Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui, lagi
Maha Kuasa untuk melakukan apa saja. Akan tetapi, Allah memberikan keleluasaan
kepada manusia untuk mengajukan permohonan , keinginan, dan harapan-harapannya
kepada_Nya. Walaupun manusia tidak memanjatkan doa kepada-Nya, namun Allah
tetap akan memberikan kepada manusia apa yang sudah menjadi bagiannya. Allah
tidak membiarkan manusia berada dalam kebingungan dan kecemasan pada saat
menghadapi permasalahan hidupnya di dunia ini. Manusia membutuhkan kesadaran ,
tempat ia mengadukan nasib; membutuhkan pijakan, tempat ia menyatakan keluh
kesahnya, yaitu kepada pemegang kekuasaan yang tak terkalahkan keperkasaan-Nya,
yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dan segenap mahluk yang ada di alam
ini.
Allah memang tidak memerlukan pemberitahuan
dari manusia apa yang menjadi kebutuhan dan harapannya dalam kehidupan di dunia
ini, sebab Allah Maha Mengetahui dan Maha Mendengar apa yang terjadi di seluruh
jagad raya ini. Akan tetapi, mengapa Allah memberikan tuntunan kepada manusia
untuk berdoa; dan apa pentingnya doa ini bagi kehidupan manusia dan kesehatan
mental serta jasmaninya? Apakah kalau manusia tidak mau berdoa kepada Allah
saat berada dalam kesulitan, penderitaan, malapetaka, atau kesenangan, maka Allah
akan merasa rugi dan sedih? Jawabnya, sama sekali tidak. Keagungan dan
kemuliaan Allah tidak akan bertambah karena manusia memuliakan dan
mengagungkan-Nya dengan permohonan dan doa kepada-Nya. Jadi, pentingnya doa ini
sebenarnya adalah untuk diri manusia dan kehidupannya sendiri, baik jasmani,
rohani, maupun intelektualnya.
Apakah sebenarnya keuntungan yang diperoleh
manusia dengan memanjatkan doa, mengahrapkan pertolongan dan rahmat dari Allah?
Pentingnya manusia memanjatnya doa bagi kehidupan adalah :
Manusia sangat memerlukan sandaran yang dapat
memberikan kekuatan kepada dirinya pada saat dia lemah, ketika segala kekuatan
di luar dirinya tidak mampu lagi menopang dan menunjang dirinya. Pada saat
semacam ini tiada jalan bagi manusia untuk dapat menentramkan diri ,
menenangkan hati, dan menjernihkan pikirannya, selain hanya mengadukan nasib
dan keadaaannya kepada Yang Mahamutlak mengatur dan menentukan jalan hidupnya.
Jalan untuk mendekatkan diri kepada Yang Mahamutlak ini adalah melalui mediu doa.
Jadi, doa berfungsi sebgaai sarana pengaduan manusia yang tengah tercekam oleh
kemelut, kesusahan, dan penderitaan. Disini yang mempunyai kepentingan adalah
manusia , bukan Allah. (Bagaimana dengan kebahagiaan, kegembiraan dan keadaan
yang tentram?)
Doa tidak semata-mata dimaksudkan untuk memohon
pertolongan kepada Allah untuk melepaskan diri dari kesulitan dan penderitaan.
Doa juga dimaksudkan sebagai sarana memohon kepada Allah untuk meningkatkan
kualitas diri dan kemampuannya, sehingga dapat melakukan segala tugas yang
dipikulnya dengan baik dan menggembirakan dirinya. Untuk mencapai maksud
semacam ini, manusia tidak mampu bersandar pada kekuatan dirinya atau bantuan
sesama manusia, sebab rintangan yang dihadapinya ternyata jauh lebih besar
daripada kekuatan yang dimiliki dirinya dan manusia lainnya. Dalam keadaan
semacam ini manusia menyandarkan segalanya kepada rahmat dan pertolongan Allah.
Bagaimana cara manusia menyandarkan hal ini kepada Allah? Caranya antara lain
dengan berdoa. Disini doa bukanlah merupakan kepentingan Allah, melainkan
merupakan kepentingan manusia itu sendiri agar dirinya memeproleh kemampuan
dalam mengatasi problem dan meningkatkan kemampuannya untuk menyelesaikan
problem yang dihadapinya.
Doa mutlak diperlukan oleh manusia , karena
manusia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya sekarang dan akan datang,
padahal manusia selalu menginginkan keberhasilan dalam mencapai apa yang
diinginkannya, sekarang dan akan datang. Untuk menagkal hal-hal yang tidak baik
atau merugikan dirinya saat ini atau nanti, ia memerlukan adanya kekuasaan dan
kekuatan di luar dirinya untuk menyelesaikan maslaah-masalah itu. Siapakah yang
diharapkan dapat membantunya untuk menyelesaikan masalah semacam itu? Dan
bagaimana cara pertolonga itu bisa didapat oleh dirinya?
Dalam hal ini Allah memberikan petunjuk agar
manusia memanjatkan doa kepada-Nya. Dengan doa inilah Allah memberikan jalan
dan pertolongan kepadanya dengan cara yang sama sekali tidak diketahui
sebelumnya dan dari arah yang sama sekali tidak terduga oleh yang bersangkutan.
Hal ini membuktikan bahwa doa itu merupakan sarana yang menjadi kepentingan
manusia sendiri dan bukan menjadi kepentingan Allah.
Dengan uraian diatas menjadi jelaslah betapa
doa itu sangat penting , bahkan mutlak penting bagi manusia dalam kehidupan
sehari-harinya di dunia ini. Rasulullah SAW telah mengajarkan doa-doa untuk
setiap masalah yang dihadapi manusia dalam bidang apa pun, sehingga terserah
kepada yang berkepentingan untuk mempergunakannya atau tidak. Allah telah
memberikan peluang kepada manusia untuk mengeluh dan mengadukan nasibnya
kepada-Nya melalui sarana doa.
Jadi doa antara lain dimaksudkan agar manusia
semakin mendekatkan diri kepada Allah dan mengenal-Nya sehingga tidak menjadi
mahluk yang mengalami kebingungan, kekacauan, penuh kegelisahan, dan tekana
batin yang tak kunjung dapat diselesaikan. Doa yang kita panjatkan kepada Allah
insya Allah akan menghilangkan semua bentuk kekacauan batin, pikiran, dan
perasaan kita pada saat kit atidak lagi dapat mencari jalan mengatasinya. Pada
sat itulah jiwa kita hanya bisa menyandarkan diri kepada Allah, Tuhan Yang Maha
Mendengar, Maha Mengetahui, Maha Menguasai, dan Maha Menentukan jalan kehidupan
mahluk-Nya.
Dengan menyadari pentingnya doa sebagaimana
diuraikan sebagiannya di atas, mudah-mudahan kita menjadi sadar akan pentingnya
doa bagi setiap orang sehingga kita tidak merasa berat dan malas untuk berdoa
kapan saja dan dimana saja denga hati ikhlas
Ketika seseorang duduk untuk berdoa,
sesungguhnya dia duduk di hadapan Al-Khaliq Azza wa Jalla yang pengetahuan-Nya
meliputi segala sesuatu, dan yang lebih dekat kepada manusia daripada dirinya
sendiri. Dia Yang Mahasuci, "mengetahui yang rahasia dan yang lebih
tersembunyi" ( QS.20:7). Maka manusia senantiasa penuh gentar, dan
berharap doanya dikabulkan.
Oleh karena itu hendaklah dia melaksanakan adab
berdoa yang telah diajarkan kepada kita oleh Rasul yang mulia SAW. Rasulullah
telah menjelaskan secara rinci dan jelas mengenai adab dan syarat berdoa,
khususnya yang berkaitan dengan hal-hal berikut:
Adab dan syarat berdoa
Waktu makbu (mustajab) untuk berdoa
Tempat-tempat berdo'a yang makbul
Sifat dan sikap orang yang dikabulkan doanya
Orang-orang yang dikabulkan doanya
Orang-orang yang tidak dikabulkan doanya
Adab pertama dalam mengajukan permintaan kepada
seorang yang berkuasa adalah menghadapkan wajah Anda kepada orang yang
kepadanya Anda meminta dan berharap. Maka, di antara adab berdoa adalah
hendaknya orang yang bersangkutan menghadapkan wajahnya ke kiblat yang telah
diperintahkan Allah SWT untuk menghadap kepada-Nya. Dalam Firman Allah SWT
disebutkan: "Dan darimana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah
wajahmu ke arah Masjidil Haram, sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu
yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah tidak sekali-kali lengah dari apa yang kamu
kerjakan. Dan darimana saja kamu berangkat, maka palingkanlah wajahmu ke arah
Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah
wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali
orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada
mereka , dan takutlah kepada-Ku. Dan agar kusempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan
supaya kamu mendapat petunjuk." (QS. 2:149-150)."
Jadi, menghadapkan wajah ke arah Masjidil Haram
merupakan kewajiban dalam shalat dan disunnahkan dalam berdoa.
Membaca Hamdalah dan Pujian
Manakala seseorang meminta sesuatu kepada
sesama manusia yang berkedudukan tinggi ataupun rendah, penguasa, pemimpin atau
pemegang otoritas, niscaya sebelum mengajukan permintaannya dia mengucapkan
suatu pujian kepada orang yang dimintainya itu. Sedangkan Allah SWT yang tiada
sesuatu pun yang setara dengan-Nya, dan yang menciptakan manusia dan
menjadikannya dalam bentuk yang sebaik-baiknya, memberikan kepadanya harta
benda, anak-anak, dan rezeki tanpa adanya keutamaan di pihak manusia, Dia tentu
lebih berhak untuk dipuji dengan puji-pujian yang baik. Allah SWT berfirman:
"Maka bertasbihlah dengan meuji Tuhanmu, dan jadilah kamu diantara
orang-orang yang bersujud (shalat)."(QS. 15:98). "Dan katakanlah
:'Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak.'"(QS 17:111)
"...dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan
sebelum terbenamnya." (QS 20:130) "Katakanlah:'Segala puji bagi
Allah', tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui."(QS 31:25) "Dan
bertawakalah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah
dengan memuji-Nya."(Qs 25:58)
Allah SWT telah menyifati orang-orang Mukmin
dengan firman-Nya: "Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat, yang
beribadah, yang memuji (Allah), yang melawat, yang ruku' dan yang sujud, yang
menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar, dan yang memelihara
hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang Mukmin itu."(QS 9:112).
Mahabenarlah Allah yang Maha Agung.
Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada kita
agar memuji Allah, bersyukur kepada-Nya, serta memuji-muji-Nya setiap saat.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Zubair r.a. bahwa Rasulullah SAW mengucapkan pada
setiap kali selesai shalat, sesudah malam: [arab] "La ilaha illa Allah
wahdahu la syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa'ala kulli syai'in
qadir. La hawla wala quwwata illa billah. La ilaha illa Allah wala na'budu illa
iyyah, lahunni'matu walahul fadhlu walahuts-tsna'ul hasanu, La ilaha illa Allah
mukhlishina lahuddin walau karihal kafirun" Artinya: "Tiada Tuhan
selain Allah, yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan, dan bagi-Nya
segala puji, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan
kecuali dengan Allah. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan kami tidak menyembah
kecuali kepada-Nya. Bagi-Nya segala nikmat dan bagi-Nya keutamaan, dan bagi-Nya
pujian yang terbaik. Tidak ada Tuhan selain Allah, dengan mengikhlaskan agama
bagi-Nya sekalipun orang-orang kafir benci".
Berkata Ibnu Zubair:"Rasulullah SAW
bertahlil dengan kalimat-kalimat diatas pada setiap selesai shalat
fardhu." (HR. Muslim). Diriwayatkan dari Salamah bin Al-Akwa' r.a.
""Aku tidak pernah mendengar Rasulullah SAW mengawali doa kecuali
dengan kata-kata: [arab] "Subhana rabbiyal a'la al'aliyyul wahhab "
Artinya: "Mahasuci Tuhanku yang Mahatinggi, Maha Pemberi". (HR. Ibnu
Abi Syaibah).
Diriwayatkan dari Fadhalah bin 'Ubaid r.a.
:"Rasulullah SAW mendengar seorang laki-laki berdoa dalam shalatnya tanpa
mengagungkan Allah SWT dan tanpa bershalawat kepada Nabi SAW. Maka berkatalah
Rasulullah SAW:" Orang ini terlalu tergesa-gesa". Kemudian beliau
memanggil laki-laki itu dan berkata kepadanya, atau kepada orang lainnya:'Jika
salah seorang diantaramu berdoa, hendaklah ia memulainya dengan memuji Tuhannya
Yang Mahasuci, kemudian bershalawat kepada Nabi, setelah itu silahkan dia
berdoa apa saja yang dikehendakinya." (Hadis diriwayatkan oleh Abu Dawud
dan Tirmidzi, dan dia berkata:"hadis ini hasan sahih.").
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. , dari
Rasulullah SAW:"Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan Hamdalah,
akan terputus." (hadis hasan riwayat Abu Dawud dan lainnya).
Diriwayatkan dari Anas r.a.:"Rasulullah
SAW telah bersabda:'Sesunguhnya Allah meridhai hamba-Nya yang memakan makanan
kemudian memuji-Nya karena-Nya, atau meminum minuman dan memuji-Nya
karenanya.'"(HR. Muslim)
Diriwayatkan dari Aisyah r.a.:" Pada suatu
malam aku kehilangan Nabi SAW , lalu aku meraba-raba dan kutemukan beliau
sedang ruku', atau sujud, sambil mengucapkan: [arab] "Subhanaka wa
bihamdika la ilaha illa anta " Artinya: "Mahasuci Engkau, dan dengan
segala puji-Mu. Tiada Tuhan selain Engkau".
Dan dalam sebuah riwayat disebutkan: "
Maka tanganku menyentuh bagian bawah telapak kaki beliau yang tegak, sedang
beliau mengucapkan: [arab] "Allahumma inni a'udzu bi-ridhaka min
sakhatikha wa bimu'afatika min 'uqubatika, wa a'udzu bika minka, La uhshi
tsana'an 'alaika, anta kama atsnaita 'ala
nafsika". Artinya: "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dengan
keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu, dan dengan maaf-Mu dari hukuman-Mu, dan aku
berlindung kepada-Mu dari-Mu. Aku tak bisa menghitung pujian bagi-Mu. Engkau
adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu". (HR. Muslim).
Istighfar (Mohon Ampunan)
Diantara adab berdoa berdoa adalah, hendaknya
orang yang berdoa itu memohon ampun atas dosa-dosa yang telah dilakukannya baik
yang disengaja maupun yang tidak disengaja, baik yang diketahui maupun yang
tidak diketahuinya, baik yang diingatnya maupun yang dilupakannya, sebab bagi
Allah SWT, segala sesuatu itu tersimpan di sisi-Nya di dalam Kitab yang
tersimpan hingga Hari Pembalasan, dan Dia mengetahui apa yang ada di Langit dan
apa yang ada di Bumi, dan apa yang ada diantara keduanya. Dia juga mengetahu
apa yang kita rahasiakan dari urusan kita, dan apa yang kita nyatakan. Dia
mengetahui apa yang rahasia dan tersembunyi, dan setiap jiwa mengetahui apa
yang disembunyikanya, dan Dia-lah yang akan memperlihatkan kepada jiwa-jiwa
kita, akal kita, serta apa yang kita kira tersembunyi, karena disisi-Nya hal
itu diketahui. Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya bagi Allah tidak ada
sesuatu pun yang tersembunyi di Bumi, dan tidak (pula) di Langit."(QS 3:5).
"Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang
perbuatanmu itu."(QS 2:284). "Dia mengetahui pandangan mata yang
khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati."(QS 40:19). Memohon ampun
disertai dengan tobat yang benar dan niat yang ikhlas demi Allah SWT akan
menyucikan jiwa dan membersihkannya dari dosa-dosa. Allah SWT telah
memerintahkan kepada kita untuk beristighfar dengan firman-Nya: "Kemudian
bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang banyak, dan mohonlah ampun
kepada Allah."(QS 2:199). "Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada
Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya, (Jika kamu mengerjakan yang demikian, niscaya
Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) ."(QS 11:3).
"Dan Mohonlah ampun kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang."(QS 73:20).
Jantung Zikir yaitu bacaan:
Subhaanallaah wal hamdu lillah wala illa ha
illallah, wallaa hu akbar. Walaa haula walaa quwwata illaa billaahil aliyyil
azhiim.
Shalawat Nabi:
Allaahumma sholli alaa Muhammadin wa'alaa aali
Muhammad.
Allaahumma lakal asmaaul husnaaa nad'uuka
bihaa.
Wabillahi
TaufikWal hidayah
Wassalammu'alaikum Wr, wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar