tidak mungkin.
Apakah kamu
mengira bahwa Kami ciptakan kamu sia-sia dan kamu tidak kembali kepada Kami?
(QS. 23:115)
Pada ayat ini ada
isyarat bahwa kehidupan dunia akan menjadi sia-sia jika tanpa hari akhir.
Kedua,keadilan Ilahi
menuntut pemisahari orang-orang saleh dari orang-orang bejat, supaya
masing-masing mendapat ganjaran yang setinipal.
Apakah
orang-orang yang berbuat maksiat mengira bahwa Kami akan menjadikan mereka
seperti orang-orang berinian dan berbuat baik, sama antara hidup dan mati
mereka? Sungguh buruk kesinipulan mereka. (QS. 45:21)
Ketiga, Kasih sayang
Allah Swt yang luas menuntut tidak terputusnya kucuran anugrah-Nya dan
kontinuitas proses kesempumaan manusia, al-takamul al-basyari, bagi
orang-orang yang siap dan pantas mendapatkannya.
Dan telah menetapkan
atas diri-Nya kasih sayang. Dia pasti akan mengumpulkan kamu pada hari kiamat
yang tidak dapat diragukan lagi kedatangannya. (QS. 6:12)
Al-Quran
berbicara kepada orang-orang yang meragukan hari akhir:
Mereka berkata:
"Apabila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang haricur,
apakah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk baru?" Katakan:
"Jadilah batu, besi, atau makhluk lain yang kamu anggap tidak
mnngkin." Maka mereka akan berkata: "Siapakah yang menghidupkan
kami?" Katakan: "Dialah Jang telah menciptkan kamu pada kali pertama. (QS. 17:49-51)
Maka, apakah Kami
letih dengan penciptaan pertama? Sungguh mereka dalam keraguan tentang
penciptaan baru. (QS. 50:15)
Dan dia membuat
perumpamaan bagi Kami tapi lupa dengan penciptaannya sendiri dan berkata:
"Siapakah yang dabat menghidupkan tulung-tulang yang telah kancur-lebur
ini?" Katakan: Yang pertama kali menciptakannya, Dialah yang akan
menhidupkannya". Sungguh Dia Maha Mengetahui tentang ciptaan-Nya. (QS 36:78-70)
Selain itu,
penciptaan manusia bukan sesuatu yang sulit bila dibandingkan dengan
penciptaaan langit dan bumi. Tuhari yang mampu menciptakan alam luas ini, yang
mengandung aneka keajaiban dan kelebihari tentu saja mampu menghidupkan orang
mati.
Apakah mereka
tidak memperhatikan bahwa Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Dia
tidak merasa payah karena menciptakannya kuasa menghidupkan orang mati. Ya,
sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. 46:33)
36. Kebangkitan
Jasmani
Syi’ah meyakini
bahwa tubuh dan jiwa atau ruh manusia bersama-sama akan dibangkitkan di akhirat
dan bersama-sama pula akan menempuh kehidupan baru, sebab keduanya telah
bersama-sama hidup di dunia. Karena itu bersama-sama pula harus menerinia
balasan yang setinipal, pahala atau hukuman.
Di samping itu,
sebagian besar ayat-ayat al-Quran yang berbicara mengenai kebangkitan justru
mengisyaratkan tentang kebangkitan jasmani, seperti jawaban al-Quran atas
kebingungan orang-orang yang menentang kebangkjtan jasmani, yang mempertanyakan
bagainiana tulang-tulang yang telah haricur dapat kembali hidup, bahwa:
Katakanlah, yang
menghidupkannya adalah yang pertama kali menciptakannya. (QS. 36:79)
Apakah manusia
mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan tulang belulangnya? Tentu Kami bisa,
dan Kami kuasa mengumpulkan jarijemarinya dengan sempuma. (QS. 75:3-4)
Ayat-ayat di atas
dan yang sejenisnya dengan jelas menunjukkan adanya kebangkitan jasmani.
Demikian pula ayat-ayat yang berbicara mengenai kebangkitan dari kubur. Ya,
rnemang sebagian besar ayat-ayat yang berbicara mengenai hari kebangkitan
menegaskan adanya kebangkitan jasmani dan ruharii.
37. Alam Sesudah
Mati
Syi’ah meyakini
bahwa apa yang ada di dunia sana, alam sesudah mati, kiamat, sorga, dan neraka
jauh dari apa yang kita ketahui di kehidupan dunia yang terbatas ini.
Tidak seorang pun
mengetahui sesuatu yang menyenangkan pandangan mata yang disembunyikan bagi
mereka sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan. (QS. 32:17)
Dalam hadis qudsi
disebutkan bahwa Allah Swt berfirman:
Kupersiapkan bagi
hamba-hamba-Ku yang salih sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata, belum
pernah didingar oleh telinga, dan belum pernah terbersit dalam hati seseorang.[1]
Kehidupan kita di
dunia ini, bila dibandingkan dengan kehidupan di akhirat, ibarat kehidupan
janin dalam rahini ibunya, yaitu serba terbatas dan tidak dapat menangkap apa
yang ada di luar. Janin tidak mengetahui apa itu matahari, bulan, udara, bunga,
deburan ombak di laut, dan sebagainya, meskipun si janin anggaplah memiliki
akal dan kecerdasan. Demikian pula kita, bila dibandingkan dengan kehidupan
akhirat.
38. Hari
Kebangkitan dan Amal Ibadah
Syi’ah meyakini
bahwa pada hari kiamat nanti setiap orang akan menerinia buku catatan amalnya.
Orang saleh akan menerinianya dengan tangan kanannya, sementara orang fasik
akan menerinia dengan tangan kirinya.
Ada pun orang
yang menerinia kitabnya dengan tangan kanannya, maka ia berkata "Bacalah
kitabku. Aku yakin akan sampai pada hisab amalku." Ia berada dalam
kehidupan yang diridhai, dalam sorga yang tinggi, yang buah-buaharinya amat
dekat dengannya. (QS. 69:19-23)
Sementara orang
yang menerinia kitabnya dengan tangan kirinya berkata: "Wahai, alangkah
baiknya jika aku tidak menerinia kitabku dan tidak mengetahui apa hisab
terhadap diriku. (QS. 69:25-26)
Akan tetapi,
bagainiana bentuk buku catatan itu dan bagainiana ia ditulis, yang data-datanya
tidak dapat diingkari oleh siapa pun adalah sesuatu yang tidak jelas buat kita.
Seperti yang sudah kita singgung, hari kebangkitan mengandung banyak misteri
yang ddak dapat dijangkau oleh manusia. Hariya saja kita tidak dapat mengingkari
keberadaannya.
39. Kesaksian di
Hari Kiamat
Syi’ah meyakini
bahwa Allah Swt menyaksikan semua perbuatan kita. Demikian pula halnya dengan
tangan, kaki, kulit, bumi yang kita huni, dan sebagainya adalah saksi-saksi
lain di luar Allah Swt.
Hari ini Kami
tutup mulut mereka sementara tangan-tangan mereka berbicara kepada Kami dan
kaki-kaki mereka bersaksi atas apa yang mereka perbuat. (QS. 36:65)
Dan mereka
berkata kepada kulit-kulit mereka: "Mengapa kalian bersaksi atas
kami?" Kulit-kulit itu berkata: "Allah yang telah membuat segala
sesuatu berbicara, Dialah yang telah membuat kami berbicara. (QS. 41:21)
Hari itu bumi
menceritakan berita-beritanya karena Tuhanmu telah memerintahkannya. (QS.99:4-5)
40. Siratal
Mustaqini dan Tinibangan Amal
Syi’ah meyakini
bahwa di akhirat nanti akan ada tinibangan amal dan jembatan siratal-mustaqini,
yaitu jembatan yang terbentang di atas neraka, yang akan dilalui oleh setiap
orang. Jalan ke sorga
pun harus dengan melintas di atas neraka.
Setiap kamu pasti
akan mendatangi neraka. Bagi Tuhanmu hal itu adalah suatu kemestian yang sudah
ditetapkan. Kemudian Kami menyelamatkan orang-orang yang taqwa dan membiarkan
orang-orang yang tersungkur di dalamnya. (QS. 19:71-72)
Akan tetapi untuk
mampu melewati jalan yang berbahaya ini tergantung pada amal perbuatan manusia
itu sendiri, sebagainiana ujar sebuah hadis:
Di antara mereka
ada yang berjalan seperti kilat. Di antara mereka ada yang berjalan seperti
larinya kuda. Di antara mereka ada yang berjalan merangkak. Di antara mereka
ada yang berjalan kaki. Di antara mereka ada yang berjalan bergantung, kadang
disambar api dan kadang lepas dari sambaran api.[2]
Sedang yang
disebut tinibangan itu, sebagainiana namanya, ialah alat untuk meninibang amal
manusia. Pada hari itu, semua amal manusia akan ditinibang dan dihisab satu
persatu;
Dan Kami akan
memasang tinibangan yang akurat pada hari kiamat. Tidak seorangpun akan
dirugikan. Dan meskipun seberat biji sawi, Kami tetap akan memberikan ganjaran
padanya. Cukuplah Kami sebagai penghitung. (QS. 21:47)
Adapun orang yang
tinibangannya berat, maka ia akan berada dalam kehidupan yang menyenangkan.
Tetapi orang yang tinibangannya ringan, maka tempatnya adalah neraka. (QS.
101:6-9)
Ya, Syi’ah
meyakini bahwa keselamatan manusia pada hari itu tergantung amalnya. Khayalan
dan angan-angannya sama sekali tidak dapat menyelamatkannya dari panasnya api
neraka. Ia hariya dapat berharap dari ketaqwaan dan kesucian dirinya.
Tiap orang
bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. (QS. 74:38)
Demikianlah
penjelasan singkat mengenai siratal-mustaqini dan tinibangan amal.
Adapun rinciannya, kita sama sekali tidak mengetahuinya, karena alam akhirat
jauh lebih tinggi dan lebih luas dari alam dunia kita. Karena itu adalah sangat
sulit bahkan mustahil bagi kita untuk dapat memahami permasalahan yang
berkaitan dengan alam itu.
41. Syafaat di
Hari Kiamat
Syi’ah meyakini
bahwa para nabi, iniam maksum, dan wali-wali Allah akan memberi syafaat kepada
sebagian pendosa dengan izin Allah, sebagai bagian dari pemberian maaf Allah
kepada hamba-hamba-Nya. Akan tetapi jangan lupa bahwa izin itu hariya diberikan
kepada orang-orang yang tidak memutus hubungan dengan Allah dan para
kekasih-Nya. Dengan demikian, syafaat tidak berlaku mudak, tapi dengan
syarat-syarat tertentu, yang ada hubunganya dengan amal dan niat kata.
Mereka tidak akan
memberikan syafaat kecuali terhadap orang yang diridhai Allah (QS21:28)
Syafaat, seperti
yang pernah kita singgung, adalah sebuah metoda pendidikan dan alat untuk
mencegah seseorang bergeliniang dalam dosa serta putus hubungan dengan para
kekasih Allah, sekaligus mendorongnya meninggalkan perbuatan dosa dan kembali
kepada Allah.
Tidak dapat
diragukan baliwa maqam syafaat agung adalah untuk Rasulullah saw; baru kemudian
para nabi, iniam-iniam yang suci, para ulama, syuhada, mukminin, bahkan Quran,
dan amal salih.
Diriwayatkan dari
Iniam Shadiq:
Tidak seorangpun,
baik dari generasi awwalin, orang-orang pertama, maupun generasi akhirin,
orang-orang kemudian, kecuali memerlukan syafaat Nabi Muhammad saw pada hari
akhir. (Bihar al-Anwar, VIII: 42)
Dalam riwayat
lain dari Nabi saw:
Pemberi syafaat
ada linia kelompok, yaitu Quran, kasih sayang, amanah, nabi kamu, dan Ahlubait
nabiniu. (Kanzul-ummalYN :390,hadis 39-41)
Pada hadis lain
dari Iniarn Shadiq:
Jika hari kiamat
tiba, Allah bangkitkan orang berilmu, ulama, dan ahli ibadah (al-dbid). Ketika
keduanya bersinipuh di hadapan Allah, kepada al-abid dikatakan: ''Masuklah ke
sorga'', sementara itu kepada ulama dikatakan: "Berdirilah di sini dan
berikan syafaat kepada orang-orang karena baiknya pengajaranmu kepada mereka.
(Bihar al-Anwar, VIII :56, hadis 66)
Dalam hadis ini
terkandung filsafat syafaat yang menarik.
42. Alam Barzakh
Syi’ah meyakini
bahwa di antara alam dunia dan alam akhirat ada alam ketiga yang disebut dengan
alam barzakh, yaitu alam di mana ruh manusia bersemayam di sana sesudah
kematian hingga datang hari kiamat.
Dan di belakang
mereka ada alam barzikh sampai hari mereka dibangkitkan. (QS. 23:100)
Tetapi
pengetahuan kita tentang alam ini sebetulnya tidak banyak, kecuali bahwa arwah
orang-orang salih akan bersemayam di tempat yang mulia dan mendapat nikmat yang
berlinipah.
Jangan kamu kira
orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati, tapi sesungguhnya mereka
hidup di sisi tuhan mereka dan mendapat rezeki. (QS. 3:169)
Sementara arwah
orang-orang yang zalini, para tiran, dan pendukung-pendukungnya akan tersiksa,
sebagainiana yang dinyatakan Allah tentang Fira'un dan keluarganya.
Kepada mereka
ditayangkan neraka pagi dan petang, dan pada saat datangnya hari kiamat (ia
berkata): "Masukkan keluarga Firaun dalam siksa yang paling berat. (QS. 40:46)
Selain kedua
kelompok di atas, ada kelompok lain yang tidak termasuk salah satu dari
keduanya, yaitu mereka yang dosa-dosanya tidak sebesar kelompok kedua. Mereka
tidak mendapat siksaan, tapi juga tidak memperoleh kenikmatan. Mereka seakan
tidur dan baru bangun ketika kiamat tiba.
Dan pada saat
datangya hari kiamat, orang-orang berdosa bersumpah bahwa mereka tidak tinggal
dalam kubur kecuali sebentar. (QS. 30:55)
Dan orang-orang
yang diberi ilmu dan inian berkata (kepada para pendosa): "Kamu telah
tingga! (di dalam kubur) atas ketetapan Allah hingsa hari kebangkitan. Dan ini
adalah hari kebangkitan, tapi kamu tidak tahu. (QS. 30:56)
Dalam sebuah
hadis Nabi saw disebutkan:
Kuburan itu boleh
jadi merupakan taman dari taman-taman sorga atau lubang dari lubang-lubang api
neraka.[3]
43. Balasan
Spritual dan Material
Syi’ah meyakini
bahwa pembalasan di hari kiamat mencakup dua sisi, material dan spiritual.
Karena kebangkitan mengandung sisi material dan spiritual.
Ada pun yang
tertera di dalam al-Quran dan hadis-hadis Nabi tentang sorga, bahwa
sungai-sungai mengalir di bawahnya:
Allah telah
menyediakan surga untuk mereka yang mengalir sungai-sungai di bawahnya,
mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar. (QS. 9:89)
Makanan yang tak
putus-putus dan keteduhari yang tems menerus.
Perumpamaan sorga
yang dtjanjikan kepada orang-orang yang taqwa (ialah surga) yang mengalir
sungai-sungai di bawahnya, makanannya abadi (tak habis-habisnya) begitupun
naungannya. Itulah kesudahan orang-orang yang bertaqwa sedang kesudahan bagi
orang-orang kafir ialah neraka.(QS.13:35)
Bidadari-Bidadari
(pasangan-pasangan) yang suci bagi orang-orang yang beriman,
Katakanlah,
"Apakah kamu ingin aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang
demikilan itu?" Yaitu untuk orang-orang yang bertaqwa pada sisi Tuhan
mereka ada surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya; mereka itu
kekal di dalamnya, dan ada pasangan-pasangan yang suci serta keridhaan dari
Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS. 3:15)
Dan tentang
neraka, "Jilatan apinya sangat menyakitkan." Semua itu
menunjukkan dimensi material pembalasan di hari akhir. Akan tetapi yang lebih
penting dari pada itu semua ialah balasan spiritual, yang tercermin dalam
pancaran cahaya ma'rifat Ilahi, kedekatan rohani pada al-Khaliq, dan penampakan
keindahari dan keagungan-Nya, tajaliyah al-jamal wa al-jahl, suatu
kenikmatan yang tiada tara, yang tidak dapat dilukiskan oleh kata-kata maupun
pena.
Di beberapa ayat
al-Quran, setelah menyebutkan tentang sejumlah kenikmatan material sorga,
al-Quran mengungkapkan bahwa:
Ridha Allah lebih
besar dan bahwa itulah keuntungan yang agung. (QS. 9:72).
Ya, memang tiada
kenikmatan yang lebih besar dari pada mendapatkan diri bahwa Allah ridha
kepadanya. Dalam hadis qudsi dari Iniam 'Ali Ibn Husain as disebutkan bahwa
Allah Swt berfirman:
Ridha-Ku dan
cinta-Ku kepadamu lebih baik dan lebih besar dari apa yang kamu miliki
sekarang. (Tafsir al-Mizan, IX, Ayat QS. 9:72)
Sungguh, tidak
ada yang lebih nikmat dari pada diseru oleh Allah Swt:
Wahai jiwa yang
tenang, kembalilah pada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Maka masuklah ke
dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke sorga-Ku. (QS. 89:27-30).
[1] Hadis ini dirwayatkan oleh Bukhari Muslim dan lain-lain
serta dicantumkan oleh para mufassir
dalam kitab-kitab mereka seperti Tabarsi, Alusi, dan Qurtubi.
[2] Hadits di atas diriwayatkan oleh Syi’ah maupun Ahlus
Sunah dengan sedikit perbedaan redaksi, seperti dapat dilihat pada: Kanzul
Ummal, hadits nomor 39036, Qurtubi jilid VI h. 4175 di bawah ayat 71 surah Maryam, dan Shoduq dalam kitab Amali
dari Imam Ja'far Shodiq hal. yang sama, juga dapat dilihat pada Shahih Bukhari,
VIII h. 146 di bawah judul “Al-Shirath Jembatan Neraka”.
[3] Hadits di atas dapat dilihat pada Shohih Turmuzi, IV
Kitab Sifat al-Qiyamah, bab 67 hadits
nomor 246. Sementara itu dalam sumber-sumber Syi’ah hadits di atas kadang
diriwayatkan dari Imam Ali ibn abi Thalib dan kadang dari Ali ibn Husain.
(Lihat Bihar al-Awar, VI, h. 214 dan 218.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar