Oleh: Dede Meki M
Sebagian besar orang (mungkin seperti penulis juga), pada suatu ketika apabila ada seseorang atau aparat pemerintah setempat semisal RT/RW meminta sumbangan kepada kita baik itu yg bersifat rutin atau insidental dengan besaran tertentu untuk kepentingan umum atau untuk panti asuhan/yatim piatu, atau katakanlah per bulan dimintai Rp. 25.000 untuk pembanguan masjid atau perbaikan jalan, terkadang kita merasa “berat” dan kalaupun memberi tetapi terasa “berat”. Tetapi, itulah yang namanya “godaan”, pada saat kita diberi kesempatan oleh Alloh untuk berbuat kebaikan, selalu saja “pasukan syetan” menebar “godaan” dalam diri kita dengan berbagai bentukdan cara mereka “menyerang”.
Mungkin sudah banyak pengetahuan kita akan pentingnya dan besar hikmahnya infak/sodaqoh/zakat. Dan penulis yakin, sebagian besar dari kita masih memiliki keinginan untuk “mampu berbagi”, akan tetapi “godaan” akan selalu ada. Berbagai bentuk godaan dalam bentuk berbagai alasan, misal sedang banyak pengeluaranlah, tidak punya uanglah, baru saja nyumbanglah (padahal belum) dan lain sebagainya.
Atas dasar keinginan
untuk mampu berbagi tersebut itulah, untuk mengantisipasi menghadapai “godaan”
tersebut, disini penulis memberanikan diri untuk menulis dan menyampaikan ide
dan sedikit bersama-sama membuka mata kita. Yakni dengan metoda “Membiasakan
berinfak tiap hari, walau hanya “gopek” rupiah”.
Beberapa dasar pertimbangan penulisan ini adalah:
1. Kita sering dihadapkan pada persoalan “berat berinfak” karena besarnya uang yang harus dikeluarkan.
2. Umat islam di indonesia merupakan umat yang besar, yang memiliki potensi untuk membesarkan agama dan negara..
3. Umat islam harus maju dalam konteks “berjama’ah” (dibaca: bersama)
4. Optimalisasi dan pengembangan potensi infak/sodaqoh/zakat.
5. Pembelajaran untuk kaum muda islam sejak dini.
6. Pengkikisan difat kikir
7. Konon, kata pak ustadz, disamping memberikan infak/sodaqoh/zakat akan memperoleh pahala dari Alloh SWT, juga bisa memberikan salah satu hikmahnya yakni menolak bala (musibah/hambatan).
8. Sebagian para pemikir agama yang “modernis”, berfikir bahwa optimalisasi infak/sodaqoh/zakat bisa diarahkan kepada berbagai hal yang lebih besar untuk kemashlahan umat, dengan tidak hanya “membantu memberi makan kaum dhuafa yang bersifat seketika.
9. Betapa dahsyatnya besarnya infak/sodaqoh/zakat dari kaum muslimin untuk kepentingan bersama.
1. Kita sering dihadapkan pada persoalan “berat berinfak” karena besarnya uang yang harus dikeluarkan.
2. Umat islam di indonesia merupakan umat yang besar, yang memiliki potensi untuk membesarkan agama dan negara..
3. Umat islam harus maju dalam konteks “berjama’ah” (dibaca: bersama)
4. Optimalisasi dan pengembangan potensi infak/sodaqoh/zakat.
5. Pembelajaran untuk kaum muda islam sejak dini.
6. Pengkikisan difat kikir
7. Konon, kata pak ustadz, disamping memberikan infak/sodaqoh/zakat akan memperoleh pahala dari Alloh SWT, juga bisa memberikan salah satu hikmahnya yakni menolak bala (musibah/hambatan).
8. Sebagian para pemikir agama yang “modernis”, berfikir bahwa optimalisasi infak/sodaqoh/zakat bisa diarahkan kepada berbagai hal yang lebih besar untuk kemashlahan umat, dengan tidak hanya “membantu memberi makan kaum dhuafa yang bersifat seketika.
9. Betapa dahsyatnya besarnya infak/sodaqoh/zakat dari kaum muslimin untuk kepentingan bersama.
Dari tingkatan keadaan
sosial masyarakat kita, beberapa dari kita Insya Alloh merupakan masyarakat
yang diberi kesempatan oleh Alloh untuk bisa menjalani kehidupan ini dengan
memiliki penghasilan yang tetap atau tidak tetap tetapi mencukupi. Dalam keseharian kita, sudah dipastikan kita akan selalu melakukan
perjalanan dari tempat tinggal kita ke tempat usaha kita. Dengan konsekuensi
logis sudah mendekati pasti kita akan mengeluarkan sebesar uang, baik untuk
ongkos perjalanan maupun makan siang atau pun uang belanja yang dititipkan
kepada istri kita di rumah. Dalam perjalanan kita menuju tempat usaha (dibaca:
meninggalkan rumah untuk usaha), kita tidak pernah mengetahui apa yang akan
terjadi di “depan”, karena termasuk hal yanbg “ghoib”, apakah akan ada hambatan
atau tidak, atau lancar serta berbagai hal bisa saja terjadi di luar prediksi
kita. Dan sudah pasti kita berharap memperoleh perjalanan atau usaha yang
lancar, selamat, aman. Untuk meyakinkan kita bahwa Alloh tetap selalu bersama
kita dalam perjalanan, selain kita membaca basmallah atau berdoa sebelum
berangkat, berusaha lah untuk melakukan “infak/sodaqoh sebelum meninggalkan
rumah” dengan harapan berbagai hikmah dan kekuatan infak/sodaqoh tersebut akan
memberikan berbagai kebaikan kepada kita. Adapun teknisnya mungkin seperti
sediakanlah suatu tempat/wadah di rumah, baik itu kaleng bekas atau botol bekas
yang diberi lubang untuk memasukkan sebesar uang. Sisihkanlah sebesar uang di
kaleng tersebut sebagai infak/sodaqoh harian. Adapun besarnya, untuk perdana
bisa berapa saja, artinya kalau beberapa dari kita memang memiliki penghasilan
yang biasa saja, mulailah dengan sebesar Rp. 500 (“gopek”), tiap hari. Dan
jangan lupa untuk mengucapkan basmallah sebelum memasukkan uang tersebut.
Lakukanlah dengan terus menerus, istiqomah dan konsisten. Dan dengan berjalan
waktu, biarkanlah uang yang terkumpul tersebut di tempatnya, tidak perlu
dilihat-lihat atau dihitung-hitung. Apabila suatu ketika kita mendapatkan
rezeki yang lebih besar dari biasanya, dicobalah untuk “agak” diperbesar rupiah
yang dimasukkan ke dalam kaleng tersebut. Saya memiliki keyakinan, apabila
kemampuan kita saat ini hanya “gopek”, percayalah, bila dilakukan dengan
konsisten, suatu saat pasti kita akan mampu untuk melakukannya dua kali lipat
atau tiga kali lipatnya.
Mari kita mencoba
simulasi sedikit, dengan “gopek” sehari kita berinfak, dalam 1(satu) bulan,
kaleng tersebut akan berisi sebesar 30 x 500 = 15.000 dan setahun menjadi Rp.
180.000. Dan apabila besaran uang ini akan digunakan, misal pada suatu saat
setelah satu tahun ada permohonan infak/sodaqoh/zakat dari RT kita untuk
membetulkan masjid di lingkungan rumah kita, dan tiap orang dipungut 50rb,
pertanyaan sederhana, dengan mengeluarkan infak/sodaqoh/zakat Rp. 50rb dari
uang Rp. 180.000 yang memang ada, apakah akan terasa berat??! Tentu tidak!.
Katakanlah di lingkungan RT kita terdapat 50 orang yang melakukan hal sama
seperti kita, maka dalam 1(satu) tahun akan didapat sebesar RP. 9.000.000
(9juta). Saya yakin, besaran uang 9jt untuk lingkungan tertentu bisa berbuat
banyak untuk kepentingan umat. Daripada si Pak RT tersebut memungut sumbangan
dengan Rp. 50rb x 50orang, hanya diperoleh sebesar Rp. 2.5jt. Arti kata, dengan
bersabar sedikit semenjak dicanangkan “Gerakan berinfak setiap hari” kepada
warganya, sumbangan akan terkumpul jauh lebih besar. Dan penulis yakin, dari
50warga tersebut, pasti akan ada yang mampu berinfak lebih besar dari Rp. 500
per hari. Karena ini, contoh simulasi ini, penulis mengajak kepada para kepala
lingkungan, baik itu RT/RW/Kelurahan, untuk merencanakan kegiatan untuk
kepentingan umum/umat, baik infrastruktur ataupun untuk sumbangan kaum yang
memerlukan di lingkungan sekitar, buatlah program untuk satu tahun kedepan
dengan menggalakkan program “berinfak setiap hari di tiap rumah warga” walau
hanya “gopek” sehari. Niscaya, program untuk tahun depan
akan lancar, ringan, tidak memberatkan, dan mendidik.
Contoh simulasi yang
lain, misal anda seorang pemimpin dan pemilik suatu perusahaan yang memiliki
karyawan 500 orang dengan setengahnya adalah karyawan “kecil” dan seperempat
karyawan “menengah” nya dan sisanya karyawan “posisi tinggi”. Bila di kantor
anda dilakukan gerakan berinfak setiap hari dengan cara disediakan kaleng
seperti di atas, untuk karyawan “kecil” sehari Rp. 500 dan menengah Rp. 1000,
serta karyawan tinggi Rp. 2000, serta ada sekitar 80% saja yang konsisten
melakukannya, mari kita hitung. Dalam sebulan berarti akan terkumpul sebesar = [500 x 250 + 1000 x 125 + 2000 x 125] x
22hari kerja = Rp. 11.000.000 [80% nya = Rp. 8.800.000] dan dalam setahun akan
terkumpul 132.000.000 [80% nya = Rp. 105.600.000]. Dan andaikan saja terdapat 10 perusahaan dengan perhitungan yang sama,
melakukan hal yang sama, akan terkumpul sebesar 1.32MILIARD [80% nya = 1.056.000.000] Di atas 1
MILLIARD kan ????!..
Apa tidak kecil
mendapatkan uang sebesar itu dalam setahun!!???. Karena itu, untuk para
pengusaha muslim indonesia ,
yang memiliki otoritas dan kebijakan penuh, berusahalah memulai untuk
melakukannya, dengan tentu terlebihdahulu berkomunikasi dengan semua karyawan,
apakah metoda ini bisa diterima untuk dilakukan atau tidak. Berikanlah
penjelasan yang sejujur-jujurnya bahwa cara-cara seperti ini tiada lain untuk
kepentingan ummat. Berbagai teknisnya silahkan dipikirkan dengan
seadil-adilnya. Misal, teknis sederhananya apabila semua karyawan menerima
metoda ini dengan lapang dada, dari setiap gajian, potonglah langsung suatu
besaran yang disepakati dan dalam slip gaji tertulis, “alhamdulillah dan terima kasih anda telah berinfak
sebesar Rp. 1000 x 22 = Rp. 22.000 untuk bulan ini, dan saldo infak anda telah
terkumpul sebesar Rp…….dan total infak perusahaan telah terkumpul sebesar
Rp………”
Simulasi lain di lingkungan sekolah adalah, pernah suatu ketika, di suatu sekolah, begitu sulit dan lamanya mengumpulkan sumbangan untuk pembangunan masjid sederhana di sekolah (karena memang belum ada masjid waktu itu). Sekolah tersebut memiliki organisasi Ikatan Alumni yang besar dan sering melakukan pertemuan tahunan di sekolah almamater pada waktu beberapa hari setelah lebaran idul fitri. Satu angkatan, rata-rata 40orang alumni, dan rentang alumni yang terlibat tidak dibatasi, sehingga dengan total angkatan yang kurang lebih 20angkatan. Misal saja dari total alumni 20 x 40 = 800 orang, yang berkecimpung konsisten 25% saja, jadi total nett 200orang saja. Dengan angkatan paling muda (rata-rata mahasiswa) misal 10orang, angkatan “agak” lama (sudah bekerja) 100orang, dan angkatan tua (sudah lebih mapan) 90orang. Misal saja angkatan muda dalam sehari dirumahnya atau tempat kost-nya menyisihkan Rp. 500 setiap hari, yang sudah bekerja misal Rp. 1.000, dan yang sudah mapan misal Rp. 2.000. Apabila dimulai sehari setelah Hari raya idul fitri di tahun ini misalnya, maka di tahun depan ketika berkumpul, akan terkumpul sebesar : [10 x 500 + 100 x 1000 + 90 x 2000] x 30 x 12 = Rp. 102,600,000. Belum lagi dengan sumbangan dari alumni atau pihak luar yang “berduit” banyak nyumbang lebih besar, Apakah di tahun depan tepatnya di hari raya idul fitri tahun depan, pada saat kumpul, apkah suatu masjid sederhana tidak bisa terbangun (lagi) dengan uang sebesar RP. 102.000.000????!
Simulasi lain di lingkungan sekolah adalah, pernah suatu ketika, di suatu sekolah, begitu sulit dan lamanya mengumpulkan sumbangan untuk pembangunan masjid sederhana di sekolah (karena memang belum ada masjid waktu itu). Sekolah tersebut memiliki organisasi Ikatan Alumni yang besar dan sering melakukan pertemuan tahunan di sekolah almamater pada waktu beberapa hari setelah lebaran idul fitri. Satu angkatan, rata-rata 40orang alumni, dan rentang alumni yang terlibat tidak dibatasi, sehingga dengan total angkatan yang kurang lebih 20angkatan. Misal saja dari total alumni 20 x 40 = 800 orang, yang berkecimpung konsisten 25% saja, jadi total nett 200orang saja. Dengan angkatan paling muda (rata-rata mahasiswa) misal 10orang, angkatan “agak” lama (sudah bekerja) 100orang, dan angkatan tua (sudah lebih mapan) 90orang. Misal saja angkatan muda dalam sehari dirumahnya atau tempat kost-nya menyisihkan Rp. 500 setiap hari, yang sudah bekerja misal Rp. 1.000, dan yang sudah mapan misal Rp. 2.000. Apabila dimulai sehari setelah Hari raya idul fitri di tahun ini misalnya, maka di tahun depan ketika berkumpul, akan terkumpul sebesar : [10 x 500 + 100 x 1000 + 90 x 2000] x 30 x 12 = Rp. 102,600,000. Belum lagi dengan sumbangan dari alumni atau pihak luar yang “berduit” banyak nyumbang lebih besar, Apakah di tahun depan tepatnya di hari raya idul fitri tahun depan, pada saat kumpul, apkah suatu masjid sederhana tidak bisa terbangun (lagi) dengan uang sebesar RP. 102.000.000????!
Terus terang secara
pribadi, beberapa umat kita yang berkeinginan untuk membangun masjid misalnya,
dengan anggaran yang telah direncakanan sangat besar yang kadang-kadang tembus
di atas 500jutaan atau bahkan lebih. Terkesan belum memiliki rencana yang
matang, misal saja beberapa “terlalu” mengandalkan penggerakan “massa” dengan
menyebar ke setiap pelosok untuk meminta sumbangan, dengan berbagai cara
sehingga terlihat semacam “pertunjukkan” ketidakmampuan ummat islam secara
keseluruhan untuk membuat satu masjid sekali pun. Diantaranya, penulis ketika
melewati pantura dari Jakarta ke arah Cirebon (begitu juga sebaliknya),
terdapat sekitar 6 titik penyempitan jalan “khusus” sehingga terkadang
terhambat hanya dikarenakan beberapa pemuda turun ke jalan dengan cara menutup
jalan satu lajur dan menyisakan satu jalur, itu pun terhalangi oleh bendera dan
drum-drum, meminta sumbangan untuk membangun masjid. Dan terus terang,
terkadang mereka terkesan dengan cara memaksa dengan cara “sedikit” pasang
badan di lajur jalan yang terbuka tersebut sambil “mengekspresikan seperti
pengemis”, menghalangi perjalanan dan kadang-kadang juga disertai sambil pegang-pegang
kendaraan.
Terkesan “simulatif”
benar memang perhitungan di atas, tapi itulah kekuatan dan kefaedahan infak!!.
Selama umat islam bersatu, dan berjama’ah, saudara-saudara kita yang tidak
mampu, akan terbantu. Selain itu penulis yakin, RP. 1.000 sehari, sangatlah
kecil bila dibandingkan dengan 2x anda ke toilet umum, dan akan sangat lebih
kecil lagi dibanding dengan sebungkus rokok sehari yang anda beli dan akan jauh
lebih kecil lagi dengan makan siang anda di café dll.
Karena itulah, begitu
besar dan dahsyatnya infak dan sodaqoh. Kembali kepada
pertimbangan-pertimbangan penulis diatas, sebesar apapun infak/sodaqoh, bila
kita kerjakan sedikit-sedikit tetapi dengan terus menerus, Insya Alloh akan
menjadi kekuatan umat yang sangat besar, dan persoalan umat yang khususny di
bidang perekonomian bisa terselesaikan. Penulis berkeyakinan, bahwa uang yang
kita sisihkan tiap hari untuk infak/sodaqoh, tidak akan pernah berkurang rezeki
kita, karena janji Alloh sudah pasti, akan menggantikan dengan yang lebih
besar. Lebih besar dalam artian yang luas, bukan hanya rezeki/uang kita
bertambah, akan tetapi bisa juga dalam bentuk yang lain, misal kita akan selalu
terhindar dari malapetaka saja sudah merupakan rezeki yang tiada bandingannya.
Dan apabila kita semua
serius menjalaninya dengan ikshlas, istiqomah dengan terus menerus, pada suatu
periode tertentu, kita akan mampu untuk menyisihkan sebagian uang yang akan
terus bertambah besarnya seiring dengan kemampuan kita. Misal tahun ini kita
mampu hanya Rp. 500, di tahun depan insya Alloh Rp. 1000, dan ditahun depan
lagi Rp. 2000, bahkan bisa jadi Rp. 5000 sehari. Bisa kita bayangkan, kalo
setiap simulasi di atas, yang melakukannya mampu Rp. 5000 sehari, apakah tidak
sedkit uang terkumpul untuk kepentingan umat??!
Berbicara mengenai
pahala ber-infak atau sodaqoh atau zakat, biarlah bapak-bapak ustadz/ulama saja
yang memberikan pencerahan, karena penulis memang bukan ahlinya di sini. Di
sini, penulis hanya berusaha untuk mencoba mengeluarkan pendapat dan pemikiran
penulis betapa kuat dan besarnya ummat islam apabila bersatu, juga termasuk
“mimpi” penulis bahwa Negara Indonesia tercinta ini, berkat persatuan ummat
islam seluruhnya dengan segala potensi yang tergali, akan terkenal di dunia
merupakan negara yang makmur, dengan tidak terdapatnya ummat yang tertinggal
atau miskin lagi hanya karena infak/sodaqoh, bahkan Negara Indonesia mampu
memberikan kontribusi positif bagi negara lain yang memerlukan, berkat kekuatan
ummat sendiri, termasuk kekuatan infak/sodaqoh/zakat.
Bagi yang memang masih
terasa berat untuk melakukannya (dan itu pada mungkin umumnya), marilah mencoba
untuk merenung kembali dan membuka mata.
Mengenai pembelajaran
hal kebaikan untuk anak-anak kita, apakah kita memiliki “pilihan” untuk
memajukan generasi kita dan umat kita atau tidak.?. Berusahakan untuk
memberikan pelajaran kepada anak-anak kita untuk belajar sejak dini untuk
melakukan aktifitas infak setiap hari, walau dimulai dengan hanya dengan
“cepek” sehari dari uang jajan mereka, insya Alloh, hikmah yang akan diperoleh
dari kebiasaan tersebut, akan sangat jauh lebih besar dari yang kita
perkirakanlah.
Wallohu bi’showab……
Wallohu bi’showab……
Penulis sebenarnya,
ingin juga menulis disini, selain infak/sodaqoh juga hal yang mengenai khusus
zakat mal / zakat profesi. Karena keterbasan ilmu, data dan sumber untuk
membuat simulasi “kelas” Negara atau wilayah, jadi penulis belum bisa dan mampu
memberikan deskripsi yang lebih jelas. Tetapi, pernah penulis diskusi dengan
seorang teman yang pernah bekerja disuatu perusahaan yang membuat simulasi
mengenai zakat mal dengan “volume Negara”, padahal teman tersebut bukan seorang
muslim, dan mengatakan, “….andaikan SEMUA muslim di Indonesia melaksanakan
zakat mal dan profesi dengan rutin, dan zakat tersebut dikelola dengan baik dan
jujur serta tepat penggunaan, besaran yang diperoleh dan dikumpulkan bisa
menutup semua hutang luar negeri negara dalam kurun waktu hitungan tahunan. Dan
dia mengatakan, “Kok bisa besar dan kuat seperti itu ya….?” Dia sendiri heran.
Oleh karena itu, di sini penulis belum bisa memberikan gambaran atau simulasi
dengan baik. Ma’af….
Sebagai penutup,
penulis juga mungkin sama dengan sebagian anda, kadang terasa berat untuk
melakukannya, tetapi insya Alloh, kalo kita “memaksakan” diri untuk memulai,
maka tidak akan terasa berat di kemudian hari, apalagi kalo anak-anak kita
telah terdidik sejak dini untuk memulai dan melakukannya, mereka akan lebih
merasa lebih ringan melaksanakannya setelah besar kelak. Yang terasa berat
memang pada saat memulainya. Tetapi berusahalah…..
Ide pemikiran ini,
penulis coba sampaikan khususnya untuk mengingatkan penulis dan keluarga
penulis sendiri, dan pada umumnya untuk kaum muslimin semuanya. Jangan lagi
ummat islam ketinggalan hanya dikarenakan keadaan ekonomi. Potensi umat yang mampu
di negara ini, sedemikian besarnya apabila tergali dengan tepat.
Demikian ide pemikiran
penulis, semoga bermanfa’at bagi penulis dan keluarga penulis, juga bermanfaat
bagi kita semua ummat Islam Indonesia. Mohon ma’af kalo ada kata-kata yang
kurang berkenan, baik itu tutur bahasa, penyambungan kata-kata dalam kalimat
yang kurang pas serta penyajian yang kurang apik.
Al Haqqu mirrobika,
fala takun nana minal mumtarin, Kebenaran adalah milik Alloh, kekurangan dan
kesalahan hanyalah kebodohan penulis semata.
Wallohu bishoab…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar